Koes Bersaudara dibebaskan dari tahanan Glodok, Jakarta, pada 27 September 1965. Band berawak Toni Koeswoyo dan adik-adiknya, Nomo, Yon, dan Yok, itu ditahan sejak 29 Juni 1965 karena memainkan lagu-lagu Beatles di tempat umum, seperti di Istora dan pada suatu pesta di Jati Petamburan, Jakarta.
Lagu-lagu jenis rock n roll, termasuk Beatles, kala itu dilarang dan dicap sebagai musik ngak-ngik-ngok. Bung Karno pada 17 Agustus 1959 berpidato bertajuk ”Penemuan Kembali Revolusi Kita” di Istana Merdeka, mengatakan:
”Dan engkau, hai pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi, engkau yang tentunya anti-imperialisme ekonomi dan menentang imperialisme ekonomi, engkau yang menentang imperialisme politik.... Kenapa di antara engkau banyak yang tidak menentang imperialisme kebudayaan? Kenapa di kalangan engkau banyak yang masih rock n roll-rock n roll-an, dansa-dansian ala cha-cha-cha, musik-musikan ala ngak-ngik-ngok, gila-gilaan, dan lain sebagainya lagi....”
Pengalaman menghuni sel tahanan itu melahirkan sejumlah lagu. Dalam album To The So Called the Guilties keluaran 1967 termuat lagu ”Di Dalam Bui”, ”To the So Called the Guilties”, dan ”Voorman”. Juga lagu ”Balada Kamar no 15” dalam album Jadikan Aku DombaMu terbitan tahun 1968.
”Di Dalam Bui”, Koes menulis, ”Waktuku di dalam bui/ Kubersedih dan bernyanyi di malam sunyi/ Ibu dan ayah menanti/ Berdoa setiap hari, aku kembali....” Lagu tersebut muncul dalam film Ambisi arahan Nya’ Abbas Acub produksi 1973. Lagu disertai adegan Koes Bersaudara dalam penjara.
Belakangan, pada 1980, Koes Bersaudara kembali membuat lagu kenangan tentang penjara Glodok dalam lagu ”Glodok Plaza Biru”. Dalam lagu mereka mencari, ”di mana kini rumah penjaraku dulu/ Yang dulu pernah kutunggu....” Lokasi penjara itu sudah menjadi kompleks pertokoan sekitar Harco Glodok. ”Kusebut namamu Glodok Plaza Biru....” (XAR)