Kawasan Industri Terpadu Batang Tangkap Momentum G-20
Dengan segenap keunggulannya, Jawa Tengah diyakini akan menjadi superkoridor kawasan industri baru yang menarik. Pengelola Kawasan Industri Terpadu Batang memanfaatkan momentum presidensi G-20 untuk menarik investor.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - PT Kawasan Industri Terpadu Batang di Jawa Tengah memanfaatkan momentum presidensi G-20 Indonesia untuk menarik lebih banyak investor. Jawa Tengah diyakini akan menjadi superkoridor kawasan industri baru yang nantinya menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Direktur Utama PT Kawasan Industri Wijayakusuma (Persero) atau KIW, pengelola Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Ahmad Fauzie Nur, saat berkunjung ke harian Kompas, di Jakarta, Jumat (21/1/2022), mengatakan, dalam menangkap momentum G-20, pihaknya akan meningkatkan sosialisasi dan publikasi. Begitu juga ekshibisi yang tak hanya menjawab kebutuhan investor, tetapi juga mengenalkan Indonesia.
Negara-negara G-20 yang datang ke Indonesia pada 2022 diyakini akan turut mengajak delegasi bisnis atau pelaku usaha. ”Maka, ini saat tepat untuk menegaskan kembali peranan kawasan industri di Indonesia. G-20 ini bisa menjadi akselerator dalam kebangkitan ekonomi pasca-Covid-19,” ujar Fauzie.
KITB memiliki total luas 4.300 hektar dan akan terbagi dalam tiga kluster. Namun, menurut Fauzie, pihaknya kini fokus pada 450 hektar. Lahan yang tersedia untuk dijual sudah hampir habis. Adapun tenant yang sudah masuk berasal dari sejumlah negara. KCC GLASS Corporation asal Korea, salah satunya, menempati lahan seluas 49 hektar.
Dikutip dari situs KITB dengan jenama Grand Batang City, hingga Desember 2021, sudah ada lima tenant yang masuk ke KITB dan akan menyusul beberapa tenant lagi. Adapun operasionalisasi kawasan industri tersebut ditargetkan mulai 2023.
Fauzie menyebutkan, Jawa Tengah masih menjadi primadona, baik investasi dari dalam maupun luar negeri. Selain upah minimum regional (UMR) juga kompetitif, aksesibilitas di Jawa Tengah juga terus meningkat. Begitu pula pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah setempat.
Ia menambahkan, pengembangan kawasan industri di Indonesia bukan untuk kepentingan masing-masing kawasan atau daerah, tetapi Indonesia. Apalagi, tren saat ini, terkait supply and chain, satu kawasan industri mendukung industri lainnya. ”Jadi, rantai pasok dan ekosistem ini ke arah sana. Mulai dari produsen, distributor, memilih jarak yang tak terlalu berjauhan demi efisiensi biaya,” ujar Fauzie.
Menurut dia, luasan di KITB memenuhi kebutuhan investor ketimbang KIW di Semarang yang tersisa 65 hektar. ”Beberapa investor masuk ke Batang, (berinvestasi) belasan bahkan puluhan hektar. Ini harus diberi perlakuan lebih khusus lagi karena mereka itu satu gerbong grup bisnis. Satu kesatuan rantai pasok,” lanjutnya.
Menurut Director of Operations & Engineering PT KITB Adler Manarissan Siahaan, sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu elemen penting dalam pengembangan kawasan industri. Saat ini, pihaknya tengah mencari SDM dari tenaga vokasi SMA/SMK kelas 2 agar SDM yang tersedia sesuai dengan kebutuhan.
Nantinya, KITB juga diharapkan tak hanya untuk kepentingan industri, tetapi juga untuk peningkatan ekonomi daerah setempat. ”Jadi, juga untuk PAD (pendapatan aslli daerah), baik Jawa Tengah maupun Kabupaten Batang,” katanya.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra, saat menerima kunjungan PT KIW dan PT KITB, mengatakan, Kompas juga mendorong kesuksesan presidensi G-20 Indonesia, dengan masuk ke substansi helatan itu. Termasuk juga turut menggaungkan presidensi Business 20 (B-20), yang juga menjadi rangkaian G-20.