Mudik Memperkuat Ikatan Sosial Bangsa
Mudik menjadi tradisi bangsa Indonesia menjelang Lebaran, merupakan upaya untuk memperkuat ikatan sosial antara pemudik dengan keluarga asal,di kampung halaman. Lebih dari itu mudik memperkuat ikatan sosial anak bangsa.
Persiapan utama bagi pemudik adalah jiwa mau meminta maaf dan memberi maaf kepada semua orang. Jiwa inilah yang sangat diperlukan dalam membangun karakter bangsa Indonesia.
Mudik adalah salah satu fenomena yang terjadi menjelang Hari Raya Idul Fitri. Namun di tahun 2022, ini merupakan peristiwa mudik yang sangat istimewa, karena sudah dua tahun masyarakat Indonesia menahan diri untuk tidak mudik akibat pandemi Covid-19.
Masyarakat sangat antusias ketika Presiden Joko Widodo, Rabu (23/3/2022) menyampaikan bahwa Ramadhan tahun ini masyarakat dapat salat tarawih di masjid dan bagi yang sudah mendapatkan vaksin penguat (booster) juga diperbolehkan mudik Lebaran. Jumlah pemudik tahun ini diprediksi sebanyak 79 juta orang (Kompas, 31/3/2022).
Mudik menjadi tradisi bangsa Indonesia menjelang Lebaran, merupakan upaya untuk memperkuat ikatan sosial antara pemudik dengan keluarga asal, di kampung halaman. Setelah salat Idul Fitri, biasanya dilanjutkan dengan saling mengunjungi sanak saudara dan teman masa kecil untuk saling bermaaf-maafan.
Persiapan utama bagi pemudik adalah jiwa mau meminta maaf dan memberi maaf kepada semua orang.
Tradisi ini bukan hanya jadi perekat sesama suku bangsa saja, tetapi juga dapat mempererat hubungan antar suku bangsa di seluruh Indonesia. Tidak jarang dalam satu keluarga ketika bekerja di kota, mendapatkan jodoh dari suku bangsa yang berbeda. Dengan demikian, mudik dapat mempererat ikatan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ikatan sosial merupakan budaya masyarakat di mana individu-individu yang menjadi anggota saling mendukung, saling percaya dan saling kerja sama atas dasar sukarela. Inilah modal sosial yang dibutuhkan dalam pembangunan negeri ini.
Suatu bangsa dikatakan kuat bukan karena mempunyai fasilitas yang hebat. Lebih penting dari itu negara akan kuat apabila masyarakatnya mempunyai ikatan sosial yang sangat kuat. Saling toleransi, saling kerja sama dan saling membantu di antara anggota masyarakat.
Baca juga Mudik
Salah satu semboyan yang sering kita dengar adalah “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Ini bentuk ikatan sosial yang dimiliki bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan. Meskipun waktu itu persenjataan pejuang Indonesia hanya bambu runcing, adanya ikatan sosial yang sangat kuat di antara pejuang dan juga masyarakat waktu itu, akhirnya dapat mengusir penjajahan dari bumi Indonesia.
Perjuangan belum berakhir, kita harus melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan mengisi kemerdekaan saat ini. Nilai-nilai perjuangan harus tetap kita kibarkan untuk menjadi bangsa yang kuat. Ikatan sosial yang diwariskan harus tetap kita jalin dan pertahankan dalam melaksanakan pembangunan saat ini.
Rindu yang mendalam
Masyarakat memendam kerinduan mendalam pada kampung halaman selama dua kali Lebaran. Kampung halaman selalu terkenang dalam kehidupannya karena adanya ikatan sosial yang sangat kuat.
Masa pandemi memaksa masyarakat untuk hidup menjaga jarak, sehingga kondisi ini berpengaruh pada kehidupan sosial. Meskipun bisa dilakukan silaturahmi dengan daring, namun rasanya tidak sama dengan bersilaturahmi secara langsung.
