Indonesia Miliki Pengolahan Sampah Saset Pertama di Dunia
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia, di antaranya berupa kemasan saset yang sulit terurai di alam bebas. Untuk mendayagunakan sampah saset, PT Unilever Indonesia Tbk menginisiasi pabrik percontohan teknologi CreaSolv® Process di Sidoarjo, Jawa Timur. Keberadaan pabrik tersebut merupakan yang pertama di dunia.
Sampah kemasan saset berbeda dengan sampah plastik kebanyakan. Sampah saset lebih sulit diurai karena terdiri dari tiga lapisan, yaitu polietilena tereftalat, metalized, dan polietilena. Hal itu berbeda dengan sampah plastik kebanyakan yang hanya terdiri dari satu lapisan.
Karena sulit diurai dan didaur ulang, tidak banyak yang memanfaatkan sampah saset. Beberapa tahun lalu belum ada teknologi yang bisa mendaur ulang sampah saset sehingga mencemari lingkungan, tanah, sungai, dan lautan.
PT Unilever Indonesia Tbk, Jumat (26/10/2018), memperkenalkan pabrik percontohan teknologi CreaSolv® Process. Teknologi itu memungkinkan sampah-sampah kemasan saset diolah menjadi lembaran plastik yang siap digunakan kembali menjadi kemasan saset. Pabrik tersebut merupakan kerja sama Unilever Indonesia dengan Fraunhofer Institute di Jerman.
“Kami merancang teknologi ini sejak 2011. Pabrik ini merupakan yang pertama di dunia,” ujar Chief Research and Development Unilever Global David Blanchard di pabrik CreaSolv®, Sidoarjo, Jawa Timur.
Saat ini penggunaan konten plastik daur ulang oleh Unilever Indonesia baru mencapai 10 persen. Mereka menargetkan bisa naik menjadi 25 persen pada 2025. Unilever Indonesia juga berkomitmen mengurangi berat kemasan produk mereka pada 2020 menjadi sepertiga lebih kecil dari berat saat ini.
Ekonomi sirkular
Blanchard mengatakan, teknologi CreaSolv® akan membuat siklus ekonomi yang tadinya linier menjadi sirkular. Menjadi sirkular karena sampah saset tidak terbuang dan mencemari lingkungan. Namun, bisa didaur ulang sebagai bahan membuat kemasan saset yang baru.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, dipilihnya Indonesia sebagai lokasi beroperasinya pabrik CreaSolv® didasari atas beberapa pertimbangan. Salah satunya, Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia.
Data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.
General Manager Unilever Indonesia Foundation Sinta Kaniawati menjelaskan, pada tahap awal atau uji coba, pabrik ini berpotensi menyerap 3 ton sampah saset per hari. Diperkirakan apabila sudah mencapai tahap komersial, kapasitas terpasangnya akan meningkat menjadi 6 - 27 ton sampah saset per hari.
Adapun salah satu tantangan terbesar adalah sulitnya mengumpulkan sampah saset. Hal itu karena saat ini masyarakat belum memiliki kebiasaan untuk memilah sampah. Sampah saset dan sampah jenis lainnya menjadi tercampur di tempat pembuangan sampah. Kondisi itu menyulitkan Unilever Indonesia untuk menyaring sampah saset yang akan didaur ulang.
“Untuk itu sinergi antara pemerintah dan semua elemen masyarakat sangat diperlukan guna membantu pengumpulan sampah saset,” katanya.