Presiden Soroti Angka Kematian Covid-19 di Jatim yang Masih Tinggi
Penyebab masih tingginya angka kematian, antara lain, karena mereka yang menjalani isolasi mandiri tak segera dibawa ke tempat isolasi terpusat. Mereka yang bergejala berat juga terlambat dibawa ke rumah sakit.
Oleh
mawar kusuma wulan
·5 menit baca
LAILY RACHEV - BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo saat memberikan pengarahan kepada Forkopimda se-Jawa Timur di Pendopo Ronggo Djoemeno, Kabupaten Madiun, Kamis (19/8/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengingatkan seluruh unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah atau Forkopimda se-Jawa Timur untuk tetap berhati-hati dan waspada meskipun angka kasus aktif Covid-19 dan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit atau BOR relatif menurun. Presiden Jokowi juga menyoroti angka kematian di Jawa Timur yang tergolong tinggi.
Presiden Jokowi menyebut angka kematian di Jawa Timur masih tinggi atau mencapai 7,1 persen. Menurut Presiden, beberapa kemungkinan penyebab masih tingginya angka kematian ini antara lain karena mereka yang menjalani isolasi mandiri (isoman), tidak segera dibawa ke isolasi terpusat (isoter). Selain itu, mereka yang bergejala berat terlambat dibawa ke rumah sakit.
”Saturasinya sudah turun baru dibawa ke rumah sakit, terlambat, yang banyak di situ. Yang kedua komorbid-nya. Dua ini menurut saya (penyebab) kenapa (angka kematian) tinggi,” ujar Presiden saat memberikan pengarahan kepada Forkopimda se-Provinsi Jawa Timur, di Pendopo Ronggo Djoemeno, Kabupaten Madiun, pada Kamis (19/8/2021), seperti dikutip dari rekaman video yang dipublikasikan di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (20/8/2021).
Presiden Jokowi melanjutkan, isoter betul-betul menjadi kunci, baik untuk mencegah penyebaran serta menekan angka kematian. ”Di saat dibawa ke rumah sakit, kondisinya sudah berat. Ini hati hati,” tambahnya.
Presiden juga meminta agar para unsur pemerintah beserta TNI dan Polri di daerah mengerti betul detail di lapangan terkait penanganan Covid-19. Dengan menguasai kondisi di lapangan, langkah antisipasi dan respons yang tepat terhadap perubahan situasi bisa segera dilakukan.
Presiden Joko Widodo saat memberikan pengarahan kepada Forkopimda se-Provinsi Jawa Timur di Pendopo Ronggo Djoemeno, Kabupaten Madiun, pada Kamis (19/8/ 2021) .
Untuk itu, Presiden meminta semua pemangku kepentingan di Jawa Timur turut serta dalam menangani pandemi Covid-19 ini dengan bertanggung jawab di wilayahnya masing-masing. Tiap bupati/wali kota diminta harus selalu melihat posisi BOR di daerahnya setiap hari.
”Untuk kewaspadaan kita. Jangan sampai kita enggak tahu posisinya, kemudian virusnya masuk, baru kita grobyakan. Ini jangan sampai terjadi,” katanya.
Terkait penanganan Covid-19 di daerah, Presiden Jokowi menyampaikan tiga arahan. Yang pertama, pindahkan yang isoman ke isoter di semua kabupaten dan kota. Yang kedua, vaksinasi harus dipercepat, kecepatan vaksinasi ini menjadi kunci. Yang ketiga, yang berkaitan dengan obat jangan sampai terlambat. Begitu sudah masuk ke isolasi terpusat, obat harus segera diberikan.
Presiden Jokowi, antara lain meminta Pangdam dan Kapolda untuk menggerakkan unsur di bawahnya agar mengurusi tempat isoter bagi masyarakat yang terpapar. "Kurangi yang isoman (isolasi mandiri), ditarik ke isolasi yang terpusat. Ini akan sangat mengurangi sekali laju penyebaran (Covid-19)," tambahnya.
KOMPAS / HELENA F NABABAN
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (baju batik) didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) memperhatikan vaksinasi Covid-19 bagi ibu hamil di pendopo Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (19/8/2021).
Percepatan vaksinasi
Untuk percepatan vaksinasi, seluruh bupati/wali kota harus segera menghabiskan stok vaksin begitu vaksin datang. Jika habis, mereka diminta segera meminta kembali ke pemerintah pusat. Bulan Agustus menjadi waktu yang pas untuk percepatan vaksinasi, karena vaksin yang didatangkan ke Indonesia tergolong banyak sekali. Indonesia akan kedatangan sedikitnya 72 juta dosis vaksin dan pada September akan kedatangan 70 juta dosis vaksin.