Pandemi Covid-19 kurang lebih dua tahun memaksa kita tidak mudik. Ketika ada yang memaksakan mudik, maka kecurigaan masyarakat terhadap pemudik akan terjadi. Pemudik akan dianggap penyebab penularan virus yang mematikan ini. Kondisi ini yang menyebabkan ikatan sosial masyarakat menjadi sedikit merenggang.
Larangan pemerintah untuk tak mudik dua tahun terakhir ini bukan tanpa alasan. Tingginya angka penularan dan kematian akibat Covid-19 menjadi alasan utama. Kebijakan ini sangat tepat karena pemerintah tidak mau ada risiko lebih besar yang merugikan masyarakat.
Tahun 2022 ini kasus Covid-19 mulai menurun sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan membolehkan melakukan mudik Lebaran. Masyarakat diperbolehkan melakukan perjalanan dengan semua moda transportasi tanpa harus tes PCR atau antigen dengan syarat sudah menjalani vaksin dosis lengkap dan booster.
Apapun tujuan dari pemudik tersebut, dapat memperkuat ikatan sosial suatu bangsa.
Modal sosial pembangunan
Setidaknya ada tiga alasan melakukan mudik Lebaran yaitu menjalin silaturahmi, rindu kampung halaman dan liburan. Silaturahmi kepada keluarga dan teman masa kecil di kampung halaman menjadi tujuan utama dari mudik Lebaran.
Apapun tujuan dari pemudik tersebut, dapat memperkuat ikatan sosial suatu bangsa. Ini merupakan modal sosial dalam membangun bangsa menjadi lebih baik. Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia saat ini memerlukan modal sosial. Woolcock mengelompokkan modal sosial menjadi empat yaitu; solidaritas, pertukaran timbal balik, nilai luhur dan kepercayaan. Keempat modal sosial tersebut dapat dibangun dengan mudik Lebaran.
Solidaritas sosial akan terbangun karena mudik akan menciptakan mekanisme kohesi masyarakat pemudik dengan masyarakat di kampung halaman. Silaturahmi dan anjangsana di antara keluarga akan dapat memperkuat kohesi sosial antara kota dengan desa. Bahkan mempererat ikatan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara meskipun berbeda status sosial.
Pertukaran timbal balik antara pemudik dengan kampung halaman sangat memungkinkan terjadi. Bukan hanya sekadar mengenang masa lalu, tetapi dengan mudik juga bisa tercipta relasi-relasi bisnis dan pekerjaan. Biasanya setelah kembali ke kota, pemudik mengajak saudara atau temannya untuk bekerja di kota.
Mudik tahun ini juga menjadi kesempatan untuk elakukan rekonstruksi ikatan sosial agar tumbuh kuat, guna mencapai tujuan bermasyarakat dan bernegara.
Mudik dapat mempertahankan nilai-nilai tradisi yang luhur. Nilai-nilai tersebut berupa gagasan dan moral yang menjadi komitmen dalam mencapai tujuan tertentu, biasanya nilai-nilai ini dipesankan orangtua saat akan pergi merantau.
Melalui mudik dapat membina kepercayaan antara pemudik dengan masyarakat di kampung halaman. Saling percaya dan tidak saling curiga selalu di bangun saat mudik, sehingga akan ada perasaan rindu untuk pulang kampung.
Mudik tahun ini juga menjadi kesempatan untuk elakukan rekonstruksi ikatan sosial agar tumbuh kuat, guna mencapai tujuan bermasyarakat dan bernegara. Di luar semua itu, mudik merupakan ekspresi kegembiraan atas puasa yang dijalani selama satu bulan penuh untuk mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi.
Dengan demikian, mudik dapat menguatkan nilai-nilai ikatan sosial sebagai modal dalam proses pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Hari Harjanto Setiawan Peneliti Kesejahteraan Sosial di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)