Banjir Terbesar di Jakarta Sejak 1892: Seratus Ribu Penduduk Mengungsi (Arsip Kompas)
Hujan deras berkepanjangan mengakibatkan banjir besar di Jakarta pada tahun 1977. Sebanyak 100.000 penduduk terpaksa mengungsi. Pada tahun-tahun berikutnya, banjir semakin sering terjadi, dengan skala yang semakin besar.
Oleh
Moch. S. Hendrowijono, Dudy Sudibyo, Kartono Ryadi, Pat Hendranto, August Parengkuan, G. Sindhunata, DJ. Pamoedji
·5 menit baca
*Artikel berikut ini pernah terbit di Harian Kompas edisi 20 Januari 1977. Kami terbitkan kembali dalam rubrik Arsip Kompas.id mendampingi perilisan Narasi Fakta Terkurasi, aset NFT perdana Harian Kompas.
Jakarta, Kompas -- Hujan deras, merata dan menggelombang sampai petang Rabu kemarin, mengakibatkan sebagian besar kota metropolitan Jakarta kebanjiran. Sedikitnya 100.000 jiwa terungsikan.
Daerah paling parah menderita banjir karena hujan lokal ini adalah tiga kecamatan di Jakarta Pusat, masing-masing Senen, Cempaka Putih dan Gambir. Dari daerah tersebut tercatat 3000 Kepala Keluarga (KK) mengungsikan diri. Di daerah Johar Baru 750 KK mengungsi ke kelurahan, di Bidaracina 110 KK, Cipinang Besar 1200 KK, Cakung 200 KK, Setiabudi 800 KK dan dari Pademangan 1000 KK.
Dalam peristiwa itu tercatat seorang meninggal akibat tertimpa tembok yang roboh di Bukitduri Puteran dan di Teluk Gong terdapat lima orang yang menderita luka-luka.
Menjelang sore jalan Thamrin dari Bunderan-airmancur ditutup untuk lalulintas, karena ketinggian air di situ sudah mencapai 1 meter. Lampu lalulintas mati. Kendaraan-kendaraan yang terhambat banjir di tempat itu praktis tidak bisa maju maupun mundur. Akhirnya kendaraan-kendaraan itu ditinggalkan oleh pemiliknya.
Banyak gelandangan yang memanfaatkan peristiwa itu dengan “menjual jasa” untuk mendorongkan mobil dengan imbalan jasa yang mahal. Bahkan ada yang minta dengan kekerasan jumlah ribuan rupiah. Rp 3000 untuk seorang pendorong. Para pemilik kendaraan banyak yang lapor mengenai hal ini. Mereka tidak berdaya karena jumlah para “penjual jasa” itu banyak sekali.
Mobil Gubernur juga tidak mampu menembus ketinggian air dan terpaksa mogok di depan gedung PLN. Taksi pasang tarip tinggi Rp 1500 untuk jarak dekat, dan tidak mau membawa penumpang kalau routenya melintasi daerah banjir.
Setiabudi
Sementara itu puluhan penduduk Setiabudi yang kebanjiran dengan ketinggian 2 meter, sore kemarin mencoba merusak sipon Pintu Air Setiabudi untuk mengurangi ketinggian air. Kalau ini terjadi, maka daerah Thamrin akan parah keadaannya.
Sore kemarin juga Pintu Air Manggarai terpaksa dibuka, karena air sudah terlalu besar dan Banjir Kanal tidak bisa dipaksakan menampung lebih dari 270 M3 per detik. Karena dibukanya pintu air itu, maka daerah Cikini mulai sore kemarin terendam air minimum 50 Cm.
Dilaporkan kepada Piket Banjir yang berpusat di DPU bahwa antara Jembatan Tomang dan Jembatan Jeling tanggul retak sepanjang 25 meter.
Pihak DKI sudah mendrop karung-karung pasir, obat dan beras ke beberapa tempat yang memerlukan. Namun permintaan bantuan perahu karet pada pihak Kodam V Jaya sampai jam 19.00 belum juga terpenuhi.
