Seseorang perlu meminum delapan gelas per hari. Agar kebutuhan air tercukupi selama puasa, konsumsi air perlu diatur dari saat buka puasa hingga sahur.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesadaran menjaga kesehatan saat pandemi Covid-19 mendorong publik rutin minum air. Agar kebutuhan air minum harian terpenuhi saat puasa, mereka bersiasat dengan mengatur jadwal minum hingga menargetkan jumlah air yang harus dikonsumsi.
Pedagang di Jakarta, Agoy (22), mengaku minum sekitar 1,2 liter air per hari. Pada Ramadhan, ia berusaha membayar ”utang” minum di jam sahur dan berbuka puasa. Ia meminum dua gelas air putih di waktu sahur, kemudian sebotol air mineral berisi 600 mililiter saat buka puasa. Setelahnya, ia minum air lagi hingga sebelum tidur.
”Biasanya yang saya minum air putih. Minum itu penting karena sehat, biar tidak sakit,” katanya, Selasa (20/4/2021).
Rino (40), salah seorang wirausaha, juga sadar pentingnya minum air yang cukup untuk kesehatan. Sebab, keluarganya pernah menderita gangguan saluran kemih karena kurang minum air. Ia berupaya minum sedikitnya 1,5 liter air sehari. Agar target konsumsi airnya tercapai, Rino kerap membawa botol berisi air ketika bepergian ke luar rumah.
Saya selalu bawa botol air ke mana-mana. Isinya sekitar 600 mililiter. Jika tidak bawa, saya akan beli di swalayan. Saat pandemi begini, saya akan lihat situasi sebelum minum di tempat umum.
Ia turut memperhatikan sinyal yang diberikan tubuhnya jika kekurangan cairan, contohnya urine berwarna kuning pekat. Adapun dampak kurang minum yang ia rasakan antara lain pusing, serta konsentrasi saat bekerja dan menyetir kendaraan turun.
“Di masa pandemi, sejujurnya saya khawatir jika harus menurunkan masker dan minum air di tempat publik. Sebisa mungkin saya tahan kebutuhan untuk minum. Jika tidak tahan sampai pusing, saya akan cari pojokan yang sepi untuk buka masker dan minum,” ujar Rino.
Warga Jakarta, Tri (55), mengatakan, rata-rata ia minum 1,5 liter air per hari. Menurut dia, rutin minum air adalah salah satu upaya sederhana untuk menjaga kesehatan. Ia lebih memilih minum air mineral dibanding minuman manis.
”Saya selalu bawa botol air ke mana-mana. Isinya sekitar 600 mililiter. Jika tidak bawa, saya akan beli di swalayan. Saat pandemi begini, saya akan lihat situasi sebelum minum di tempat umum. Jika aman untuk buka masker, saya akan minum. Ini sudah kebutuhan, sih,” katanya.
Delapan gelas
Setiap orang direkomendasikan mengonsumsi delapan gelas air per hari. Kementerian Kesehatan merinci satu gelas berukuran 230 mililiter sehingga konsumsi air per hari sekitar 2 liter.
Menurut Ketua Indonesia Hydration Working Group (IHWG) Diana Sunardi, kesadaran orang Indonesia untuk minum air baik. Rata-rata orang mengonsumsi sekitar 2 liter air, bahkan lebih. Kendati demikian, masih ada kasus kurang minum air di kalangan orang dewasa dan anak-anak sehingga kampanye minum air yang cukup masih dibutuhkan.
Orang dewasa tua belum tentu merasa haus ketika tubuh kurang cairan. Penting bagi mereka dan dokternya untuk memahami gejala kekurangan dan kelebihan air.
”Tubuh butuh delapan gelas air per hari. Ini di luar cairan yang kita dapat dari makanan dan kudapan, seperti kolak pisang,” kata Diana pada webinar berjudul ”Melindungi Diri dan Raih Kemenangan Ramadhan Bersama Aqua”. ”Air yang baik untuk dikonsumsi adalah yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, bebas kuman, dan tidak mengandung bahan berbahaya,” sambungnya.
Menurut dia, air bukan sumber energi, tetapi bisa membuat tubuh berenergi. Ini karena air membantu mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Air juga menjadi media untuk mengeluarkan sisa metabolisme dari tubuh.
Dampak jangka pendek jika seseorang kurang minum air, antara lain, mulut kering, mudah cemas dan tegang, daya ingat menurun, konsentrasi turun, serta mudah mengantuk dan lelah. Sementara itu, dampak jangka panjanganya adalah potensi infeksi saluran kemih, batu ginjal, penyakit ginjal kronis, dan risiko kegemukan meningkat.
Studi dari Penn State pada 2019 menyatakan, warga lansia berusia 60 tahun atau lebih tua berpotensi mengalami dehidrasi tanpa disadari. Ini karena saat menua, cadangan air di tubuh menurun karena turunnya massa otot. Adapun hormon yang memberi sinyal dan memicu rasa haus turut menumpul.
”Orang dewasa tua belum tentu merasa haus ketika tubuh kurang cairan. Penting bagi mereka dan dokternya untuk memahami gejala kekurangan dan kelebihan air,” kata penulis studi tersebut, Hilary Bethancourt, seperti dikutip dari ScienceDaily.