Sulitnya Menyalurkan Bantuan untuk Korban Bencana Siklon Seroja
Penyaluran bantuan pembaca ”Kompas” untuk korban bencana di Adonara dan Lembata terkendala oleh belum normalnya jalur transportasi laut.
Oleh
Budi Suwarna
·4 menit baca
Menyalurkan bantuan ke lokasi bencana di Adonara dan Lembata, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, bukan perkara mudah. Kendala bahkan sudah menghadang saat sukarelawan dari berbagai lembaga berbelanja barang bantuan di kota terdekat. Kendala lainnya menghadang saat barang bantuan akan disalurkan.
Hal itu dialami sukarelawan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) yang telah bergerak sehari setelah bencana terjadi. Gabriel Ivon Soraya, sukarelawan Yayasan DKK yang juga Store Manager Gramedia Maumere, NTT, menceritakan, dua hari setelah bencana air bah, tanah longsor, dan terjangan angin kencang yang dipicu siklon tropis Seroja pada Minggu (4/4/2021), ia mulai berburu aneka barang untuk disalurkan ke lokasi bencana di Adonara, Lembata, dan sekitarnya.
Perburuan barang difokuskan di Maumere, kota terbesar sekaligus terdekat dengan Kabupaten Adonara dan Lembata. Setelah menerima perintah dari Yayasan DKK yang berkantor pusat di Jakarta, ia menelepon beberapa toko di Maumere untuk memesan barang-barang kebutuhan pokok dan sehari-hari.
”Kami berusaha mengamankan dulu barang-barang itu agar tidak kehabisan. Beruntung stok masih tersedia meski harus rebutan dengan sukarelawan lainnya,” ujar Ivon saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (8/4/2021) malam.
Mau beli bahan makanan pokok, pakaian, dan alas tidur saat itu susah sekali. Kami mesti rebutan dengan banyak orang.
Belajar dari pengalamannya menyalurkan bantuan kepada korban erupsi Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, akhir November 2020, stok aneka barang sehari-hari di Maumere amat terbatas. ”Mau beli bahan makanan pokok, pakaian, dan alas tidur saat itu susah sekali. Kami mesti rebutan dengan banyak orang,” kata Ivon.
Bencana akibat siklon tropis Seroja saat ini, lanjut Ivon, jauh lebih kompleks dibandingkan dengan bencana erupsi Ile Lewotolok karena skala bencananya lebih besar, korban lebih banyak, dan area yang terdampak jauh lebih luas. Dengan demikian, warga terdampak bencana yang membutuhkan bantuan juga lebih banyak dan lokasinya tersebar.
Suyanto, sukarelawan Yayasan DKK dari Jakarta yang bergabung dengan Ivon dan kawan-kawan di Maumere pada Selasa (6/4/2021) menambahkan, pihaknya berhasil mendapatkan beras dari Bulog di Maumere. Selain itu, minyak goreng, mi instan, alas tidur, bantal, pakaian, dan perlengkapan mandi juga sudah diperoleh. Hanya masker yang belum diperoleh karena stok di Maumere habis.
”Tapi, kalau mencari bahan makanan pokok dan perlengkapan tidur hari ini belum tentu dapat. Alas tempat tidur dan kasur sudah habis di pasar. Sudah diborong berbagai lembaga untuk disalurkan ke lokasi bencana. Kami mesti menunggu pasokan lagi dari luar Maumere,” ujarnya.
Sebagian besar barang kebutuhan pokok dan sehari-hari di Maumere dipasok dari Surabaya dan beberapa kota lain di luar NTT. Pasokan saat ini tersendat karena pengiriman melalui jalur laut terkendala oleh cuaca dan ombak yang sedang mengganas di perairan sekitar NTT.
Barang bantuan tertahan
Kamis malam, para sukarelawan Yayasan DKK masih mengemas barang-barang bantuan yang akan disalurkan kepada korban bencana di Adonara, Lembata, dan sekitarnya. Mereka merencanakan membawa barang-barang bantuan dari pembaca Kompas itu pada Jumat (9/4/2021) ini melalui jalur darat ke Larantuka yang bisa ditempuh dalam waktu 3-4 jam. Setelah itu, barang bantuan akan diangkut dengan perahu kayu ke Adonara dan feri ke Lembata.
Namun, rencana itu tidak bisa dijalankan dan harus ditunda. Pasalnya, jumlah truk pengangkut terbatas dan jadwal penyeberangan ke Adonara dan Lembata belum jelas akibat masih tingginya gelombang laut. ”Jadwal penyeberangan masih simpang siur karena cuaca di laut belum menentu. Kami masih memantau terus lewat beberapa saluran. Begitu akses penyeberangan ada, kami akan langsung bergerak untuk menjangkau korban,” ujar Suyanto.
Ketua Yayasan DKK Tomy Trinugroho mengatakan, Yayasan DKK menyalurkan tanggap darurat bencana tahap pertama untuk korban bencana di Flores Timur senilai Rp 200 juta. Yayasan DKK juga menyalurkan bantuan serupa senilai Rp 50 juta untuk korban bencana siklon Seroja di Bima, Nusa Tenggara Barat. ”Kami terus memantau perkembangan di lokasi bencana dan mencatat kebutuhan warga terdampak bencana di sana untuk penyaluran bantuan tahap berikutnya,” ucap Tomy.
Tomy menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pembaca Kompas yang menyalurkan donasi melalui Yayasan DKK. Selain itu, ia juga mengapresiasi para sukarelawan Yayasan DKK dan lembaga lain yang berjibaku untuk menyampaikan bantuan bagi korban bencana siklon Seroja di tengah cuaca buruk dan bayang-bayang pandemi Covid-19.
Hari ini, Presiden Joko Widodo tiba NTT untuk meninjau langsung sejumlah lokasi terdampak bencana siklon tropis Seroja. Presiden juga datang untuk menyapa para penyintas bencana dan memastikan penanganan bencana berjalan dengan baik.