Pola Belanja Berubah, Masyarakat Cermati Nilai Produk
Menurut survei McKinsey, lebih dari 40 persen responden akan mengurangi frekuensi belanja secara fisik, seperti di pasar dan swalayan. Perpaduan belanja daring dan fisik dinilai jadi solusi bagi pelaku usaha ritel.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akibat pandemi Covid-19, pola belanja masyarakat beralih dari mengunjungi toko fisik ke penyelenggara perdagangan melalui sistem elektronik atau e-dagang. Dalam berbelanja pun, masyarakat cenderung mencermati nilai produk yang dibelinya lantaran terbatasnya sumber pemasukan.
Hasil survei McKinsey & Company berjudul ”Implications of Covid-19 for Retail and Consumer Goods in Indonesia” yang dihelat 25-26 April 2020 dan melibatkan 711 orang menunjukkan, 36 persen responden menyatakan akan lebih menggunakan aplikasi untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan 40 persen akan memanfaatkan e-dagang selama pandemi Covid-19.
Di sisi lain, lebih dari 40 persen responden menyatakan akan mengurangi frekuensi belanja secara fisik, misalnya di pasar tradisional, toko kelontong, atau ritel (convenience store). Menurut Partner and Co-Leader of Consumer Packaged Goods and Retail practices in Southeast Asia McKinsey, Ali Potia, perpaduan belanja daring dan fisik jadi solusi bagi ritel.
”Untuk pemain ritel besar, mereka dapat menguatkan omnichannel yang dimiliki. Untuk pemain ritel skala kecil, seperti toko kelontong, mereka mesti tergabung dalam ekosistem digital. Contohnya, membuat grup percakapan dengan pelanggan yang berasal dari komunitas lokalnya dan melayani kebutuhan belanja mereka,” ujarnya saat konferensi pers pemaparan hasil survei, Senin (18/5/2020).
Dari segi barang yang dibeli masyarakat, Partner and Co-Leader of Consumer Packaged Goods and Retail practices in Southeast Asia McKinsey, Simon Wintels, menyatakan, konsumen akan memiliki lebih banyak pertimbangan saat berbelanja. Ada sejumlah nilai produk yang menjadi pertimbangan, seperti tingkat kesegaran, kesehatan, dan lokalitasnya.
Tambahan pertimbangan itu, menurut Simon, disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat terhadap ketahanan pendapatannya. Hasil survei yang sama menyebutkan, 54 persen konsumen responden menyatakan sangat khawatir sumber pemasukan keluarganya akan terdampak pandemi Covid-19 hingga ke tingkat tak mampu membeli kebutuhan sehari-hari. Sementara sebanyak 40 persen konsumen akan membatalkan rencana pembelian terhadap produk tertentu akibat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pandemi.
Berkurang
Pola belanja selama Ramadhan-Lebaran tahun ini pun berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ketua Komite Ritel Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Tutum Rahanta menuturkan, normalnya, ada peralihan belanja 70 persen ke produk kategori sandang selama Ramadhan-Lebaran sehingga penjualan barang di kelompok ini meningkat 2-3 kali lipat. Produk makanan-minuman yang bersifat musiman, seperti sirup, juga mengalami peningkatan penjualan hingga 50 persen.
Akibat pandemi, kata Tutum, tren tersebut tak tergambar dalam belanja Ramadhan-Lebaran 2020. Meski belum bisa menyebutkan angkanya, dia mengatakan, ada penurunan belanja di kategori produk-produk yang biasanya meningkat selama Ramadhan-Lebaran, seperti sandang.
Sejumlah pelaku ritel telah menyiasati dengan menguatkan kanal digital sehingga konsumen dapat berbelanja secara daring. Namun, strategi ini hanya bisa menjangkau masyarakat di kelompok sosial ekonomi berstatus (SES) A dan B. Masyarakat di kelompok SES C dan D belum terbiasa berbelanja daring.
Pemerintah mulai memberikan sinyal pelonggaran pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam menangani pandemi Covid-19. Hal ini dapat berdampak pada relaksasi operasional ritel.
Apabila terdapat relaksasi, Tutum mengatakan, pelaku ritel akan berdiskusi bersama pengelola pusat perbelanjaan dan ahli kesehatan untuk merumuskan prosedur operasional standar. Salah satu aspek yang diperhatikan adalah tingkat kepadatan di dalam toko.
Sementara itu, External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menyebutkan, produk-produk dalam kategori kesehatan, keperluan rumah tangga, serta makanan dan minuman meningkat secara signifikan. Peningkatan ini terjadi hingga menjelang Lebaran 2020.
Dalam kategori keperluan rumah tangga, Ekhel menyebutkan, produk yang paling dicari terdiri dari cairan disinfektan, tisu, dan air purifier. Di kategori makanan dan minuman, penjualan daging sapi, jahe, dan kurma meningkat.