Wanadri Intensifkan Penanaman Pohon di Lahan Kritis
Bibit mangrove dan pohon yang ditanam merupakan sumbangan dari masyarakat melalui program Wali Mangrove dan Wali Pohon yang telah dilaksanakan sejak 12 tahun lalu.
Oleh
Nasrullah Nara
·3 menit baca
Kompas
Ketua Keluarga Alumni Fakultas Pertanian (KAFP) Arya Yudas (tengah) didampingi Ketua Harian KAFP sekaligus Ketua Panitia Kegiatan Kemah Konservasi KAFP, Aries, menerima sertifikat adopsi ”Wali Pohon” dari Dedi Setiadi Sukarya yang mewakili Yayasan Wanadri.
BANDUNG, KOMPAS — Momentum musim hujan tak dilewatkan begitu saja oleh Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri. Rangkaian kegiatan konservasi terhadap lahan kritis lebih digalakkan selama November 2021 hingga Februari 2022 dengan mengintensifkan penanaman pohon dan mangrove di Jawa Barat.
Kegiatan yang bertajuk ”Wanadri Menanam” itu diprakarsai Yayasan Wanadri melalui unit kerjanya, West Java Conservation Trust Fund (WJCTF). Siaran pers yang diterima Kompas, Kamis (25/11/2021), menyebutkan, WJCTF telah menanam 4.000-an mangrove dan pohon endemik di Poponcol, Desa Mayangan, Kabupaten Subang, dan Taman Buru Masigit Kareumbi, Kabupaten Bandung.
Direktur Utama West Java Conservation Trust Fund (WJCTF) Irwanto Iskandar menuturkan, bibit mangrove dan pohon yang ditanam merupakan sumbangan dari masyarakat melalui program Wali Mangrove dan Wali Pohon yang telah dilaksanakan sejak 12 tahun lalu.
”Penanaman pada kegiatan ini sebenarnya terus dilaksanakan hingga Februari 2022. Karena itu, kami masih membuka donasi selama Bulan Penanaman pada Desember 2021,” kata Irwanto.
DOKUMENTASI WANADRI
Perwakilan Keluarga Alumni Fakultas Pertanian (KAFP) Unpad berfoto bersama di sela penanaman pohon secara simbolis di Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK), Minggu (21/11/2021). KAFP mengadopsi 2.000 pohon yang akan ditanam di TBMK.
Direktur Keuangan WJCTF Sandyakala Ning Tyas menambahkan, donasi program wali (Wali Pohon, Wali Mangrove, Wali Fauna, dan Wali Hutan) berlangsung sepanjang waktu. Namun, waktu penanaman memang ditentukan pada saat-saat tertentu, khususnya pada musim hujan.
Dia juga menekankan, kegiatan Wanadri Menanam ini berkaitan dengan berbagai ajang kampanye konservasi lainnya, seperti Conservation Run, yaitu kegiatan berlari solo Irwanto Iskandar mengelilingi 44 kawasan konservasi di Jawa Barat.
DOKUMENTASI WANADRI
Direktur Keuangan WJCTF Sandyakala Ning Tyas
Itulah sebabnya, kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan konservasi alam.
Program donasi dilangsungkan terus-menerus mengingat anggaran pemerintah untuk penanganan lahan kritis tidak sebanding dengan lahan kritis yang begitu luas. ”Terbatasnya biaya dari negara untuk pemulihan lahan kritis dan menjaga kawasan-kawasan konservasi tidak perlu kita sesali. Justru di sinilah peran serta dan kesetiakawanan lingkungan dari masyarakat dapat kita pupuk dan kembangkan. Kita bersama-sama mengisi ruang yang belum sepenuhnya dapat dilakukan oleh negara karena merawat alam adalah tanggung jawab bersama. Itulah sebabnya kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan konservasi alam,” ujar Kang Echo, nama akrab Sandyakala.
Bencana hidrometeorologi
Data resmi KLHK menyebutkan bahwa lahan kritis di Jawa Barat telah mencapai 911.193 hektar, yang mencakup hampir 25 persen luas daratannya. Oleh karena itu, tak heran apabila di Jawa Barat sering terjadi bencana hidrometeorologi. Pada musim hujan, banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung mendera. Sebaliknya, pada musim kemarau, kekeringan pun melanda.
Bencana yang dipengaruhi kondisi cuaca dan iklim dengan berbagai parameternya.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 95 persen bencana yang ada di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi. Bencana yang dipengaruhi kondisi cuaca dan iklim dengan berbagai parameternya.
”Kami terpicu oleh data itu untuk mengintensifkan gerakan menanam pohon dan mangrove dengan melaksanakan kegiatan Wanadri Menanam yang berlangsung hingga Februari 2021,” katanya.
DOKUMENTASI WANADRI
Perwakilan alumni Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran angkatan 1988 menunjukkan bibit pohon yang baru saja ditanamnya di Taman Buru Masigit Kareumbi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (21/11/2021).
Hadirnya tegakan vegetasi pepohonan di hamparan wilayah perbukitan dan kemiringan diyakini dapat mencegah bencana alam seperti; tanah longsor, erosi, banjir, dan membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah. Serapan air ke dalam tanah berfungsi menjaga persediaan saat musim kemarau.
Wali Pohon KAFP
Sementara itu, akhir pekan lalu, Keluarga Alumni Fakultas Pertanian (KAFP) Unpad melakukan simbolik penanaman 2.000 pohon lebih melalui program adopsi Wali Pohon di Taman Buru Masigit Kareumbi. Kegiatan KAFP ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Pohon Sedunia yang jatuh pada 21 November.
”Sekecil apa pun kontribusi kita, mari berupaya menumbuhkan pabrik oksigen sebanyak mungkin, paling tidak di Taman Buru Masigit Kareumbi, Sub-DAS Citarum, hulu sungai Citarik,” kata Arya Yudas, alumnus Faperta Unpad angkatan 1981 yang menjabat sebagai ketua KAFP.
Pada kesempatan yang sama, Arya yang didampingi Ketua Harian KAFP sekaligus Ketua Panitia Kegiatan Kemah Konservasi KAFP, Aries, menerima sertifikat adopsi ”Wali Pohon” dari Dedi Setiadi Sukarya yang mewakili Yayasan Wanadri.