KTT Khusus ASEAN-AS dan Peluang Investasi di Indonesia
KTT ASEAN-AS kesempatan bagi pemimpin negara ASEAN dan Amerika Serikat menegaskan kembali komitmen bersama dalam menegakkan posisi sentral ASEAN. Ada banyak peluang investasi yang dapat ditawarkan Indonesia kepada AS.
Oleh
M ARSJAN RASJID PM
·4 menit baca
Di tengah dinamika ekonomi-politik global, KTT Khusus ASEAN-AS menjadi kesempatan bagi para pemimpin negara ASEAN dan Amerika Serikat menegaskan kembali komitmen bersama dalam menegakkan posisi sentral ASEAN.
Dengan populasi gabungan 667 juta dan produk domestik bruto (PDB) agregat 3 triliun dollar AS, ASEAN adalah ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2030, membuat AS memiliki kepentingan yang besar untuk memperdalam hubungan dagang dan investasi di wilayah Asia Tenggara.
Posisi sebagai negara terbesar di ASEAN, dengan proyeksi 200 juta populasi di kelas konsumsi pada 2030, menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis bagi AS untuk memperkuat posisinya di ASEAN.
Sayangnya, selama ini AS memiliki kebijakan perdagangan yang lemah dengan Asia Tenggara dan lebih fokus dalam membahas isu pertahanan dan keamanan dibandingkan kerja sama ekonomi sehingga tidak heran China dapat menyalip pengaruh AS dalam ekonomi ASEAN.
Sumbangsih China dalam perekonomian Indonesia pun lebih besar daripada AS. Tahun 2020, AS menyumbang 11 persen dari total ekspor dan 5,4 persen dari total impor Indonesia, sedangkan China menyumbang 18,3 persen ekspor dan 29 persen impor Indonesia. Jika ditelusuri dari 2010, pertumbuhan pangsa pasar AS di Indonesia cukup statis, sedangkan pertumbuhan pangsa China meningkat hampir dua kali lipat.
Dalam aspek investasi, China sekali lagi berhasil membalap AS, dengan nilai investasi langsung asing (FDI)/penanaman modal asing (PMA) di Indonesia pada 2020 lebih tinggi sebesar 904,34 juta dollar AS atau 47,55 persen, dibandingkan FDI dari AS.
Kerja sama militer dan keamanan AS dengan Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya sangat dihargai, tetapi masih banyak peluang lain yang bisa dibuka, terutama di bidang ekonomi.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada kejelasan tujuan dan manfaat Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik, membuat peluang perdagangan masih terbatas. Meski begitu, masih ada peluang besar untuk kerja sama melalui penanaman modal dan berbagi teknologi yang dapat dijajaki.
Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, telah membuktikan dirinya sebagai salah satu negara yang paling ramah terhadap investasi melalui pengesahan UU No 11 Tahun 2020.
Peluang investasi di Indonesia
Ada begitu banyak peluang investasi yang dapat ditawarkan Indonesia kepada AS. Pertama, melalui potensi besar Indonesia dalam hal nikel, yang merupakan komoditas idola saat ini. Seiring dengan perkembangan ekosistem electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik, permintaan produk baterai juga meningkat, membuat harganya naik sehingga industri penambangan nikel akan sangat menguntungkan.
Ke depan, Indonesia tidak akan lagi bergantung pada sumber daya alam mentah. Indonesia berambisi menjadi pusat produksi baterai dan EV melalui kebijakan hilirisasi untuk memproses nikel di dalam negeri. Hal ini telah menarik investasi dari sejumlah investor China, Jepang, dan Korea, termasuk Hyundai dan Foxconn, untuk membangun baterai dan mobil listrik di Indonesia. Sangat disayangkan bagi AS apabila melewatkan peluang ini.
Kedua, AS memiliki potensi besar berinvestasi di infrastruktur digital, servis digital, ataupun platform digital. Pasalnya, sektor digital Indonesia saat ini telah berkembang pesat, menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Seperti kita ketahui bersama, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi digitalisasi di Indonesia, yang pada tahun 2021 diperkirakan pasar digital Indonesia tumbuh 50 persen mencapai nilai 70 miliar dollar AS.
Saat ini, Indonesia sudah memiliki sembilan unicorn perusahaan rintisan ( start-up). Ke depan, Pemerintah Indonesia akan menjadikan sektor digital sebagai sektor prioritas untuk dikembangkan, terutama di bidang seperti teknologi kesehatan dan teknologi pendidikan yang salah satunya diwujudkan melalui peluncuran Merah Putih Fund.
Indonesia berambisi menjadi pusat produksi baterai dan EV melalui kebijakan hilirisasi untuk memproses nikel di dalam negeri.
Ketiga, Indonesia berpotensi menjadi alternatif kapasitas bagi manufaktur China yang terganggu oleh pandemi. Saat ini, beberapa wilayah di China kembali melakukan lockdown. Sementara Indonesia dengan jumlah populasi yang besar mampu menghasilkan kapasitas produksi yang jauh lebih besar daripada semua negara ASEAN lainnya sehingga dapat mengisi celah ini.
Peran Kadin
Kita menyadari dibutuhkan upaya maksimal dari pemerintah dan dukungan dari semua pelaku usaha untuk mewujudkan peluang ini. Lalu, sebagai induk organisasi dunia usaha nasional, bagaimana Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dapat membantu merealisasikan ambisi ini?
Kadin berperan sentral untuk menggerakkan sektor swasta dan industri menumbuhkan hubungan ekonomi antara AS dan Indonesia. Kadin juga dapat membantu menavigasi peraturan dan isu terkait perdagangan dan investasi di Indonesia.
Di samping itu, Kadin sebagai penyelenggara Presidensi B20 2022 tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan penyempurnaan kebijakan, tetapi juga aksi nyata dalam bentuk proyek kerja sama antarnegara dan investasi.
Indonesia dan AS yang sama-sama merupakan pasar besar harus dapat menggunakan ajang KTT Khusus ASEAN-AS untuk memperkuat hubungan bilateral yang menguntungkan bagi kedua negara dengan memaksimalkan peluang investasi dan kerja sama.
M Arsjad Rasjid PM,Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia