Investasi bitcoin dan emas memiliki beberapa kemiripan, antara lain bersifat global, persediaan terbatas, dan bisa dijadikan aset lindung terhadap inflasi. Kedua jenis investasi ini akan semakin bersaing ketat.
Oleh
MUHAMMAD NAUVAL
·5 menit baca
SUPRIYANTO
Ilustrasi
Selama berabad-abad, emas menjadi salah satu wujud manifestasi kekayaan. Dilansir dari Gold Price, koin emas pertama kali muncul dan digunakan sebagai alat tukar pada tahun 700 SM. Peran koin emas semakin universal dengan inisiatif Raja Croesus dari Lydia yang menjadikan emas sebagai mata uang internasional pada tahun 524 SM.
Namun, pada abad ke-18 emas mulai tergantikan oleh uang fiat meski saat itu emas masih berguna sebagai acuan nilai tukar uang fiat. Kini, emas tidak ada kaitannya lagi dengan mata uang, baik sebagai standar mata uang maupun konvertibilitas.
Emas kini sudah menjadi salah satu instrumen investasi yang diminati banyak orang. Keunggulannya untuk bertahan dari gejolak pasar dengan harganya yang stabil masih menjadi daya tarik bagi masyarakat. Namun, emas tentu memiliki pesaing dalam menarik aliran modal masyarakat. Beberapa di antaranya adalah obligasi, saham, dan reksadana.
Kini, ada satu instrumen investasi yang sering dianggap memiliki kemiripan dengan emas, yaitu bitcoin. Jika emas yang sering kita jumpai berwujud fisik, maka bitcoin dikategorikan sebagai emas digital. Keduanya memiliki beberapa kemiripan, antara lain bersifat global, persediaannya terbatas, dan bisa dijadikan aset lindung terhadap inflasi.
Dari segi pergerakan harga, keduanya pun sama-sama memiliki trendline positif yang konsisten hampir setiap tahun. Selama 20 tahun terakhir, harga emas terus naik. Dalam jangka waktu tersebut, emas hanya mengalami tren penurunan harga selama empat tahun, tepatnya dari akhir 2011 hingga akhir 2015. Harga emas saat itu turun dari level 1.920 per OZ ke level 1.040 per OZ.
Adapun bitcoin memang memiliki pergerakan harga yang lebih fluktuatif dan koreksi dalam rata-rata hanya terjadi sekitar tiga bulan. Semenjak dirilis pada 2009, bitcoin telah melalui berbagai bearish market (tren menurun) sehingga koin ini dianggap sebagai koin yang paling tahan banting. Bahkan, CEO Indodax Oscar Darmawan menegaskan, masyarakat kini mulai menganggap bitcoin sebagai aset safe haven (aman).
REUTERS/BENOIT TESSIER/ILUSTRASI
Koleksi bitcoin (virtual currency)
Kapitalisasi pasar
Aset safe haven sangat diminati saat kondisi ekonomi, sosial, dan politik sedang tidak stabil. Saat Covid-19 ditetapkan menjadi pandemi pada Maret 2020, bitcoin telah mengalami pertumbuhan harga hingga all time high sebesar 1.000 persen, sedangkan emas yang juga mencapai all time high hanya bertumbuh 31 persen.
Namun, kenaikan signifikan bitcoin bisa dikatakan wajar karena kapitalisasi pasar bitcoin masih terlalu kecil dibandingkan dengan emas. Saat ini (di luar kondisi all time high), kapitalisasi pasar bitcoin mencapai 880 triliun dollar AS. Jika dibandingkan dengan 10 perusahaan dengan kapitalisasi terbesar dunia, maka saat ini berada di urutan ke-7.
Namun, angka tersebut masih sangat jauh dengan kapitalisasi pasar emas yang diestimasi mencapai 12.249 triliun dollar AS. Namun, jika umur emas dibandingkan dengan bitcoin, maka umur bitcoin masih tergolong seumur jagung. Oleh karena itu, masih banyak kesempatan bagi bitcoin untuk menyaingi kapitalisasi pasar emas.
