Indonesia dapat memelopori untuk membahas lebih lanjut tentang konsep ASEAN CDC. Ini akan menunjukkan kepemimpinan diplomasi kesehatan Indonesia di kawasan regional dan internasional.
Oleh
TJANDRA YOGA ADITAMA
·6 menit baca
Dalam pengendalian penyakit menular, sejumlah negara dan kawasan memiliki badan khusus yang dalam bahasa Inggris disingkat dengan sebutan CDC. Amerika Serikat dikenal luas dengan Center of Disease Control and Prevention (CDC)-nya yang berpusat di Atlanta.
Ketika saya berkunjung ke sana beberapa tahun yang lalu, mereka mempunyai 1.800 staf, 300 orang di antaranya ditempatkan di lebih dari 50 negara di luar AS, termasuk di Asia Tenggara. Di kantor CDC di Atlanta itu juga ada emergency operation center (EOC) yang menangani masalah kesehatan secara terpadu, dalam satu ruangan amat besar dilengkapi layar monitor raksasa serta puluhan komputer yang secara real time menyajikan data berbagai masalah kesehatan di Amerika dan juga di dunia.
Selain di Amerika, juga dikenal tentang China CDC, yang nama lengkapnya Chinese Center for Disease Control and Prevention. Misi dari China CDC adalah membentuk lingkungan yang aman dan sehat, mempertahankan stabilitas sosial, serta mempromosikan kesehatan masyarakat melalui pencegahan dan pengendalian penyakit, cedera, dan disabilitas.
Selain di tingkat negara, beberapa kawasan juga memiliki badan pengendalian penyakit. Salah satu di antaranya yang dikenal luas adalah European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) yang berada di bawah Uni Eropa.
Di masa Covid-19, ECDC sangat aktif memonitor situasi pandemi dan selalu melakukan analisa risiko pada negara-negara anggota Uni Eropa (European Union/EU) dan Wilayah Ekonomi Eropa (European Economic Area/EEA). ECDC juga mengeluarkan Covid-19 situation update mingguan dan bahkan juga harian, serta membuat berbagai kebijakan regional.
Pada 17 Februari 2022, misalnya, ECDC membuat perubahan klasifikasi untuk varian Covid-19 dengan melakukan deeskalasi varian Alfa yang tidak lagi masuk sebagai variant of concern (VOC), variant of interest (VOI), atau variant under monitoring (VUM). Dua alasan ECDC untuk deeskalasi varian Alfa ini karena sirkulasinya jauh menurun di Eropa sesudah adanya varian Delta dan hanya ada bukti ilmiah amat terbatas tentang dampaknya pada imunitas yang ditimbulkan oleh vaksin. Memang Uni Eropa dan juga beberapa negara (seperti Amerika Serikat dan Inggris) membuat daftar VOC, VOI, dan VUM sendiri, sesuai keadaan di negara/kawasan mereka, yang mungkin berbeda satu dengan lainnya serta mungkin juga tidak sama dengan daftar yang ada di WHO.
CDC Asia Tenggara
Kendati para negara anggota ASEAN belum membentuk ASEAN CDC seperti halnya Uni Eropa membentuk ECDC, tetapi pada 25 Agustus 2021 Wakil Presiden AS Kamala D Harris meresmikan dimulainya kegiatan US Centers for Disease Control and Prevention Southeast Asia Regional Office di Hanoi, Vietnam. Disebutkan bahwa kantor regional CDC Amerika di kawasan Asia Tenggara ini dibentuk untuk memperkuat kemampuan CDC Amerika untuk melindungi warganya dan juga rakyat di kawasan ini, dengan melakukan respons yang lebih cepat terhadap ancaman kesehatan.
Dalam sambutan Kementerian Kesehatan AS di acara tersebut antara lain disebutkan bahwa Amerika akan erat bekerja sama dengan mitra regional Asia Tenggara dalam strategi dan penguatan untuk mencegah, mendeteksi, dan melakukan respons terhadap ancaman penyakit menular, kini dan di masa datang, juga untuk mendiskusikan prioritas keamanan kesehatan (health security priorities) setiap negara. Sementara itu, pimpinan CDC Amerika mengatakan bahwa selama ini CDC Amerika Serikat memang sudah cukup lama hadir di beberapa negara Asia Tenggara, dalam bentuk kerja sama memperkuat laboratorium kesehatan masyarakat, pusat pengendalian penyakit dalam emergency operations centers dan penguatan sistem surveilans.
Amerika akan erat bekerja sama dengan mitra regional Asia Tenggara dalam strategi dan penguatan untuk mencegah, mendeteksi, dan melakukan respons terhadap ancaman penyakit menular.
