Prestasi Verawaty mencapai puncaknya saat menjadi juara dunia tunggal putri tahun 1980. Dia menjadi salah satu dari hanya dua putri Indonesia yang mampu meraih gelar tersebut, selain Susy Susanti pada 1993.
Oleh
Johanes Waskita Utama
·2 menit baca
Nama Verawaty Wiharjo, kini dikenal sebagai Verawaty Fajrin, lebih dulu bersinar di nomor ganda putri. Pada usia 20 tahun, tahun 1977, pebulu tangkis jangkung ini telah memenangi sejumlah kejuaraan bergengsi, berpasangan dengan Imelda Wiguna.
Dua tahun berlalu, prestasinya di nomor tunggal mulai bersinar. Verawaty menjadi juara Denmark Terbuka 1979 dengan mengalahkan Gillian Gilks (Inggris). Dia lolos ke final setelah menaklukkan Lene Koppen, andalan tuan rumah yang juga juara dunia 1977. (Kompas, 13/11/1979) Prestasi Verawaty mencapai puncaknya saat menjadi juara dunia tunggal putri tahun 1980. Dia menjadi salah satu dari hanya dua putri Indonesia yang mampu meraih gelar tersebut, selain Susy Susanti pada 1993.
Adalah Susy yang kemudian meneruskan tongkat estafet bulu tangkis putri Indonesia dan membawanya ke puncak tertinggi dengan meraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992. Susy bahkan menjuarai nyaris semua turnamen utama, kecuali Asian Games. Susy pula yang memimpin tim putri Indonesia merebut kembali Piala Uber pada 1994 dan 1996 setelah Minarni Sudaryanto dan kawan-kawan meraihnya pertama kali pada 1975.
Setelah itu, prestasi tunggal putri Indonesia terus meredup. Maria Kristin Yulianti menjadi tunggal putri Indonesia terakhir yang mencatat prestasi di Olimpiade dengan meraih medali perunggu di Beijing 2008.
Sejak Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) menggelar Super Series pada 2007-2017, dilanjutkan BWF World Tour pada 2018, tunggal putri Indonesia selalu pulang dengan tangan hampa. Kemenangan Fitriani di Thailand Masters 2019 menjadi satu-satunya gelar tunggal putri Indonesia tahun ini di ajang World Tour.
Harapan sempat muncul saat Gregoria Mariska Tunjung menjadi juara dunia yunior 2017. Namun, proses transisi dari level yunior ke senior agaknya masih dibutuhkan oleh Gregoria. Meningkatkan prestasi tunggal putri masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi PBSI, termasuk untuk Susy, yang sejak 2016 menjadi Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PBSI.