Indonesia memperoleh komitmen investasi di ajang Dubai Expo 2020 senilai 35 miliar dollar AS. Sebagian investasi tersebut untuk program bebas emisi karbon.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Investasi/BKPM dan Air Products and Chemical asal Amerika Serikat di industri gasifikasi batubara dan turunannya, di Dubai, Kamis (4/11/2021). Acara ini dihadiri secara langsung oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan dihadiri secara virtual Presiden, Chairman, sekaligus CEO dari Air Products and Chemical Shefi Ghasemi.
DUBAI, KOMPAS — Indonesia berhasil mencetak kesepakatan investasi baru di Dubai Expo 2020, Uni Emirat Arab, senilai 35 miliar dollar AS atau sekitar Rp 503 triliun. Kesepakatan tersebut, antara lain, di bidang energi terbarukan, pariwisata, kesehatan, dan infrastruktur. Terkait investasi sektor energi, Indonesia mengarahkan kesepakatan itu sebagai bagian dari proyek transisi energi menuju bebas emisi karbon pada 2060.
Menurut Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dari total investasi tersebut, 10 miliar dollar AS diinvestasikan lewat lembaga pengelola investasi milik Pemerintah Indonesia, Indonesia Investment Authority (INA). Selebihnya adalah komitmen hasil perundingan sebelumnya, seperti program pengembangan kilang Balikpapan milik Pertamina.
”Kami menargetkan ada proses transfer teknologi bagi Indonesia dalam realisasi investasi ini,” ujar Lutfi di sela-sela perhelatan Dubai Expo 2020, Jumat (5/11/2021) sore waktu setempat.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, yang turut serta dalam rombongan Presiden RI Joko Widodo ke Dubai, menambahkan, kesepakatan itu diraih selama dua hari kunjungan Presiden pada 3-4 November 2021. Investasi tersebut menyasar beberapa sektor, seperti infrastruktur, pariwisata, energi terbarukan, dan kesehatan. ”Detail investasi akan kami umumkan setiba kami di Jakarta,” katanya.
Terkait investasi sektor energi, Indonesia mengarahkan kesepakatan itu sebagai bagian dari proyek transisi energi menuju bebas emisi karbon pada 2060.
Selain Lutfi dan Bahlil, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Dubai juga disertai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Transisi energi
Dalam kunjungan ke Dubai, saat menghadiri Indonesia-UEA Investment Forum, Presiden Joko Widodo menuturkan, untuk membangun ibu kota baru Indonesia setidaknya dibutuhkan dana 35 miliar dollar AS. Presiden pun berkomitmen akan melakukan transisi energi sebaik mungkin dengan mengundang investor dan teknologi berharga terjangkau.
”Jika Anda tertarik melakukan investasi untuk energi baru dan terbarukan, ini adalah saat yang tepat. Potensi yang dimiliki Indonesia cukup banyak dan beragam: hidro, surya, panas bumi, dan lain-lain,” kata Presiden di depan para investor UEA, Kamis (4/11).
Salah satu BUMN yang menjalin kesepakatan di sektor energi adalah PT Pertamina Power Indonesia, anak usaha PT Pertamina (Persero), dengan Masdar, pengembang listrik energi terbarukan yang berbasis di Abu Dhabi. Kedua pihak sepakat melakukan penjajakan bersama dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung serta solusi energi bersih di Indonesia.
Presiden pun berkomitmen akan melakukan transisi energi sebaik mungkin dengan mengundang investor dan teknologi berharga terjangkau.
Suasana Paviliun Indonesia Dubai Expo 2020 pada malam hari Senin (1/5/2021). Paviliun Indonesia adalah sarana dan tempat untuk mengenalkan Indonesia di pameran Dubai Expo 2020 yang dikunjungi berbagai warga dari seluruh dunia.
”Kolaborasi ini sangat penting dalam mempercepat transisi energi Indonesia. Kerja sama strategis dengan Masdar ini berpotensi mendorong percepatan transisi energi,” ucap Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, dinamika transisi energi di Indonesia berhasil membuat banyak pihak tertarik berinvestasi. Indonesia dipandang cukup penting dan strategis dalam program menuju bebas emisi karbon yang disuarakan dalam Pertemuan Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim Ke-26 (COP 26) di Glasgow, Skotlandia.
”Untuk mempermulus masuknya arus investasi di sektor energi terbarukan di Indonesia, pemerintah harus bisa mengurai hambatan-hambatan dan risiko di lapangan. Pemerintah Indonesia juga harus aktif berkomunikasi dengan negara-negara maju dan lembaga pendanaan untuk mendukung program transisi energi tersebut,” ucap Fabby.
Salah satu upaya menggaet bantuan internasional adalah dengan menginisiasi Friend of Indonesia-Renewable Energy (FIRE) yang diumumkan pada ajang COP 26, Kamis waktu setempat. Sejumlah negara, seperti Jerman, Inggris, dan Denmark, berkomitmen turut mendukung program FIRE. (CAS/WKM/JUD/APO)