Sebagai Uskup Ruteng, Romo Siprianus Hormat dihadapkan pada tantangan menyatukan dan memberdayakan umat demi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat.
Oleh
AGUIDO ADRI dan MELATI MEWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Romo Siprianus Hormat Pr, Sekretaris Eksekutif Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), diangkat sebagai Uskup Ruteng, Nusa Tenggara Timur, Rabu (13/10/2019). Sebagai uskup, dia dihadapkan pada tantangan menyatukan dan memberdayakan umat demi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat. Selain itu, dia diingatkan untuk tetap menjadikan keberagaman dan kemajemukan sebagai semangat pastoral.
Romo Siprianus Hormat atau akrab disapa Romo Sipri lahir di Cibal, Manggarai, Nusa Tenggara Timur, 16 Juli 1966. Sipri diangkat menjadi Uskup Ruteng menggantikan Mgr Hubertus Leteng Pr yang mengundurkan diri dua tahun lalu.
Kardinal Ignatius Suharyo mengatakan, proses pemilihan uskup sangat hati-hati karena mengedepankan integritas, moral, dan kemampuan bekerja sama.
”Pemilihan bukan karena karier atau jabatan. Kualifikasi spiritualitas dan integritas yang paling penting. Romo Sipri di KWI bekerja dengan baik dan tekun. Pelayanannya besar dan menyenangkan,” kata Kardinal Suharyo, Selasa (13/11/2019).
Dia berharap Romo Sipri tetap sederhana, sepenuh hati, dan gembira dalam pelayanan saat menjalankan tugas sebagai uskup.
Rohaniwan sekaligus anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Benny Susetyo, mengatakan, sebagai putra daerah, Romo Sipri layak dan pantas menjadi Uskup Ruteng karena paham kondisi wilayah, gereja, dan berbagai dinamika sosial budaya di sana. Selain itu, pengalamannya sebagai Sekretaris Eksekutif KWI sejak 2016 akan sangat membantu karya pelayanan Uskup Sipri di Ruteng.
”Tantangannya tidak hanya menyatukan umat, budaya lokal, tetapi juga empowering (pemberdayaan) umatnya. Sehingga gereja hadir di tengah kemiskinan umatnya, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umat. Gereja harus hadir dalam suka duka umat. Saya harap ia bisa menjadi gembala yang baik yang mengenal kawanan dombanya (umat),” tutur Benny.
Hal lain yang juga penting, menjadikan keberagaman dan kemajemukan sebagai semangat pastoral di wilayah pelayanan keuskupan di Ruteng.
”Romo Sipri tahu jika di KWI harus mengutamakan Pancasila dalam segala bidang. Pengalamannya di KWI dan relasi antarumat beragama akan membantunya untuk semakin merajut persaudaraan sejati,” ucapnya menambahkan.
Benignus Frans Josep, sahabat Sipri semasa SMP dan SMA di Seminari Pius XII Kisol (1980-1986), turut gembira atas pengangkatan Sipri sebagai Uskup Ruteng. Frans mengenal Sipri sebagai sosok yang rendah hati, baik, dan tegas.
Frans berharap Sipri bisa terus melestarikan toleransi dan perdamaian di Nusa Tenggara Timur, khususnya di wilayah Ruteng dan Manggarai.
”Itu menjadi tantangan di tengah maju dan berkembangnya dunia secara teknologi dan sosial. Nilai luhur lokalitas dan keharmonisan tetap harus terjaga dengan baik,” tutur Frans.
Kemajuan teknologi, dia melanjutkan, bisa mengubah perilaku, khususnya anak muda. Oleh karena itu, Frans berharap Romo Sipri bisa merangkul anak-anak muda agar tidak kehilangan nilai-nilai luhur yang selama ini dipegang.
Romo Sipri mengenyam pendidikan SD di SDK Ri’I (1974-1980), lalu SMP dan SMA di Seminari Pius XII Kisol (1980-1986). Ia kemudian melamar menjadi imam projo Keuskupan Ruteng. Ia studi di STFK Ledalero pada 1987-1991, lalu studi teologi di kampus yang sama pada 1993-1995.
Sipri melanjutkan studi di Universitas Lateran, Italia (Licenciat), pada 1999-2001 dan Kursus Formasi di Gregoriana (2001-2002).
Pada 1995, ia ditahbiskan menjadi imam tahun dan ditugaskan sebagai Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Ruteng dan menjadi Pastor Kapelan di Paroki Cewonikit, Ruteng, hingga 1996.
Tahun 1996-1997, dia menjadi pastor pendamping para frater yang menjalani Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Lela, Maumere, Flores. Pada 1998 menjadi pastor rekan Paroki St Paskalis, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Selanjutnya, tahun 2002-2012 menjadi staf pembina Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret.
Pada saat bersamaan, tahun 2003-2012, Romo Sipri menjadi staf pengajar STFK Ledalero. Ia juga menjadi dosen tamu di STKIP St Paulus Ruteng (sekarang Unika St Paulus) pada 2007-2011. Sejak 2012, Romo Sipri hijrah ke Jakarta menjadi Sekretaris Komisi Seminari KWI dan Sekretaris Harian BKBLII KWI. Ia juga menjadi ketua UNIO Indonesia sejak 2014.