logo Kompas.id
Bebas AksesBibi Sandita
Iklan

Bibi Sandita

Lukisan itu adalah gambaran Bibi dalam penampakan setengah badan, bersanggul, dan mengenakan kebaya warna abu-abu.

Oleh
Hari Niskala
· 19 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/l3wImlZ6S2NA_rB2ayEEMkjM5uM=/1024x1446/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F20210716-Ilustrasi-Cerpen-Bibi-Sandita_1626439547.jpg
DIDIE SW

Didie SW

Kami tak ingat kapan tepatnya mulai memanggilnya “bibi”. Ia bukan bibi saya, bukan pula bibi mereka. Kami, utamanya saya, masih sangat hijau saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah kedua Wak Samiaji. Saya hanya ingat kala itu usia saya dua belas tahun lebih dua pekan, sementara usia Kartika dan Anjani mungkin satu atau dua tahun lebih tua dari saya. Pada kedatangan kali pertama itulah kami mendengar seseorang melontarkan panggilan “bibi” pada orang yang saya maksud di kalimat pembuka. Kami kemudian tak bisa untuk tidak turut memanggilnya “bibi”. Bibi Sandita, demikianlah lengkapnya.

Perlahan namun pasti kami kemudian tahu hubungan Bibi Sandita dengan keluarga Wak Samiaji. Tak ada hubungan darah di antara mereka, ya, mereka tak punya hubungan saudara yang bermuara di satu nenek buyut. Demikianlah. Namun sama sekali tak layak bagi saya menyebut Bibi Sandita sebagai pembantu, kendati pada kenyataannya ia memang bekerja untuk keluarga itu. Lagipula saya sering mendapati seluruh anggota keluarga begitu menaruh segan pada perempuan berparas ayu dan molek dan berpembawaan kalem itu. Bukan Wak Samiaji saja, namun juga istri pertama dan keduanya, juga lima orang anak dari kedua istri tersebut.

Editor:
Maria Susy Berindra
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000