logo Kompas.id
â€ș
Artikel Opiniâ€șJembatan Ilmu-ilmu
Iklan

Jembatan Ilmu-ilmu

Seruan Presiden dan juga kebijakan Kemendikbudristek itu merupakan iktikad baik pemerintah untuk memoderasi spesialisasi ilmu yang terlampau ekstrem. Filsafat dibutuhkan sebagai penengah perbedaan bidang-bidang ilmu.

Oleh
SITI MURTININGSIH
· 7 menit baca
https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/WS5Xi32QsLhZv2z7rJqoDe8SHUM=/1024x1024/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F03%2F24%2Ff6de51e5-d9b5-4bce-bb87-49da62c21764_jpg.jpg

Presiden Joko Widodo meminta kampus agar jangan memagari mahasiswa dengan terlalu banyak program studi. Permintaan Presiden yang disampaikan dalam sambutannya di Dies Natalis salah satu perguruan tinggi negeri pada 17 Januari 202, ini senada dengan salah satu kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tentang Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.

Pernyataan Jokowi dan juga kebijakan Kemendikbudristek itu bisa dilihat sebagai respons terhadap dua hal. Pertama, respons terhadap spesialisasi ilmu yang terlampau ekstrem. Kedua, respons terhadap perkembangan zaman yang persoalan-persoalannya tak hanya menuntut solusi-solusi multidisipliner, tetapi juga interdisipliner, bahkan transdisipliner.

Editor:
SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
Bagikan