Muda Nyalakan Asa
Pandemi Covid-19 dan aneka masalah lain masih akan ada di 2021. Walakin, semua bisa teratasi lewat kerja sama dengan ketekunan, kedisiplinan, dan keyakinan. Jaga semangat dan pikiran positif.
Harapan adalah senjata yang amat kuat kala yang lain musnah. Dalam keadaan berat, seperti dialami miliaran orang akibat pandemi Covid-19 sepanjang 2020, berbagai upaya tetap dilakukan guna menyelesaikan karena masih ada harapan untuk masa depan.
Baca juga: Tahun 2020, Bersyukur Mampu Bertahan
Moorissa Tjokro, salah seorang pengembang fungsi otopilot penuh di Tesla, mengalami banyak kegagalan dan kesedihan sepanjang 2020. Meski demikian, perempuan yang bekerja di kantor pusat produsen kendaraan listrik itu yakin lebih kuat dan bersinar pada 2021.
”Saya meyakini 2021 akan jauh lebih baik atau setidaknya kita akan lebih siap menghadapi ketakterdugaan di tahun ini. Contohnya adalah perkembangan vaksin yang relatif cepat dan telah dirasakan warga AS per Desember 2020. Hal itu terhitung cepat jika melihat vaksin telah ada kurang dari satu tahun penyebaran pandemi,” ujarnya.
Dengan keyakinan itu, ia akan terus fokus mengembangkan mobil otopilot penuh di Tesla. ”Kini (otopilot) dipakai secara terbatas di beberapa negara. Saya sangat bangga karena bisa berkontribusi dan belajar dari rekan kerja di Tesla,” ujarnya.
Seperti Moorissa, Fala Adinda juga menyebut vaksin Covid-19 membawa harapan. Walakin, ia tetap mengingatkan bahwa pandemi masih terus ada. Karena itu, dokter yang menjadi sukarelawan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet, Jakarta, itu mengajak semua orang bersama-sama menyelesaikan pandemi ini.
Baca juga: Perjuangan Tak Bertepi Sukarelawan Pandemi
”Tidak bisa diserahkan kepada orang lain, sementara kita maunya jalan-jalan meski mengaku mematuhi protokol kesehatan. Tahan dulu, tunda dulu,” katanya.
Ia juga menyebut 2021 sebagai periode untuk terus berbagi dan saling membantu. Ia melakukan itu dengan menjadi sukarelawan di rumah sakit. ”Aku takut menyesal kalau tidak melakukan apa-apa,” ujarnya.
Olimpiade
Penundaan aneka rencana juga dialami Marcus Fernaldi Gideon. Salah satunya, tampil di Olimpiade Tokyo. Persiapan panjang terpaksa ditata ulang setelah penyelenggara memutuskan Olimpiade Tokyo dijadwal ulang dari 2020 menjadi Agustus 2021.
Sebagai andalan Indonesia di nomor ganda putra pada cabang bulu tangkis, ia dan Kevin Sanjaya Sukamuljo diharapkan meraih emas di Olimpiade Tokyo. ”Fokus saja pada latihan, jangan berpikir tahun 2020 yang sulit karena 2021 banyak target yang ingin saya raih,” katanya.
Bersama Kevin, ia akan memulai 2021 dengan tampil di Thailand Terbuka dan final BWF World Tour pada Januari. Semua turnamen itu dimundurkan dari 2020 dan akan digelar di Thailand. Turnamen pertama dimulai pada 12 Januari 2021. Sementara BWF World Tour, yang hanya diikuti delapan pasangan ganda putra terbaik dunia, akan berlangsung pada akhir Januari 2021.
Untuk mengikuti kedua turnamen itu, juga Olimpiade Tokyo, Marcus tentu harus terus mengasah ketajamannya. Untuk itu, ia terbiasa berlatih sendiri saat libur latihan di pelatnas. Tempat latihan di luar pelatnas di antaranya Gideon Badminton Hall di Bogor, Jawa Barat.
Berdirinya gedung latihan bulu tangkis tersebut adalah cita-cita lamanya yang telah ia wujudkan pada 2020. ”Itu mimpi saya yang terwujud pada 2020. Ada beberapa yang tertunda, mudah-mudahan bisa segera terlaksana pada 2021,” ujar Marcus.
