Pengalaman Sukarelawan Yayasan DKK Menembus Lokasi Bencana
Sukarelawan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas berhasil menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada korban bencana siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur. Kelangkaan transportasi, jalan putus, dan ombak tinggi jadi kendala.
Oleh
Budi Suwarna
·4 menit baca
Setelah berhasil menyalurkan bantuan darurat untuk pengungsi bencana siklon tropis Seroja di Adonara, Lembata, dan Alor, tim sukarelawan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) akan bergerak ke Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur. Sejauh ini, masih ada pengungsi bencana siklon Seroja di NTT yang belum tersentuh bantuan kemanusiaan.
Manager Eksekutif Yayasan DKK Anung Wendyartaka mengatakan, Yayasan DKK telah menyiapkan sejumlah dana dari donasi pembaca Kompas yang akan disalurkan untuk pengungsi di Kabupaten Malaka. ”Kami sedang berbelanja barang-barang yang dibutuhkan pengungsi di Malaka. Timnya segera berangkat dalam beberapa hari ini,” kata Anung, Senin (19/4/2021), di Jakarta.
Bencana siklon tropis Seroja menyapu beberapa daerah di NTT dan NTB pada Minggu (4/4/2021). Khusus di NTT, bencana ini mengakibatkan 179 orang meninggal dunia dan 45 orang masih dalam pencarian. Korban meninggal terbanyak di Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata, dan Kabupaten Alor. Siklon tropis Seroja juga merusak 52.730 rumah dan sejumlah infrastruktur serta fasilitas umum. Akibatnya, ratusan ribu orang terpaksa mengungsi.
Pekan lalu, tim sukarelawan Yayasan DKK berhasil menyalurkan bantuan dari pembaca Kompas kepada ribuan pengungsi di Adonara, Lembata, dan Alor. Bantuan dengan total nilai Rp 250 juta itu terdiri dari makanan, air minum, alas tidur, pakaian, peralatan mandi, dan lain-lain.
Suyanto, sukarelawan Yayasan DKK, menceritakan, penyaluran bantuan sempat terkendala faktor alam dan keterbatasan moda transportasi. Tim Yayasan DKK awalnya berencana menyalurkan bantuan ke Adonara, Lembata, dan Alor pada Jumat (9/4/2021). Namun, rencana itu tidak berjalan lantaran penyeberangan ke Alor ditutup seiring datangnya rombongan Presiden Joko Widodo. Baru pada Minggu malam tim bisa bergerak dari basecame sukarelawan yayasan di DKK Maumere ke Larantuka.
Dari Larantuka, satu truk berisi bahan bantuan untuk pengungsi berhasil diseberangkan dengan kapal kayu ke Adonara. Bantuan dari pembaca Kompas tersebut selanjutnya disalurkan ke pengungsi di tiga titik, yakni Paroki Santa Maria Wewirang, Oyang Barang, dan Nelelamadike.
Romo Lasarus Laga Koten PR dari Paroki Santa Maria menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pembaca Kompas yang telah memberikan bantuan kemanusiaan berupa bahan makanan, alas tidur, dan kebutuhan harian lainnya. ”Kami sudah berkeliling ke beberapa pos karena kami kesulitan sembako. Kedatangan bantuan dari DKK itu seperti obat buat kesedihan kami,” ujarnya.
Susah truk dan ombak besar
Senin malam, truk lain yang membawa bantuan pembaca Kompas menyusul dari Maumere ke Larantuka. Bantuan kemanusiaan itu selanjutnya diangkut menggunakan kapal tol laut Satu Nusantara ke Kabupaten Lembata dengan perjalanan sekitar 3 jam. Sebagian bantuan diserahkan kepada Paroki Santa Maria Baneux di Lewoleba untuk selanjutnya disalurkan kepada para pengungsi. Sebagian lagi dicadangkan untuk pengungsi di Kabupaten Alor.
Namun, pengangkutan bantuan ke Alor mengalami kendala transportasi. Suyanto menceritakan, saat itu tidak ada pemilik truk di Lembaga yang mau mengangkut barang langsung ke Alor. Pasalnya, setiba di sana, mereka harus menunggu satu minggu hingga ada kapal yang membawa mereka kembali ke Lembata.
”Akhirnya, kami membawa barang bantuan secara estafet. Naik turun truk dan bongkar muat berkali-kali di beberapa pelabuhan,” kata Suyanto yang berangkat bersama Ivon dan Oscar, sukarelawan Yayasan DKK dari Gramedia Store Maumere.
Barang bantuan baru berhasil disalurkan kepada pengungsi di delapan desa di Kabupaten Alor termasuk desa-desa di Pulau Pantar pada Kamis (15/4/2021) malam. ”Pulau Pantar adalah titik terjauh yang bisa kami jangkau. Di pulau itu ada desa yang hilang disapu siklon. Perjalanan ke Pantar dengan kapal kayu hanya bisa ditempuh secara pelan-pelan karena banyak material kayu yang tersapu ke laut dari daratan. Laut sudah seperti tempat sampah raksasa,” tutur Suyanto.
Penyerahan bantuan baru bisa dilakukan pada pukul 22.00 malam. Setelah makan malam seadanya, tim Yayasan DKK memutuskan kembali ke Lembata. Ombak di sekitar Pulau Pantar saat itu relatif tenang. Namun, ombak tinggi mengguncang kapal di jalur Alor Lembata.
”Ini pengalaman yang luar biasa, apalagi saya jalani saat berpuasa. Saya cuma buka dengan air minum karena tidak ada warung tersisa di Pantar. Saya baru bisa makan setiba di Alor sekitar pukul 24.00,” kenang Suyanto.
Ketua DPRD Kabupaten Alor Enny Anggrek menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada pembaca Kompas yang telah memberikan bantuan kepada pengungsi di Alor. ”Saya juga minta Kompas menyampaikan informasi kepada pemerintah daerah dan pusat agar menangangi pengungsi dengan baik. Masih banyak pengungsi yang sama sekali belum tersentuh bantuan makanan karena terisolasi, jalanan putus, atau ada kendala transportasi,” ujar Enny.