logo Kompas.id
Bebas AksesKamus Sejarah
Iklan

Kamus Sejarah

Ada yang kurang beres di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan selaku penanggung jawab penerbitan kamus sejarah. Penjelasan bahwa hilangnya nama pendiri NU sebagai sekadar kelalaian sungguh tak masuk akal.

Oleh
A Ristanto
· 2 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/OTKui4-AyE2VSYHo47MLb2FMn2k=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F12%2F49E4F1C8-0A6B-4B54-8833-0CBE3E527A21_1545138559.jpeg
KOMPAS/NINA SUSILO

Presiden Joko Widodo bersama KH Salahuddin Wahid (kanan, baris paling depan) dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo (kiri). Sebelumnya, Presiden berziarah ke makam KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, dan KH Abdurrahman Wahid.

Sungguh prihatin melihat hilangnya peran pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy’ari, dalam buku Kamus Sejarah Jilid I. Buku terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu sudah beredar di pelajar dan masyarakat tanpa menyebut KH Hasyim Asy’ari.

Alangkah naif alasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang menyatakan tidak ada niat menghilangkan peran pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Meski dikabarkan buku ini sudah dicetak sebelum periode Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, alangkah baiknya jika siapa-siapa yang terlibat dalam penyusunan buku ini segera ditelusuri.

Editor:
agnesaristiarini
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000