Indonesia meraih dua medali emas perdana pada Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol, melalui kemenangan Susi Susanti dan Alan Budikusuma pada cabang olahraga bulu tangkis.
Oleh
YESAYAS OKTOVIANUS, DIAH MARSIDI, L SASTRA WIJAYA, RUDY BADIL, Jimmy S Harianto, Kartono Ryadi
·6 menit baca
*Artikel berikut ini pernah terbit di Harian Kompas edisi Rabu, 5 Agustus 1992. Kami terbitkan kembali dalam rubrik Arsip Kompas.id mendampingi perilisan Narasi Fakta Terkurasi, aset NFT perdana Harian Kompas.
Barcelona, Kompas -- Susi Susanti dan Alan Budikusuma benar-benar membuat sebuah persembahan gemilang yang tidak pernah bisa dilakukan pemain sekaliber Rudy Hartono maupun Tjuntjun/Johan Wahyudi di masa keemasan mereka. Kedua "pasangan emas" itu membawa Indonesia memasuki era emas setelah hari Selasa masing-masing merebut medali emas bulu tangkis Olimpiade Barcelona.
Untuk pertama kali sepanjang sejarah keikutsertaan di arena olimpiade, Indonesia kemarin mampu mendapat dua medali emas sekaligus. Susi Susanti, 22 tahun, mengawali masa emas Indonesia dengan memenangkan tunggal putri setelah menundukkan pemain Korea Selatan, Bang Soo-hyun 5-11, 11-5, 11-3.
Sejam kemudian Alan Budikusuma melengkapi kegemilangan Indonesia di nomor tunggal putra dengan menumbangkan rekannya sendiri, Ardy B. Wiranata dengan dua set langsung 15-12, 18-13.
Kalau pemain seperti Susi sampai meneteskan arti mata setelah menerima kalungan medali dari Ketua Komite Olimpiade Internasional (IOC), Juan Antonio Samaranch memang wajar. Lagu kebangsaan, Indonesia Raya mempunyai yang magis lain ketika diperdengarkan di arena olimpiade, meski itu tidak secara lengkap.
Dengan keberhasilan kemarin, Susi dan Alan tentunya akan terus dikenang oleh bangsa Indonesia sebagai orang pertama yang mempersembahkan medali emas pertama bagi Ibu Pertiwi. Sejak keikutsertaan Indonesia di Olimpiade Helsinki tahun 1952 baru di Barcelona ini Indonesia mampu menembus tingkatan dunia dengan merebut medali emas.
Dua medali emas yang diraih kemarin membawa Indonesia menjadi negara Asia ketujuh yang mampu menggapai puncak tertinggi di arena olimpiade.
Kegemilangan Indonesia di arena olimpiade kali ini masih dilengkapi dengan persembahan satu medali perak yang dilakukan pasangan ganda putra, Eddy Hartono/Gunawan. Pasangan terbaik Indonesia itu harus puas di urutan kedua setelah di final dipaksa menyerah juara dunia Park Joo-bong/Kim Moon-soo, 11-15, 7-15.
Juara umum bulu tangkis
Secara keseluruhan, Indonesia dalam partisipasinya yang ke-10 kali di Olimpiade merebut 2 medali emas, 2 perak dan 1 perunggu. Satu-satunya perunggu direbut tunggal putra, Hermawan Susanto yang kalah di semifinal tunggal putra melawan Ardy B Wiranata.
Keberhasilan merebut 2 emas, 2 perak dan 1 perunggu ini menjadikan Indonesia keluar sebagai "juara umum" di cabang bulu tangkis.
Korea Selatan di tempat kedua dengan mendapat 2 medali emas, 1 perak dan 1 perunggu. Selain ganda putra, medali emas lain dipersembahkan ganda putri, Chung So-young/Hwang Hye-young yang mengalahkan juara dunia 1991, Guan Weizhen/Nong Qunhua dalam pertarungan sangat sengit, 18-16, 12-15, 15-13.
Cina di tempat ketiga merebut satu medali perak dari ganda putri dan 4 perunggu lewat ganda putri Li Yan Fen/Yao Fen, ganda putra, Li Yongbo/Tian Bingyi dan tunggal putri, Tang Jiuhong dan Huang Hua.
Malaysia mencatat hasil paling buruk, hanya merebut satu medali perunggu dari ganda putra, Razif/Jalani Sidek. Ini hasil buruk karena setelah merebut Piala Thomas bulan Mei lalu, Malaysia sesumbar akan merebut dua medali emas di tunggal putra dan ganda putra.
Tiga Bendera
Ketika sebuah smes tajam pemain Korsel, Bang Soo-hyun keluar lapangan di sudut kiri lapangan Susi Susanti, Indonesia memastikan dalam sejarah 40 tahun Olimpiade merebut medali emas.
