N-2130 Tanpa Dana APBN, Penerbangan Perdana N-250 Sukses (Arsip Kompas)
Pesawat N-250 buatan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio sukses terbang perdana pada 10 Agustus 1995 dan mendarat di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. N-250 menjadi simbol kebangkitan teknologi Indonesia
*Artikel berikut ini pernah terbit di Harian Kompas edisi Jumat, 11 Agustus 1995. Kami terbitkan kembali dalam rubrik Arsip Kompas.id mendampingi perilisan Narasi Fakta Terkurasi, aset NFT perdana Harian Kompas.
Bandung, Kompas -- Presiden Soeharto menegaskan, dana pembuatan N-2130 tidak akan diambil dari dana APBN, karena masih banyak proyek yang diprioritaskan untuk mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan.
Dana pembuatan N-2130 itu pun tidak akan menggunakan pinjaman komersial. Menurut Kepala Negara, dananya akan dicarikan dari penjualan saham dan penjualan sebagian aset BUMN yang sehat.
Presiden mengatakan, pembuatan pesawat N-2130 yang diharapkan selesai tahun 2003 memerlukan dana sekitar 2 milyar dollar AS. "Karena proyek N-2130 itu adalah proyek nasional, marilah kita lakukan usaha gotong-royong, sehingga uang 2 milyar dollar AS bisa diusahakan."
Presiden Soeharto mengatakan hal itu di depan para wartawan hari Kamis (10/8) di Gedung IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) di Bandung, beberapa saat setelah suksesnya uji terbang pesawat N-250 buatan IPTN.
Baca juga: Jejak Habibie di Angkasa Indonesia
Suasana bangga sekaligus haru menyelimuti para teknisi, insinyur, dan ratusan pasang mata yang menyaksikan pendaratan mulus N-250 di Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung setelah melakukan penerbangan selama 56 menit. Tepuk tangan saat pesawat meninggalkan landasan dan saat mendarat dan saling salam-salaman disertai rasa haru tak tertahankan akan suksesnya uji terbang pesawat yang diberi nama "Gatotkaca" itu menyelimuti suasana upacara yang diliput pula oleh banyak wartawan asing.
Pemerintah, lanjut Presiden, bisa menjual saham yang nilai nominalnya 1.000 dollar AS per lembar, sehingga perlu dikeluarkan 2 juta lembar saham. Selain perorangan, saham itu bisa juga dibeli oleh keluarga, pengusaha, organisasi kemasyarakatan (Ormas), organisasi sosial, hingga pemda tingkat I dan tingkat II.
Ditegaskan oleh Kepala Negara, penjualan saham itu tidak perlu dilakukan secara sekaligus, bisa saja dibagi-bagi ke dalam beberapa tahap. Jika dibagi ke dalam empat tahap, maka nilai penjualan setiap tahap adalah 500.000 lembar saham.
Presiden yang menolak kalau dikatakan pembuatan N-2130 itu adalah proyek "mercu suar", mengungkapkan bahwa penjualan sebagian kecil aset BUMN adalah cara lain untuk mengumpulkan dana untuk pembuatan N-2130.
"Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad telah melaporkan bahwa sebagian dari 180 BUMN itu dalam keadaan sangat sehat dan sehat. Nilai aset seluruh BUMN itu adalah Rp 359 trilyun atau 177 milyar dollar AS. Kalau dijual sepertiganya saja maka akan diperoleh dana 59 milyar dollar AS," tuturnya.
Ditambahkan, kalau dana 2 milyar dollar AS itu diambil dari 59 milyar dollar AS hasil penjualan aset BUMN tersebut, maka tidak ada persoalan. Hal itu masih bisa dipertanggungjawabkan.
Dalam kaitan pengumpulan dana tersebut, Presiden Soeharto menutup kemungkinan digunakannya pinjaman komersial luar negeri yang syarat-syarat pengembaliannya sangat berat. "Kita tidak ingin mengalami kejadian seperti antara lain di Meksiko," ujar Presiden.