Masih banyak kesempatan bagi bitcoin untuk menyaingi kapitalisasi pasar emas.
Terlepas dari banyaknya persamaan di antara keduanya, bitcoin dan emas memiliki perbedaan yang secara fundamental bisa berpengaruh pada pertumbuhan harga keduanya, yaitu suplai. Emas dan bitcoin sama-sama merupakan aset yang jumlah suplainya terbatas. Jika suplai keduanya terdegradasi, tentu nilai keduanya akan merangkak naik.
Dilansir dari World Gold Council, saat ini ada 184.000 ton emas yang berada di gudang bawah tanah bank, cadangan emas pemerintah, dan koleksi personal. Beberapa ahli memprediksi bahwa cadangan emas akan habis pada 2050.
Adapun bitcoin memiliki suplai 21 juta koin. Saat ini, jumlah koin bitcoin yang beredar mencapai 19 juta koin. Seorang peneliti dari Chainanalysis mengatakan, sudah ada 3,7 juta koin bitcoin yang telah hilang atau hampir mencapai seperempat dari fully diluted market cap.
Jika pun mengandalkan jasa profesional di bidang peretasan, kemungkinan hanya sekitar 2,5 persen bitcoin yang bisa dikembalikan. Dengan asumsi bitcoin yang beredar 21 juta dan jumlah penduduk dunia mencapai 7,8 miliar jiwa, setiap orang hanya akan memiliki bitcoin sejumlah 0,00269 koin.
Dengan asumsi bitcoin yang beredar 21 juta dan jumlah penduduk dunia mencapai 7,8 miliar jiwa, setiap orang hanya akan memiliki bitcoin sejumlah 0,00269 koin.
Semua barang tambang memiliki jumlah yang terbatas. Namun, ”terbatas” itu sendiri tidak berarti akan habis dalam waktu dekat. Ahli sejarah minyak, Daniel Yergin, menjelaskan bahwa 86 persen cadangan minyak Amerika bukanlah perkiraan ketika ditemukan, melainkan revisi perkiraan yang terjadi ketika teknologi semakin maju.
Seharusnya emas juga dapat diasumsikan dengan pernyataan tersebut, mengingat ada beberapa tempat yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan emas karena biaya yang mahal dan teknologi yang belum mumpuni. Salah satunya adalah laut yang diperkirakan memiliki kandungan emas hingga 20 juta ton.
Namun, bitcoin bisa ditambang oleh siapa saja. Anda hanya perlu beberapa perangkat mekanis untuk menambang bitcoin secara mandiri atau kelompok. Bitcoin diramalkan akan habis ditambang pada tahun 2140. Berbeda dengan emas, bitcoin memiliki pembatasan mining sehingga tidak mudah untuk dieksploitasi besar-besaran.
Saat ini hingga tahun 2024, bitcoin yang masuk ke sirkulasi per 10 menit adalah 6,25 bitcoin. Namun, setiap empat tahun jumlah bitcoin yang masuk ke sirkulasi akan berkurang setengah atau terkena proses halving. Mekanisme halving ini akan mendorong kelangkaan bitcoin yang akan beredar di pasaran.
Emas dan bitcoin mungkin akan semakin bersaing ketat sebagai aset safe haven di masa depan. Menarik kita simak, bagaimana kelak masyarakat yang kian berorientasi digital akan mengamankan asetnya di saat krisis. Apakah bitcoin yang kian dominan di dunia digital dengan pertumbuhan pesatnya akan menarik lebih banyak atensi masyarakat. Ataupun emas masih bisa tetap perkasa dan menjadi primadona dengan stabilitas harganya yang menjanjikan?
Muhammad Nauval, Mahasiswa Prodi Teknik Industri Universitas Syiah Kuala; Pegiat Industri Kreatif dan Mata Uang Kripto