Terpicu keberhasilan pembangunan jembatan Cisadane di Tangerang, Menteri Pekerjaan Umum Purnomosidi berniat mewujudkan impian Belanda untuk membangun jembatan di Sungai Kapuas. Jembatan Cisadane yang memiliki bentang 110 meter dan lebar 9 meter selesai dibangun dalam dua bulan, April-Juni 1980.
Lalu lintas feri yang ramai di Sungai Kapuas membuat lokasinya dialihkan ke hilir yang lebih sepi. Untuk itu, akan dibangun dua jembatan yang masing-masing melintasi Sungai Landak dan Kapuas kecil, keduanya merupakan anak Kapuas.
Perencanaan dilakukan Ir Wiyoto Wiyono dan Ir Soehartono dari Ditjen Bina Marga. Pelaksanaannya dibantu 24 teknisi tamatan STM dan lima insinyur pimpinan Ir DZ Arifin Hadi. Lima kontraktor pemerintah terlibat, yaitu Nindya Karya, Hutama Karya, Adhi Karya, Waskita Karya, dan Pembangunan Perumahan.
Satu-satunya tenaga asing berasal dari Belanda dan menangani pemasangan kerangka baja yang merupakan bantuan negara itu. Sekitar 1.300 pekerja kasar terlibat dalam proyek Rp 15,4 miliar ini.
Pembangunan dimulai Oktober 1980. Enam belas fondasi tiang pancang baja sepanjang 60 meter dengan beton bertulang ditancapkan ke dasar sungai. Seluruh jembatan Kapuas terdiri dari 14 bentang yang merupakan jembatan dengan konstruksi ”kerangka baja Belanda”, dengan elastisitas lebih tinggi daripada jembatan Callender Hamilton.
Kerangkanya dilindungi dari karat dengan sistem katodik, semacam lapisan timah. Panjang jembatan Kapuas kecil 420 meter dan Sungai Landak 370 meter. Keduanya memiliki lebar 9,20 meter yang dilengkapi trotoar pejalan kaki dan mampu menahan beban hingga 18 ton.
Jembatan Kapuas menjadi jembatan tol pertama di Kalimantan dan ketiga di Indonesia setelah Rajamandala serta Tallo Lama di Sulawesi Selatan. Tarif kendaraan bermotor di atas 2,5 ton adalah Rp 300, di bawah 2,5 ton Rp 200, dan sepeda motor Rp 50.
Jembatan penghubung Sei Landak dan Kapuas Kecil di atas Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat, dengan konstruksi ”rangka Belanda” serta tiga ruas jalan penghubungnya sepanjang 4,9 kilometer diresmikan Presiden Soeharto, Rabu, 27 Januari 1982. (JPE)