Pemakaman tujuh perwira TNI AD pascaperistiwa Gerakan 30 September. G30S menjadi awal tragedi pembantaian 1965-1966 terhadap orang-orang yang dituduh berafiliasi dengan PKI, serta pemantik berakhirnya rezim Orde Lama.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
*Artikel berikut ini pernah terbit di Harian Kompas edisi 6 Oktober 1965. Kami terbitkan kembali dalam rubrik Arsip Kompas.id untuk mendampingi perilisan Narasi Fakta Terkurasi, aset NFT perdana Harian Kompas.
Djakarta, 5 Okt. (KOMPAS) -- Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Angkatan Bersendjata Republik Indonesia jang ke XX pada tanggal 5 Oktober 1965 di Taman Pahlawan Kalibata Djakarta telah dilakukan upatjara pemakaman 7 orang pahlawan revolusi jang telah mendjadi korban gerombolan kontra revolusi jang menamakan dirinja Gerakan 30 September.
Ketudjuh Pahlawan revolusi tersebut adalah enam orang perwira tinggi Angkatan Darat serta seorang perwira pertama Angkatan Darat. Mereka masing-masing adalah Letdjend. A. Yani Men. Pangad/Kas Koti, Majdjend. Suprapto Deputy II Men Pangad, Majdjend Harjono MT Deputy III Men Pangad, Majdjend S. Parman Ass I Men Pangad, Inspektur Kehakiman/oditur Djendral Sutojo serta Lettu Pierre Tendean Adjudan Menko Hankam KASAB Djendral Nasution.
Sedjak diumumkan bahwa para djenazah perwira jg telah mendjadi korban dalam peristiwa 30 September tersebut pada tanggal 4 Oktober sekira djam 19.00 malam hari telah ditempatkan di Aula Departemen Angkatan Darat di Djalan Merdeka Utara maka mendjelang esok harinja tanggal 5 Oktober 1965 kompleks Departemen Angkatan Darat dibandjiri oleh ber-puluh-puluh warga kota Djakarta Raya sipil maupun militer untuk memberi penghormatan jang terachir pada mereka jang telah mendahului kita semua.
Nampak al. para Menteri kabinet Dwikora, para wakil dari keempat Angkatan Bersendjata, para atase militer Asing, Kesatuan dari Resimen Mahadjaja serta wakil-wakil dari ormas-ormas serta orpol-orpol.
Pada kesempatan tsb. Men Pangal E. Martadinata telah membatjakan doa dihadapan tiap-tiap Djenazah, sedangkan Menko Hankam KASAB Djendral A.H. Nasution beberapa saat lamanja telah bersudjud didepan djenazah Lettu Pierre Tendean jang mendjabat sebagai adjudan Menko Hankam KASAB Djendral Nasution dengan kesetyaan jang disertai pengorbanan hidupnja.
Sebelum para djenazah diberangkatkan dari Aula Depad telah dibatjakan secara berturut-turut doa jang dilakukan setjara Kristen untuk arwah D.I. Pandjaitan serta Lettu Pierre Tendean sedangkan untuk para arwah lainnja dibatjakan doa setjara Islam.
Berangkat di Atas Panser
Dengan disaksikan oleh berpuluh-puluh ribu warga kota Djakarta jang berlinangan airmata para djenazah diletakkan diatas tudjuh buah panser serta diberangkatkan dari Aula Departemen Angkatan Darat.
Para djenazah pahlawan2 Revolusi itu didahului oleh lebih kurang tigapuluh buah truk terisi satuan-satuan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat).
Penduduk ibukota jang tak terhingga banjaknja telah menunggu disepandjang djalan jang akan dilalui oleh rombongan djenazah dimulai dari Departemen Angkatan Darat hingga Taman Pahlawan Kalibata.
Sedjak pagi-pagi hari Taman Kalibata dan sekitarnja telah mendjadi lautan manusia, mereka berkumpul ditempat itu dengan satu tudjuan, jalah memberi penghormatan terachir para pahlawan-pahlawannya.
Kendaraan-kendaraan panser berdiri dengan teratur dan tenangnja di depan Taman Pahlawan Kalibata serta sebuah satuan dari barisan berkuda ditempatkan di djalan masuk Taman Pahlawan setjara berhadapan.
Lebih kurang djam setengah satu siang rombongan djenazah jang didahului oleh berpuluh-puluh truk berisikan RPKAD telah tiba di Taman Pahlawan Kalibata.
Para djenazah diturunkan dari kendaraan-kendaraan panser jang membawa mereka ke tempat istirahat terachir. Dengan penuh chidmat barisan genderang Kodam Djaya mulai membunjikan genderangnja mendahului djenazah ketudjuh Pahlawan-Pahlawan Revolusi kita memasuki Taman Pahlawan Kalibata.
Para Atase Militer Asing serta para Menteri kabinet Dwikora jang tadinja berada di Aula Depad kini nampak menunggu tibanja rombongan djenazah di Taman Pahlawan Kalibata.
Rombongan djenazah dibagi mendjadi dua setelah melintasi gerbang. Serombongan membelok ke kiri, jaitu rombongan jang terdiri dari jenazah Brigdjen DI Pandjaitan serta Lettu Pierre Tendean jang beragama Kristen serta rombongan lain jang terdiri dari para pahlawan lainnja membelok kekanan untuk dimakamkan di pemakaman chusus bagi mereka jang memeluk agama Islam.
Para djenazah tsb. dipikul diatas pundak sedjumlah teruna Akademi Militer Nasional jg dilakukan setjara bergantian dengan para anggota RPKAD. Setelah para djenazah diletakkan diatas liang makam dibatjakan pula doa2 setjara Kristen maupun Islam.
Kemudian setjara berturut-turut telah dibatjakan riwajat hidup para pahlawan tersebut. Setelah ini dibatjakan keputusan Paduka Jang Mulia Presiden/ Panglima Tertinggi ABRI/ Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno tentang kenaikan pangkat para pahlawan revolusi itu. Dalam keputusan tsb. PJM Presiden telah menjatakan bahwa ketudjuh pahlawan revolusi tsb pangkatnja dinaikkan dengan satu tingkat.
Selesai pembatjaan surat keputusan tersebut para djenazah diturunkan kedalam liang makam serta tembakan salvo jang dilakukan oleh dua buah peleton RPKAD. Setelah itu para keluarga serta perwira2 dari keempat Angkatan Bersendjata diberi kesempatan untuk menaburkan bunga disusul dengan penutupan liang-liang makam tersebut.
Wkl. PM I/Menlu I Dr Soebandrio selaku Inspektur Upatjara dalam pemakaman ketudjuh pahlawan tersebut telah mengadakan apel besar jang disusul dengan pengheningan tjipta bagi arwah pahlawan jang telah mendahului kita semua ke alam baqa.
Taptoe dibunjikan, taptoe jang memperdengarkan suara jang bernada sedih, taptoe jang memisahkan jang lampau dan jang kelak, jang hidup dan jang mati, jang ditinggalkan dan jang meninggalkan. (Tim Kompas)