Jadi kenyataan
Presiden Soeharto yang didampingi oleh Wakil Presiden Try Sutrisno dan Menristek/Kepala IPTN B.J. Habibie, berharap dapat kembali menyaksikan penerbangan perdana pesawat N-2130 dengan rasa bangga dan haru.
"Kalau pembuatan pesawat baru itu menjadi suatu kenyataan, maka nanti pada tahun 2003 kita akan mengalami keadaan seperti hari ini, yakni penerbangan perdana N-2130. Mudah-mudah ini dapat menjadi kenyataan, dan mudah-mudahan Tuhan meridhoinya," ujar Kepala Negara yang ketika berbicara itu juga disertai Ny. Tien Soeharto, Ny. Try Sutrisno, dr Ny. B.J. Habibie, mantan Wakil Presiden RI Sudharmono serta sejumlah anggota Kabinet Pembangunan VI.
Pembuatan pesawat N-2130 itu, lanjut Presiden, tidak mungkin ditunda-tunda agar bangsa Indonesia tidak ketinggalan dari negara-negara lainnya. Sebab itu, penjualan saham ataupun sebagian kecil aset BUMN perlu dipertimbangkan sungguh-sungguh, karena Indonesia beberapa tahun mendatang, mungkin tidak akan mendapatkan pinjaman dari CGI lagi, karena pendapatan per kapita telah mencapai 884 dollar AS per tahun akan bertambah.
Baca juga: Terang Jejak Sang Pendobrak
Jika nanti pendapatan per kapita Indonesia telah mencapai 1.500 dollar AS per tahun, sehingga Indonesia tergolong negara berpenghasilan menengah, maka pinjaman lunak seperti yang diperoleh dari CGI sebesar 5 milyar dollar AS per tahun tidak akan bisa didapatkan lagi.
Tonggak bersejarah
Mengenai keberhasilan uji terbang perdana pesawat N-250 yang dirancang dan dibangun sepenuhnya oleh putra-putri Indonesia, Presiden Soeharto mengatakan, "Keberhasilan uji coba penerbangan pesawat N-250 ini merupakan tonggak bersejarah bagi seluruh bangsa Indonesia, karena berhasil merancang sendiri pesawat modern. Ini adalah produk andalan IPTN dan juga masyarakat, karena proyek ini dirancang bangun sepenuhnya oleh putra-putri Indonesia."
Ditambahkan, dengan berhasil dibuatnya N-250 ini, maka Indonesia bisa mengurangi ketergantungannya kepada luar negeri. Selain itu pesawat baru ini membanggakan, karena bisa dijual ke negara-negara lain.
"Saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada IPTN. Mudah-mudahan akan menjadi kebanggaan Indonesia dan juga negara-negara berkembang lainnya yang merasa senasib dengan Indonesia," tuturnya.
Keberhasilan itu, lanjut Presiden, akan mendorong semakin besarnya rasa kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, mampu menatap masa depan yang lebih cerah, serta menumbuhkan kesadaran tentang arti penting Trilogi Pembangunan.
Diuraikan, Trilogi Pembangunan yang terdiri atas pemerataan hasil-hasil pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta stabilitas keamanan, telah menghasilkan berbagai hal positif dan membesarkan hati.
Hasil itu antara lain adalah pertumbuhan ekonomi bisa mencapai rata-rata 7 persen per tahun, tercapainya swasembada beras, inflasi bisa dikendalikan menjadi di bawah 10 persen serta ekspor telah berkembang pesat.
Jika dahulu andalan utama ekspor adalah migas, maka sekarang nilai ekspor komoditi nonmigas telah melebihi migas. "Semua itu telah membesarkan hati. Namun kita sadar bahwa memang belum sempurna semuanya, atau belum seperti yang kita harapkan. Namun, semua hasil pembangunan itu bisa dijadikan landasan yang kuat dan kukuh untuk memasuki PJP II yang juga disebut Era Kebangkitan Nasional kedua," jelas Presiden Soeharto.