Mental kuat
Seperti Marcus, Angkie Yudistia juga memercayai kekuatan harapan dan berpikir positif. ”Berpikiran negatif hanya akan membuat kita ciut sebelum mencoba, kalah sebelum bertanding,” ujar staf khusus dan juru bicara Presiden RI di bidang sosial itu.
Baca juga: Inovasi untuk Bangkit Setelah Pandemi
Ia meyakini semangat dan harapan harus terus dijaga selama mimpi masih ada. Tahun ini, kesulitan seperti di 2020 bisa saja masih ada. Walakin, kreativitas dan inovasi perlu dimunculkan untuk mencari jalan keluar. ”Dalam setiap kesulitan pasti ada jalan keluar,” tutur penulis buku Perempuan Tunarungu Menembus Batas ini.
Angkie memilih menjadi orang bermental kuat, berusaha semaksimal mungkin dan percaya diri dengan kemampuannya. ”Orang yang punya mental kuat, tidak memikirkan hasil. Artinya, lebih suka berusaha semaksimal mungkin dan percaya diri akan kemampuannya. Jadi, teruslah kejar mimpi!” ujarnya.
Belajar
Sementara Melati Wijsen, insiator dan co-founder Bye Bye Plastic Bags dan Youthtopia Bali, menilai 2020 memberikan banyak kesempatan belajar. ”Salah satu pembelajaran yang kami telah petik juga adalah ketekunan,” kata Melati.
Baca juga: Pelajaran dari Pandemi untuk Perubahan Iklim
”Dengan menjadi tekun, kami bisa melewati tantangan sejauh ini. Selain itu, tahun 2020 juga telah mengajari kami semua untuk terus rendah hati dan bersyukur,” ujarnya.
Bersama adiknya, Isabel Wijsen, Melati menginisiasi kampanye edukasi mengenai polusi sampah plastik dan aksi sukarelawan mengurangi sampah plastik sekali pakai melalui gerakan Bye Bye Plastic Bags mulai dari 2013 di Bali. Aksi dari kakak beradik itu diakui dunia dan mereka memperoleh penghargaan Bambi (2017) sebagai insan inspiratif.
Sejauh ini, gerakan Bye Bye Plastic Bags dinyatakan sudah menyebar ke sekitar 50 lokasi di seluruh dunia. ”Tahun 2020 kami menyambut delapan tim baru,” ujarnya.
Ia mengatakan, hampir tidak mungkin lagi kehidupan akan kembali seperti sebelum pandemi. ”Tidak ada lagi (istilah) kembali ke normal. Kita harus berubah,” katanya.
Ia berharap semakin banyak yang paham bahwa cara hidup lama tidak bisa diterapkan lagi. ”Saya berharap dan percaya bahwa di tahun 2021 kita semua bisa mengimplementasikan gaya hidup berkelanjutan di kehidupan sehari-hari,” kata Melati.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Mulai Didistribusikan ke 34 Provinsi
Fala dan Moorissa pun berpendapat senada dengan Melati. Bagi Fala, kehidupan pada 2021 dan setelahnya harus dilakoni dengan adaptasi kebiasaan baru. ”Ada protokol baru,” kata Fala.
Seperti yang sudah dilakoninya sepanjang 2020, ia mengajak semua orang menahan diri untuk kembali berkumpul tanpa jaga jarak. Perlu pula menahan diri untuk bepergian. ”Demi kemajuan bersama di masa depan,” ujarnya.
Moorissa menyebut, mungkin pandemi ingin memberikan waktu bagi bumi untuk beristirahat sejenak dari polusi dan kelalaian manusia. ”Sekarang mungkin waktunya menjaga lingkungan kita dari kerusakan akibat aktivitas manusia,” ujarnya.
Ia mengatakan, pandemi juga memberinya kesempatan beradaptasi dengan kedisiplinan. ”Saya belajar untuk tahu batas antara urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sampai sekarang pun saya masih terus belajar untuk membedakan waktu kerja dan waktu luang secara jelas,” ujarnya.
Baginya, perubahan rencana adalah hal wajar. Sebab, kesempatan bisa datang juga pergi.