Piet Warbung (81), wartawan Kompas (1970-2000), Sabtu (25/9/2021) malam meninggal. Sebagian warga Palmerah memanggilnya dengan Oom Piet atau Pak PW. Ia dikenal sebagai wartawan yang gemar olahraga, sehingga selalu bugar.
Oleh
Kris R Mada/Tri Agung Kristanto
·2 menit baca
Kabar mengejutkan datang pada Sabtu (25/9/2021) pukul 20.23 di grup Whatsapp Keluarga Kompas, yang beranggotakan purnakarya dan karyawan harian Kompas. ”Mba..., Papa Piet dah pulang ke surga”, diikuti dengan emotikon tangisan. Berita duka itu dikirim ulang oleh Imelda Yani, purnakarya Litbang Kompas.
Piet yang dimaksud adalah Piet Warbung (81), wartawan Kompas (1970-2000). Sebagian warga Palmerah memanggilnya dengan Oom Piet atau Pak PW, sesuai inisialnya. Sosok tinggi besar itu dikenal sebagai wartawan yang gemar olahraga sehingga selalu bugar meskipun tak muda lagi. Saat berjumpa terakhir kali sebelum pandemi, Juni 2019, menghadiri pemakaman wartawan Kompas, Arswendo Atmowiloto, Oom Piet tampak bugar. Pria kelahiran 12 April 1940 itu tetap tegap dan gagah serta bercerita masih bermain tenis dan jalan pagi.
Menurut putra mendiang, Albert Warbung, ayahnya meninggal di Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu malam. Awalnya, keluarga membawanya ke rumah sakit untuk perawatan sakit jantung.
Beberapa tahun lalu, jantung mendiang dipasang ring. Bahkan, tahun lalu dokter menganjurkan agar penyempitan pembuluh darah di jantungnya ditangani dengan operasi bypass.
”Namun, beliau menolak dan merasa sehat,” ujar Albert. Pada Sabtu siang, ayahnya merasakan sesak napas. Meski demikian, ia masih menolak dibawa ke rumah sakit. Setelah keluarga membujuk, barulah ia mau dibawa ke rumah sakit.
Namun, akhirnya mendiang tak tertolong dan mengembuskan napas terakhirnya. Jenazah Oom Piet akan disemayamkan di Rumah Duka Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, hingga Senin (27/9). Keluarga akan memakamkan mendiang di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta, pada Senin besok.
Sebelum bergabung di harian Kompas, Piet Warbung menjadi wartawan foto Associated Press (AP). Ia adalah sosok di balik foto Presiden Soekarno yang sakit dan tak terawat, yang menggegerkan dunia, Juni 1970. Soekarno saat itu ditempatkan di Wisma Yaso, Jakarta.
Di harian Kompas, PW tak hanya bertugas sebagai wartawan foto, tetapi juga wartawan hiburan, metropolitan, olahraga, dan terakhir di desk internasional. Karyanya pada Agustus 1970 yang menggambarkan penyair WS Rendra diamankan Garnisun Jakarta dipajang di halaman 1 harian Kompas.
”Pak PW itu wartawan hebat,” papar Jayeng Wakimin, purnakarya dokumentasi foto Kompas, yang terlibat proyek digitalisasi foto. Piet Warbung juga bergabung dalam proyek itu pada 2016-2019, untuk mendokumentasikan lebih dari 3,5 juta foto koleksi Kompas dari film ke digital.
Piet Warbung adalah perintis kegiatan olahraga tenis di Kompas Gramedia (KG). Bahkan, setelah purnakarya pada 2000, ia masih beberapa kali bermain di lapangan KG bersama purnakarya lainnya. Februari 2000, kartu persnya dicopet. Selamat jalan, Pak PW.