Sementara itu, disebutkan juga bahwa prioritas kerja dari kantor regional Asia Tenggara dari CDC Amerika ini antara lain membentuk tenaga kerja kesehatan masa datang, mengembangkan pelatihan laboratorium kesehatan masyarakat regional, menciptakan program inovatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat migran dan yang berpindah-pindah. Selain itu, juga menjamin respons yang terkoordinasi terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat melalui jejaring emergency operation centers dan memperkuat mekanisme kewaspadaan dini (early warning system) untuk deteksi penyakit bersumber binatang (zoonotik) dan penyakit menular yang muncul (emerging infectious diseases).
ASEAN
Sudah sejak lama dibicarakan tentang kemungkinan pembentukan ASEAN CDC oleh ASEAN sendiri, bahkan sejak tahun 2005 sebagaimana dalam artikel berjudul ”A hard lesson for Europeans: the ASEAN CDC” di jurnal Trends Microbiol yang dapat juga diunduh di PubMed. Sayangnya, ASEAN CDC tampaknya belum terwujud hingga kini.
Akan baik kalau Indonesia dapat memelopori untuk membahas lebih lanjut tentang konsep ASEAN CDC ini. Kita juga dapat menetapkan klasifikasi varian Covid-19 dalam bentuk VOC, VOI, dan VUM khusus untuk kawasan ASEAN sehingga sesuai dengan masalah yang kita hadapi di tempat kita serta penanganannya lebih terarah. Juga hal ini akan menunjukkan kepemimpinan diplomasi kesehatan Indonesia di kawasan regional dan internasional.
Akan baik kalau Indonesia dapat memelopori untuk membahas lebih lanjut tentang konsep ASEAN CDC ini.
Dalam tulisan lain berjudul ”Southeast Asia Needs Its Own CDC” pada laman Think Global Health tahun 2020 dibahas bahwa dengan adanya Covid-19 ini, maka fungsi ASEAN CDC setidaknya dapat bermula dengan koordinasi berbagai aspek penanganan pandemi Covid-19, tukar-menukar pengalaman dan best practices, serta memformalisasi informasi multilateral di kawasan ini. ASEAN CDC memang harus punya peran dan tujuan yang jelas.
Tentu saja membangun organisasi baru seperti ini di tengah masa pandemi bukanlah kerja ringan. Untuk itu diperlukan dukungan politis, organisatoris, dan finansial untuk membangun sistem yang transparan, konsisten, dan efektif dalam pertukaran informasi pengendalian penyakit, bermula dari Covid-19 sekarang ini.
Secara lebih spesifik, maka pertukaran informasi ini dapat merupakan bagian dari deteksi dini masalah kesehatan bersama. Dalam tulisan ini disebutkan bahwa secara teknologi, maka sebenarnya tidak terlalu rumit, dan misalnya dapat bermula dari badan yang ada seperti ”Emergency Operations Centre of the ASEAN Coordinating Center for Humanitarian Assistance on Disaster Management” di Jakarta, walaupun badan ini memang tujuan utamanya lebih ke arah bencana alam, seperti banjir dan badai.
Dalam kerangka yang lebih besar, pada 12 November 2020 para pemimpin negara ASEAN dalam Pertemuan 37th Summit mengumumkan proses akan terbentuknya ASEAN Centre for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED). Badan ini direncanakan menjadi pusat unggulan (centre of excellence) dan juga semacam regional hub untuk memperkuat regional kapabilitas untuk mempersiapkan kegiatan pencegahan, deteksi, dan respons terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat (public health emergencies) dan penyakit yang muncul (emerging diseases). Di kalangan ASEAN juga tersedia mekanisme melalui ASEAN Covid-19 Response Fund, ASEAN Regional Reserved for Medical Supplies (RRMS), ASEAN Travel Corridor Arrangement Framework (ATCAF), dan ASEAN Strategic Framework on Public Health Emergencies serta ASEAN Portal on Public Health Emergencies.
Walaupun ada berbagai mekanisme dan rencana kerja, tetapi dalam tataran praktis sehari-hari keberadaan ASEAN CDC tampaknya memang patut dipertimbangkan untuk diwujudkan dan Indonesia dapat menjadi motor pelopornya. Hal ini dapat merupakan isu strategis penting karena dampak gandanya, punya kaitan dengan pengendalian pandemi Covid-19 sekarang ini dan juga peran penting Indonesia dalam diplomasi kesehatan regional dan global.
Tjandra Yoga Aditama,Direktur Pascasarjana Universitas YARSI; Guru Besar FKUI; mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan mantan Dirjen P2P dan Kepala Balitbangkes