Erupsi Gunung Semeru terjadi tanpa aba-aba. Gunung tertinggi di Jawa yang bagi sebagian orang termasuk suci itu menunjukkan kuasanya. Manusia tak berdaya.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Erupsi Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) pukul 14.50 WIB, selain menimbulkan dentuman besar, juga memuntahkan material abu ke angkasa, membentuk awan panas raksasa. Warga berlarian tunggang langgang dibuatnya.
Seiring dengan turunnya hujan deras, material abu vulkanik pun berguguran memorakporandakan permukiman warga serta menyebabkan banjir lahar dan lava di alur sungai atau lembah yang berhulu di Gunung Semeru.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Minggu (5/12) mencatat, sebanyak 14 orang tewas akibat erupsi Gunung Semeru. Selain itu, 98 orang mengalami luka-luka, khususnya luka bakar.
Guguran awan panas Gunung Semeru berdampak di enam desa di dua kecamatan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Sementara itu, sebaran abu vulkanik telah berdampak setidaknya di 11 desa/kelurahan di sembilan kecamatan.
Banyak rumah mereka ambruk karena tertimpa guguran material vulkanik yang diguyur hujan deras. Jalan antarkota pun terputus. Akses ke dusun-dusun pun tertutup pepohonan yang tumbang. Lebih dari 10.000 warga harus mengungsi, sembari berupaya mengais barang-barang tersisa yang masih bisa diselamatkan di rumah-rumah mereka.
Langkah cepat dan terpadu oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk mengatasi kondisi darurat sangat diperlukan, terlebih saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19 dan krisis ekonomi yang menjerat.
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan segenap jajaran, mulai dari Kepala BNPB, Kepala Basarnas, Menteri Sosial, Menteri Kesehatan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, juga Panglima TNI, Kapolri, gubernur, dan bupati untuk bertindak secepat mungkin. Mulai dari mengambil langkah tanggap darurat, menemukan korban, merawat yang terluka, hingga menangani dampak bencana.
Musibah warga Semeru ini sungguh berat. Namun, warga Semeru tak sendirian. Gerakan sosial untuk membantu warga Semeru dengan cepat bermunculan. Hingga semalam, misalnya, 23.127 warga telah berdonasi untuk warga Semeru melalui platform kitabisa.com. Dana yang terkumpul sudah lebih dari Rp 1 miliar. PMI juga telah menggalang bantuan.
Erupsi Semeru kembali mengingatkan kita yang hidup di negeri cincin api ini untuk lebih menyatu dengan sesama dan alam, serta rendah hati berhadapan dengan-Nya. Kitab Tantu Pagelaran abad ke-15 telah menyebutkan bahwa Pulau Jawa dahulu kala mengambang di lautan luas dan senantiasa berguncang. Gunung Semeru merupakan kehendak para Dewa untuk membuat Pulau Jawa tak terombang-ambing.
Orang bijak mengatakan, alam punya kehendak dan sering kali telah menunjukkan tanda-tandanya kepada manusia. Namun, kepongahan manusia jua yang kerap membutakan sehingga tidak mampu membacanya.