Susi Susanti mengangkat kedua tangannya tinggi. Semua penonton bersorak. Dan ketika upacara penghormatan pemenang, Susi mendapat pengalungan medali langsung dari Ketua Komite Olimpiade Internasional (IOC), Juan Antonio Samaranch.
Dan ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan pertama kalinya, Susi Susanti dan banyak penonton Indonesia lainnya menitikkan air matanya. "Bagaimana tidak terharu bisa merebut medali emas dan mengumandangkan Indonesia Raya," kata Susi setelah kemenangan.
"Sekarang sudah lega, tugas sudah selesai. Saya mau tidur sepuas-puasnya," lanjut Susi, juara dua kali All England sambil berseri-seri.
Ketegangan sebagai pemain yang sebelumnya paling diandalkan untuk merebut medali emas, tidak lepas dari diri pemain bertubuh mungil ini. Sebelum berangkat dari Indonesia, banyak pihak meramal Susi yang akan merebut emas, sementara harapan di tunggal putra dikatakan menipis.
"Semalam, dia tidak bisa tidur. Bolak-bolak terus," kata Rosiana Tendean, pemain ganda putri yang tidur sekamar dengan Susi.
"Jam empat pagi saya sudah bangun. Waduh tegang sekali. Rasanya ingin cepat-cepat menyelesaikan tugas, tetapi di samping itu ada juga perasaan takut kalah," kata pemain yang tahun 1991 merebut delapan gelar juara itu.
Dalam benak Susi, gelar juara sudah hampir di tangannya. "Saya bermimpi Pak Siregar datang lagi," katanya. "Itu berarti dorongan bagi saya untuk memenangkan pertandingan. Gelar ini untuk Pak Siregar," kata Susi lagi.
Setelah Susi mempersembahkan kemenangan, kubu Indonesia kembali bersorak ketika upacara penghormatan, tiga bendera Indonesia dikibarkan. Alan di tempat pertama, Ardy di tempat kedua dan Hermawan di tempat ketiga.
Uniknya lagi, semua pemenang termasuk Thomas Stuer Lauridsen dari Denmark mengenakan pakaian berwarna merah putih. Ketua Umum PB PBSI, Try Sutrisno tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. "Bisa menaikkan satu bendera saja sudah luar biasa. Ini kita sekaligus tiga bendera dalam satu upacara penghormatan pemenang," kata Try Sutrisno yang sehari-hari menjabat sebagai Pangab.
"Meski terharu, saya tak menangis. Saya hanya ikut bangga, bendera merah putih bisa berkibar di olimpiade," ungkap Try pula.
Melihat kemenangan Alan kemarin, pelatih tunggal putra Indra Gunawan melihat sebagai "kelebihan" Indonesia. "Saya kira ada baiknya juga Alan menang. Ini berarti semakin banyak pemain kita yang bisa diandalkan berprestasi di arena internasional. Tidak hanya tergantung pada Ardy semata," kata Indra lebih lanjut.
Bonus Besar
Setelah kemenangan sensasional ini, tampaknya Susi dan Alan terutama bersama Ardy, Hermawan, dan Eddy Hartono/Gunawan akan dibanjiri dengan berbagai penghargaan.
Untuk merayakan kemenangan, semalam para pemain bersama seluruh pengurus PBSI yang berada di Barcelona makan bersama di Restoran Cina tidak jauh dari perkampungan Olimpiade.
Menurut kabar, setiap pemain akan mendapat bonus sekitar Rp 1 milyar. Sebuah panitia di Jakarta sudah dibentuk untuk memberikan penghargaan tersebut.
Dalam keterangan sementara dari kontingen Indonesia, seluruh rombongan akan meninggalkan Barcelona, 11 Agustus mendatang. Setibanya di Bandar Udara Soekarno-Hatta, seluruh pemain akan dibawa ke Dunia Fantasi, dimana akan diumumkan pembagian hadiah. Setelah itu, mereka akan diarak keliling Jakarta.
Berbicara tentang kemungkinan pemberian bonus, Rudy Hartono kemarin mengharapkan pembagian bonus di tunggal putra merata. "Mereka bertiga sudah bahu membahu melakukan tugas untuk mengamankan perolehan medali emas Indonesia. Hermawan berjasa mengamankan Zhao, Ardy juga mengalahkan pemain lain," kata Rudy Hartono kemarin.
"Alan pasti akan mendapat bagian terbesar, tetapi jasa dua pemain lain perlu diperhatikan juga," kata Rudy yang kemarin juga mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai pelatih tunggal putra.
"Untuk Susi, dia pantas mendapat sendiri penghargaan apapun yang diterima. Karena dia memang berjuang sendirian," kata Rudy lagi.