Kebangkitan teknologi
Dalam jumpa pers yang diselenggarakannya kemarin sore di Bandung, Menristek/Kepala IPTN B.J. Habibie menyebutkan keberhasilan uji coba terbang perdana N-250, adalah keberhasilan seluruh bangsa Indonesia. "Kini kita bisa berjalan tegak bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia," ujarnya.
Ditambahkan, "Keberhasilan uji coba N-250 bukanlah keberhasilan saya, tetapi keberhasilan generasi penerus. Keberhasilan ini bagi saya tidaklah terlalu penting, ini penting bagi generasi muda sebagai generasi penerus."
Baca juga: Hari Kebangkitan Teknologi
Menurut Habibie, tidak banyak orang Indonesia yang memperoleh kesempatan untuk mengenyam pendidikan, karena itu kita berharap agar keberhasilan ini memberikan dorongan kepada mereka dan juga keyakinan bahwa kalau mereka diberikan kesempatan mereka pun bisa menghasilkan sesuatu yang berguna.
Ia mengemukakan, tidak ada yang memungkiri bahwa keberhasilan uji coba N-250 itu adalah suatu prestasi nasional, karena itu tidak ada salahnya apabila DPR mengusulkan agar tanggal 10 Agustus ini ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.
Kepada wartawan Filipina yang bertanya kepada Habibie secara terpisah, Habibie mengungkapkan tentang adanya rencana membuat semacam konsorsium di ASEAN untuk membuat pesawat bersama (seperti Airbus di Eropa). Namun, ia tidak merinci kapan persisnya konsorsium itu akan dibuat.
Gatotkoco sukses
Uji terbang perdana pesawat N-250 Gatotkoco berjalan dengan sukses. Misi selama 53 menit itu diselesaikan oleh ketua tim penguji pesawat Kapten Ir Erwin Danuwinata dan tiga rekannya.
Selama berada di udara, Erwin sempat mengadakan pembicaraan dengan Presiden Soeharto yang mengikuti uji coba itu dari Ruang Kontrol di Menara Pusat Pengendalian Uji Terbang. "Apa semua mulus," tanya Presiden yang dijawab Erwin, "Mulus semua."
Semula N-250 dijadwalkan akan berada di udara selama 90 menit, akan tetapi seperti yang dikatakan Erwin, karena semuanya berfungsi baik, maka ia tidak merasa perlu naik kembali setelah pesawat berada dalam posisi "touch down".
Menurut Kepala Misi Pengujian Penerbangan N-250 Dr Sauid D Jenie, pemendekan waktu terbang di udara, bukanlah merupakan masalah, karena Badan Penerbangan Federal AS (FAA) pun hanya membuat standar subyek pengujian. Bila semua sudah dinilai baik, maka penerbangan perdana tidak selalu harus 1,5 jam.
Menristek Habibie mengemukakan, lazimnya uji penerbangan perdana di berbagai negara itu dilakukan secara rahasia. Kalau semua proses sertifikasi sudah diselesaikan barulah pesawat yang bersangkutan diperkenalkan.
Namun, N-250 Gatotkoco itu berbeda, uji penerbangan perdananya dilakukan secara terbuka, karena kebetulan Indonesia ingin menggunakan momentum dari peringatan 50 tahun kemerdekaannya. "Kita ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kita tidak ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain," tegasnya.
N-250 mempunyai makna N=Nusantara, 2 adalah bermesin dua dan 50 adalah kapasitas tempat duduk untuk 50 penumpang. Demikian N-2130 adalah pesawat terbang bermesin dua dengan 130 tempat duduk. (dd/thy//jl/ds/nin)
Arsip Kompas bagian dari ekshibisi “Indonesia dalam 57 Peristiwa”, 28 Juni 2022.