Ketiga pahlawan olahraga itu memperoleh kapling tanah di kawasan Jakarta Selatan. Rudy Hartono dapat di kawasan Pancoran. Seniornya yang sesama tunggal putra bulu tangkis memperoleh tanah di daerah Kemang, sementara Sutjipto yang berwibawa di lapangan sepak bola dihadiahi tanah di Cilandak.
Pemberian penghargaan ini terus bergulir hingga sekarang, berupa rumah, pekerjaan, dan sebagainya. Sebagian atlet menerimanya dengan penuh kebanggaan. Keringatnya bagi Merah Putih dihargai. Sebagian lainnya ditambah dengan rasa syukur karena mereka amat membutuhkannya guna menopang hidup.
Kehidupan banyak atlet memang bagai sekeping uang logam. Di satu sisi bergelimang dengan puja-puji dan kebanggaan sebagai pahlawan yang mengharumkan nama bangsa. Di sisi lain, banyak yang mereka korbankan. Satu yang terpenting adalah studi di bangku sekolah yang terpaksa dikalahkan oleh rezim latihan yang menahun.
Itu membuat masa pensiun mewujud menjadi era yang menakutkan bagi sebagian atlet. Modal mereka saat memasuki era itu adalah pengalaman dan pengetahuan teknis di olahraga yang digeluti, juga mental bertanding. Di luar itu, mereka sama sekali asing dengan dunia barunya. Hampir tak punya pemahaman dan alat untuk menyintas di dunia baru.
Beruntung, kesadaran bahwa bersekolah juga penting selain berlatih dan bertanding terus tumbuh. Bagi atlet, pendidikan akademis adalah asuransi yang melindungi mereka saat pensiun. Kesadaran itu juga ditopang dengan langkah pemerintah yang sekian lama menggulirkan jalur prestasi untuk masuk sekolah dan perguruan tinggi. Piagam kemenangan menjadi tiket masuk sekolah, bukan hanya angka-angka di rapor.
Harapannya, pada masa mengembangkan diri, atlet dapat menyeimbangkan antara karier dan studi. Saat pensiun, atlet punya cukup modal untuk menjadi warga biasa yang harus mencari kerja atau membuka usaha. Alhasil, atlet tetap mampu mandiri.
Dengan jalan seperti itu, pada masa depan, kita dapat berharap ucapan Gubernur Ali Sadikin saat memberikan tanah kepada atlet benar-benar hanya merupakan sejarah: ”...djangan didjual ya.” (YNS)