JAKARTA, KOMPAS – Angka kematian ibu di Indonesia tergolong tinggi meski jumlahnya menurun. Salah satu penyebabnya adalah kapasitas bidan yang belum terstandardisasi di seluruh Indonesia. Program “Berani” yang diluncurkan, Senin (10/12/2018), di Jakarta, antara lain akan berfokus meningkatkan kapasitas bidan.
Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Subandi, mengatakan, angka kematian ibu sesuai dengan Survei Penduduk Antarsensus (Supas) 2015 mencapai 305 per 100.000 kelahiran. Sebelumnya pemerintah mencanangkan pada 2019 angka kematian ibu bisa ditekan 306 per 100.000 kelahiran.
Meski hampir sesuai target, Subandi menyatakan angka tersebut masih tergolong tinggi. Sebab, dalam sasaran Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goal/MDG) disebutkan angka kematian ibu di suatu negara ditetapkan kurang dari 150 per 100.000 kelahiran.
“Jadi ini kita harus bekerja keras mempercepat penurunan angka kematian ibu,” kata Subandi di Jakarta.
Menurut Subandi, tingginya angka kematian ibu di Indonesia berakar dari belum adanya pemahaman tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Selain itu, lanjut Subandi, angka kematian tertinggi masih disebabkan adanya permasalahan di layanan kesehatan.
“Berarti kualitas pelayanan kesehatan harus kita tingkatkan,” ujarnya.
Pembenahan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi perhatian Dana Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA). Bekerja sama dengan pemerintah Kanada dan Indonesia, mereka meluncurkan program “Berani” di Jakarta. Program tersebut akan berlangsung hingga 2021 dan secara spesifik bertujuan menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.
Pemerintah Kanada menggelontorkan 8 juta dollar Kanada atau Rp 8,7 miliar untuk mendanai sejumlah program turunannya. Program turunan itu di antaranya konseling terhadap remaja dan membangun lima pusat sekolah kebidanan di Indonesia.
Programme Analyst for Adolescent Reproductive Health Sexual and Youth Dana Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA), Margaretha Sitanggang, menyampaikan, pembangunan lima pusat sekolah kebidanan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sekolah kebidanan yang ada di Indonesia saat ini. Menurut Margaretha, kapasitas bidan di Indonesia bukan berarti kurang bagus, hanya saja belum ada standardisasi yang jelas antardaerah.
Adapun lokasi pembangunan pusat sekolah kebidanan belum ditentukan. Saat ini UNFPA tengah menyeleksi proposal yang masuk. Sekolah-sekolah kebidanan yang tertarik dipersilakan
“Tenaga kesehatan kita banyak, tapi kenapa angka kematian tinggi?” ujarnya.