Ketika mengusulkan kata pancasila sebagai dasar negara Indonesia, Soekarno mungkin terilhami oleh naskah Nagara Kertagama.Naskah ini ditulis dalam bentuk kakawin oleh Mpu Prapanca di atas daun lontar pada tahun 1365 M
Oleh
·2 menit baca
Ketika mengusulkan kata pancasila sebagai dasar negara Indonesia, Ir Soekarno mungkin terilhami oleh naskah Nagara Kertagama. Naskah ini ditulis dalam bentuk kakawin oleh Mpu Prapanca di atas daun lontar pada tahun 1365 M.
Nagara Kertagama sebenarnya merupakan pujasastra, yaitu karya sastra yang bersifat mengagung-agungkan. Tidak mengherankan hanya hal-hal baik yang ditulis di dalam karya itu. Pasunda Bubat, misalnya, yaitu perang akibat perselisihan Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit dengan Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda, sama sekali tidak dibahas.
Pujasastra ditujukan kepada Raja Hayam Wuruk, raja yang memerintah Majapahit pada kurun 1350-1389 M. Kata pancasila muncul sebagai perangkum lima perintah kala itu untuk tidak melakukan kekerasan, mencuri, dengki, bohong, dan mabuk-mabukan.
Walau hanya yang baik-baik, setidaknya dari kitab itu diketahui kondisi Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Itulah masa puncak kejayaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah berkuasa di Nusantara.
Menurut situs web Budaya Jawa, Nagara Kertagama terdiri dari 98 pupuh yang dibagi menjadi dua bagian, masing-masing 49 pupuh. Pupuh adalah bentuk puisi dalam bahasa Jawa dan Sunda, memiliki jumlah suku kata dan rima tertentu di setiap barisnya.
Di antaranya mengisahkan raja dan keluarganya, kota dan wilayah Kerajaan Majapahit, silsilah para raja, hingga kematian Mahapatih Gajah Mada.
Pupuh-pupuh ini disusun rapi di setiap kategori. Di antaranya mengisahkan raja dan keluarganya, kota dan wilayah Kerajaan Majapahit, silsilah para raja, hingga kematian Mahapatih Gajah Mada.
Penulisnya, Mpu Prapanca, menurut sejarah, juga bukan nama sebenarnya. Kemungkinan besar ia adalah pujangga kerajaan, tampak dari pengetahuannya tentang keluarga kerajaan. Ia menulis di sebuah pertapaan di lereng gunung, mungkin setelah pensiun dari istana.
Niat Ny Tien Soeharto saat itu, menyimpan naskah Nagara Kertagama, tentulah mulia, untuk menyelamatkan naskah yang berharga tersebut. Sayang, setelah Presiden Soeharto lengser 1998, tidak ada lagi kabar di mana keberadaan Nagara Kertagama. (NES)