Pembelajaran Berbasis Teknologi Tetap Dibutuhkan Seusai Pandemi Covid-19
Teknologi dinilai tetap akan relevan bagi dunia pendidikan dengan atau tanpa adanya pandemi Covid-19. Hal ini agar dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendidikan berbasis teknologi dinilai tetap akan relevan setelah pandemi Covid-19 berakhir. Guru didorong menggunakan teknologi untuk menyampaikan materi secara komprehensif dan menyenangkan. Siswa juga didukung untuk mengeksplorasi minat dengan teknologi.
Peran teknologi juga masih signifikan walau pemerintah berencana menerapkan pembelajaran tatap muka secara bertahap pada Juli 2021. Menurut Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, sistem pembelajaran campuran (blended learning) masih akan dibutuhkan.
”Itu tergantung bagaimana sekolah mendesainnya (sistem belajar ke depan). Perlu dipetakan lebih dulu apakah pembelajaran tatap muka akan berlaku sepenuhnya atau berlaku sebagian sehingga perlu dukungan teknologi,” kata Heru saat dihubungi, Senin (15/3/2021).
Berdasarkan laporan Global Education Monitoring oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), teknologi bisa membantu pembelajaran, bahkan dalam kondisi normal. Pembelajaran bisa dilakukan dengan sistem campuran.
Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno mengatakan, teknologi untuk pendidikan jangan hanya dipakai saat pandemi Covid-19. Pengunaan teknologi harus berkelanjutan (Kompas, 7/7/2020).
Perlu dipetakan lebih dulu apakah pembelajaran tatap muka akan berlaku sepenuhnya atau berlaku sebagian sehingga perlu dukungan teknologi.
”Adopsi teknologi untuk pembelajaran harus menjadi kultur. Kalau jadi kultur, berarti tidak tergantung peraturan yang mana. Perspektifnya adalah deregulasi,” kata Totok.
Pengamat telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Information Communication Technology Institute Heru Sutadi mengatkan, pendidikan berbasis teknologi masih relevan setelah pandemi usai. Ini karena kondisi pandemi masih fluktuatif. Kebijakan pemerintah pun bisa berubah sewaktu-waktu.
”Teknologi tetap relevan dengan atau tanpa pandemi,” tutur Heru Sutadi. ”Kita masih belum tahu kapan pandemi berakhir walau vaksin sudah ditemukan. Pembentukan kekebalan komunitas masih butuh waktu. Belum lagi, ada virus korona varian baru saat ini. Artinya, pembelajaran jarak jauh (PJJ) berbasis teknologi masih sangat mungkin berlaku,” tuturnya.
Pemanfaatan
Pemanfaatan teknologi sebenarnya sudah berlaku jauh sebelum pandemi, misalnya ketika guru menyampaikan materi di kelas dengan presentasi menggunakan proyektor dan layar LCD. Namun, pemanfaatan teknologi masa kini bisa dikembangkan.
Adopsi teknologi untuk pembelajaran harus menjadi kultur. Kalau jadi kultur, berarti tidak tergantung peraturan yang mana. Perspektifnya adalah deregulasi.
Pengenalan teknologi lebih lanjut perlu diberikan kepada guru. Guru juga didorong untuk kreatif menggunakan teknologi dalam menyampaikan materi. Dengan begitu, suasana belajar diharapkan menjadi menyenangkan.
”Ada teknologi virtual reality dan augmented reality. Itu bisa dimanfaatkan agar pelajaran menarik. Di sisi lain, teknologi bisa dimanfaatkan siswa untuk bereksplorasi,” kata Heru Sutadi.
Teknologi yang dinilai sesuai untuk PJJ adalah yang sederhana dan mudah digunakan. Guru ditantang mengemas materi sekreatif mungkin secara simpel. Untuk itu, pelatihan untuk guru diperlukan.
Head of Commercial Product Acer Indonesia Riko Gunawan mengatakan, sebagai salah satu perusahaan di bidang teknologi informasi, Acer berkomitmen mendukung pendidikan berbasis teknologi di Indonesia. Acer pun meluncurkan program Acer for Education untuk guru dan sekolah. Program itu antara lain mencakup pelatihan dan sertifikasi guru.
Program itu juga menyediakan sistem manajemen pembelajaran (LMS) terpadu serta laptop. Adapun LMS merupakan salah satu faktor pendukung teknologi pendidikan atau education technology (edtech).
LMS itu berupa laman yang bisa diakses guru, kepala sekolah, siswa, dan orangtua siswa. Di dalamnya ada sistem terpadu untuk PJJ, seperti kelas daring, ruang diskusi daring, buku digital, rapor siswa, dan pekerjaan rumah digital.
”Sosialisasi ke sejumlah sekolah sudah dilakukan. Beberapa sekolah sudah mengonfirmasi untuk menggunakan LMS,” kata Riko.