”Yang biasanya itu sebulan hanya 8 juta (dosis vaksin), 10 juta (dosis vaksin), selama tujuh bulan kita hanya dapat 68 juta (dosis vaksin). Berarti per bulan kira-kira hanya 10 juta (dosis vaksin). Ini 72 (juta dosis vaksin), 70 juta (dosis vaksin), sehingga cepat habiskan. Jangan sampai ada stok vaksin di cold storage bapak ibu sekalian,” ujarnya.
Presiden Jokowi juga mengapresiasi angka vaksinasi di Jatim yang lumayan baik dengan 26,6 persen capaian vaksinasi. “Tapi sebetulnya bisa ditingkatkan dengan cepat dalam Agustus, September ini. Saya ikuti semuanya. Stok vaksin di Batu berapa? (saya) Tahu: 19.000 masih. Kediri masih 4.900 dan lain lain,” tambah Presiden Jokowi.
Dalam keterangan pers di Kantor Presiden yang disiarkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Juru Bicara Pemerintah Reisa Broto Asmoro, juga menyebut bahwa jumlah pasokan vaksin yang didatangkan ke Indonesia saat ini mencukupi sehingga memungkinkan untuk mencapai 100 juta suntikan pada akhir Agustus. Target 2 juta suntikan per hari juga harus segera bisa dicapai.
Terkait betapa beragamnya jenis vaksin yang saat ini ada, Reisa menyebut bahwa semua vaksin yang ada di Indonesia telah terbukti efektif mengurangi sakit berat atau bahkan kematian. Vaksin juga ampuh melawan varian delta yang daya tularnya lebih cepat.
”Tidak ada satu produsen pun di dunia ini yang mampu menyuplai kebutuhan akan 400 juta vaksin bagi sekitar 208 juta jiwa,” tambahnya.
Karena itu, pemerintah harus membeli dari beberapa produsen. Kedatangan vaksin dan distribusinya pun dilakukan secara bertahap. Hingga Kamis (20/8/2021), Reisa menyebut 86,9 juta dosis vaksin telah diberikan kepada 56,3 juta orang yang telah menerima vaksin dosis pertama dan 30,6 juta di antaranya sudah mendapatkan dosis kedua.
Per Kamis (20/8/2021), Indonesia telah memiliki stok vaksin lebih dari 192 juta dosis. Jenis vaksin tersebut berupa vaksin jadi maupun dalam bentuk bahan baku dari lima produsen vaksin, yaitu Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer.
Kunci pertumbuhan ekonomi
Presiden Jokowi juga kembali mengingatkan bahwa virus Covid-19 ini sangat sulit diduga dengan kalkulasi apapun. ”Tadi ya, oke, yang disampaikan Bu Gubernur tadi sudah turun, BOR-nya turun, kasus aktif turun. Tetapi, saya minta, tetap minta semuanya hati-hati. Waspada mengenai yang namanya Covid-19 ini. Jangan sampai ada varian baru datang karena bermutasi dan kita tidak waspada tahu-tahu meledak menjadi jumlah yang sangat banyak,” kata Presiden.
Sembari memaparkan perkembangan kasus harian di Indonesia, Presiden Jokowi meminta agar kewaspadaan harus terus dibangun. ”Kita pernah mencapai tinggi itu Februari awal. Menuju Mei turun. Dan kalau turun diikuti perbaikan ekonomi di kuartal kedua. Sampai tadi disampaikan Bu Gubernur Jatim. Jatim 7,05, nasional 7,07 karena kasusnya turun,” tambahnya.
Kunci pertumbuhan ekonomi saat ini terletak pada upaya menurunkan kasus Covid-19. Apalagi, rekor penambahan kasus baru Covid-19 sempat melompat menjadi 56.000.
”Bahkan tim di kanan kiri saya, kalau tidak bisa dihentikan Pak, Agustus itu akan muncul 80.000. September 160.000. Bisa di atas India kita. Hingga saat itu saya sampaikan Panglima TNI dan Polri, tidak ada pekerjaan lain yang ada adalah menghentikan ini jangan sampai melompat 80.000, 160.000. Hati hati mengenai ini,” ujar Presiden Jokowi.