Sejak 1968, pemerintah sudah mengincar lahan rawa yang luasnya jutaan hektar untuk diolah menjadi sawah pasang surut.
Oleh
·2 menit baca
Sejak tahun 1968, pemerintah sudah mengincar lahan rawa yang luasnya jutaan hektar untuk diolah menjadi sawah pasang surut. Saat itu, menurut data Direktorat Sungai dan Rawa Departemen Pekerjaan Umum, lahan rawa di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah tersedia 1,7 juta hektar. Di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan masing-masing 2,8 juta hektar dan 2,4 juta hektar, sedangkan di Kalimantan Timur sekitar 270.000 hektar (Kompas, 26/9/1968).
Keunggulan lahan rawa antara lain ketersediaan air yang berlimpah, topografi yang datar, dan akses ke lokasi rawa umumnya melalui sungai sehingga lahan pangan rawa tidak mungkin beralih fungsi untuk nonpangan. Masyarakat lokal pun umumnya telah memiliki kepiawaian dalam mengolah lahan rawa untuk budidaya padi.
Namun, persoalan yang dihadapi tidak kecil, misalnya tingkat kesuburan lahan rawa tergolong rendah, bahkan keasaman tanahnya tinggi. Belum lagi genangan yang tinggi selama musim hujan.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah juga giat mengolah lahan rawa menjadi sawah melalui program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi) yang dicanangkan Kementerian Pertanian. Di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel, misalnya, Agustus 2019, dipanen 10.000 hektar. Setiap hektar bisa didapat 5 ton gabah kering giling. Program yang sama diterapkan di Kalimantan, Sumatera, Papua, dan Sulawesi.
Di balik itu sesungguhnya ada persoalan serius. Misalnya, belum ditemukannya formula yang tepat untuk meningkatkan kualitas rawa yang menghasilkan produk pertanian produktif. Pada musim tertentu, bercocok tanam di lahan rawa rentan, yakni rentan kebakaran saat musim kemarau dan rentan kebanjiran saat musim hujan.
Itu sebabnya, perlu ada riset dan pengembangan berkelanjutan penggunaan lahan rawa yang tepat dan komoditas yang cocok, proses bercocok tanam yang benar, termasuk mitigasi risikonya. Dengan demikian, segala risiko dapat diminimalkan sejak dini. Produksi yang diraih pun lebih optimal. (JAN)