Paling besar sejak 1892
Banjir yang terjadi kemarin itu tercatat yang paling besar sejak tahun 1892. Menurut sample dari Manggarai, setelah hujan selama 10 jam kemarin itu tercatat ketinggian air 240 mm. Pada tahun 1892 curah hujan dalam 24 jam 286 mm. Sedangkan tahun lalu mencapai 211 mm setelah hujan 24 jam.
Sampai kemarin ketinggian air rata-rata 70 cm. Di beberapa tempat ad ayang 1,5 meter. Bahkan di Karet, Guntur dan Taman Mini sampai tiga meter. Sementara itu di sekitar Perguruan Islam di Pondok Gede air bahkan merendam atap-atap rumah.
Pada banjir kemarin ada daerah-daerah baru di Jakarta yang kebanjiran, selain daerah langganan banjir di Kampung Bali dan sekitar Kartika Plaza.
Untunglah Banjir Kanal dan Kali Ciliwung sudah diperbaiki. Dua saluran air itu sudah mampu menampung debit air lebih banyak dari sebelum normalisasi.
Sementara itu pada Pintu Air Depok pada jam 1600 kemarin, ketinggian air tercatat 140 cm; pada jam 1800 tercatat 220 cm dan pada jam 1900 tercatat 230 cm. Dikawatirkan, bila ketinggian air itu tetap, maka akan terjadi banjir baru. Lebih-lebih kalau hujan lokal tidak berhenti. Namun menurut pihak DPU, keadaa tidak akan menghemat, kecuali kalau ada hujan lokal lagi seperti kemarin. Tetapi para petugas tetap berjaga-jaga terutama sekitar jam satu sampai jam tiga dinihari. Kalau tidak ada banjir kiriman dari daerah Bogor, maka keadaan di Jakarta tidak akan begitu parah.
Daerah Priok
Hujan yang turun sejak pagi itu menyebabkan sebagian besar kantor praktis libur. Daerah pabean yang selama ini belum pernah kenal banjir, kemarin tergenang air setinggi lutut. Nahkan di beberapa tempat di kawasan pelabuhan, tinggi air tigaperempat meter. Di beberapa gudang, antara lain Gudang 109 dan 202, tinggi air 10 Cm.
Sebuah kapal nusantara milik PT Sinar Pagoda terhempas ombak dan kandas pada dam, hingga ia harus ditarik kapal-tunda.
Di Thamrin
Air setinggi dada orang dewasa di depan Sarinah, hingga banyak kendaraan mogok. Kendaraan milik Kejaksaaan Tinggi DKI yang tengah mengangkut sejumlah tahanan juga kewalahan menghadapi banjir dan mogok di bawah jembatan penyeberangan depan Sarinah.
Rabu siang itu satu-satunya jenis kendaraan yang mampu lewat Thamrin hanyalah bis Mercedes PPD. Lewatnya bis ini seperti sebuah kapal besar yang menimbulkan gelombang dan mengombang-ambingkan kendaraan-kendaraan yang mogok di pinggiran jalan. Sebiah Fiat menghantam pagar jalanan karena tersodok gelombang ini. Sebuah taksi Renault dan dua Holden Premier hanya tampak kaca dan kapnya saja di depan Jakarta Theater.
Sebuah Vespa yang semula diparkir di atas trotoar pemisah jalur di depan Sarinah, terhempas beberapa meter karena gelombang air ketika bis PPD lewat.
Menjelang petang, air di jalan ini tampak menyurut sampai setinggi lutut. Upacara pembukaan seminar Periklanan yang diadakan di Hotel Sari Pacific hanya dihadiri oleh beberapa orang saja.
Daerah Monas
Daerah sekitar Monumen Nasionalpun menjadi kedung dan di daerah Batutulis, Alaydrus maupun Roxy, rumah-rumah terendam, Asrama Batalyon 202 yang terletak di samping Banjir Kanal ditelan air, sehingga para penghuninya terpaksa mengungsi. Sementara itu penduduk di sekitar empang Grogol diperintahkan mengungsi.
Berbeda dengan keadaan daerah-daerah itu, wilayah Kebayoran Baru terbebas banjir seperti pada banjir-banjir Jakarta sebelumnya. (Hw/Ds/Kr/Ph/Ag/Sindhu/Pam)