Museum Kepresidenan Tambah Koleksi dari Dua Wakil Presiden Terdahulu
Barang koleksi Museum Kepresidenan RI Balai Kirti bertambah. Koleksi baru itu hasil hibah dari Wakil Presiden periode 1993-1998 Try Sutrisno dan Wapres periode 2001-2004 Hamzah Haz.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Museum Kepresidenan RI Balai Kirti menerima hibah koleksi pribadi dari Wakil Presiden periode 1993-1998 Try Sutrisno dan Wapres periode 2001-2004 Hamzah Haz, Selasa (4/5/2021). Penambahan koleksi ini menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan museum.
Koleksi yang dihibahkan Try adalah pakaian sipil lengkap berupa jas, pakaian kerja, dan peci berwarna gelap, serta kacamata dan wadahnya. Ia juga memberikan Al Quran, tasbih, buku Kunjungan Kerja ke-27 Provinsi, dan sandal yang kerap ia gunakan saat menjabat wakil presiden.
Adapun Hamzah menghibahkan kemeja, sarung, peci berwarna hitam dan putih, serta baju gamis yang sering digunakan saat menjabat. Penyerahan koleksi barang-barang itu dilakukan di rumah Try dan Hamzah, kemudian diterima pihak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Saat dihubungi secara terpisah, Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti Dewi Murwaningrum mengatakan, koleksi itu akan dipamerkan ke masyarakat. Kajian akan dilakukan untuk menarasikan koleksi tersebut di museum. Adapun penambahan koleksi ini merupakan salah satu upaya mengembangkan museum.
”Koleksi tersebut akan dipamerkan di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti sebagai memorabilia. Rencana pengembangan museum ke depan tetap dilaksanakan, baik dalam hal koleksi, tata pamer, maupun kegiatan yang dapat diapresiasi masyarakat,” ucap Dewi, Rabu (5/5/2021).
Hingga kini, Museum Kepresidenan menyimpan 562 koleksi yang tersebar di Galeri Kebangsaan dan Galeri Kepresidenan. Koleksi tersebut terdiri dari, antara lain, baju dinas, bintang penghargaan, patung, buku, dan perlengkapan pribadi. Ada pula 3.881 koleksi di perpustakaan museum.
Museum tersebut menyimpan koleksi dari enam presiden, yakni Soekarno (1945-1967), Soeharto (1967-1998), BJ Habibie (1998-1999), Abdurrahman Wahid (1999-2001), Megawati Soekarnoputri (2001-2004), dan Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009 dan 2009-2014). Try Sutrisno menjadi wakil presiden pertama yang menghibahkan koleksi pribadinya ke Museum Kepresidenan.
”Kami tentu akan terus berupaya mengumpulkan koleksi-koleksi terkait dengan prestasi presiden, wakil presiden, serta hal lain terkait kepresidenan,” kata Dewi.
Peradaban
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Ristek Fitra Arda mengatakan, museum adalah rumah peradaban sehingga koleksinya akan terus ditambah. Ia meminta pihak museum segera menyiapkan ruang pamer sekaligus narasi dari koleksi-koleksi tersebut.
”Ini bisa memberi makna dan informasi bagi siapa pun, serta untuk meningkatkan karakter (pengunjung museum). Pengalaman beliau-beliau (presiden dan wapres) ini adalah bagian penting sejarah bangsa,” tuturnya.
Kami tentu akan terus berupaya mengumpulkan koleksi-koleksi terkait dengan prestasi presiden, wakil presiden, serta hal lain terkait kepresidenan.
Adapun Museum Kepresidenan kini tertutup untuk kunjungan langsung. Namun, publik masih bisa mengaksesnya secara daring. Museum menyediakan berbagai aktivitas daring yang bisa diikuti pengunjung, seperti tur museum virtual, diskusi, pameran daring, dan lomba.
Menurut Fitra, pandemi Covid-19 telah membuat kunjungan publik ke museum menurun. Akan tetapi, pandemi juga memberi peluang bagi pengelola museum untuk pengembangan. Ia mendorong agar museum membuat program berbasis teknologi untuk publik, misalnya tur museum dengan visual 360 derajat. Hal ini dilakukan, antara lain, di Museum Nasional dan Museum Affandi.
Hal serupa dilakukan di Museum Macan (Modern and Contemporary Art in Nusantara). Sejumlah kegiatan virtual dilakukan pihak museum selama pandemi. Setelah dibuka kembali per 10 Maret 2021, program-program virtual masih berjalan.
Terbaru, Museum Macan berkolaborasi dengan sejumlah perupa kontemporer dan jenama lokal untuk membuat obyek seni. ”Tahun 2020 adalah masa yang sulit. Kolaborasi adalah cara yang membuat kita tetap bertahan,” kata Head of Development Museum Macan Amalia Wirjono dalam keterangan tertulis. (SKA)