Perang Vietnam yang berlangsung 1954-1975 itu merenggut korban jiwa dalam jumlah luar biasa. Jumlah pasti tak ada yang tahu. Namun, baru pada tahun 1995 Pemerintah Vietnam merilis secara resmi perkiraan jumlah korban jiwa, sekitar 2.000.000 warga sipil dari pihak Vietnam Utara ataupun Vietnam Selatan. Angka ini belum termasuk 1,1 juta jiwa milisi Vietkong yang mendukung pemerintah komunis Vietnam Utara.
Sementara pihak militer Amerika Serikat memperkirakan 200.000 sampai 250.000 tentara militer Vietnam Selatan tewas dalam perang itu. Pada 1982 Pemerintah AS mendirikan Vietnam Veterans Memorial di Washington DC. Di dindingnya tertera 57.939 nama anggota militer AS yang tewas ataupun hilang dalam perang. Namun, kemudian, daftar itu bertambah panjang menjadi 58.200 nama.
Selain tentara AS, ada juga korban tentara negara lain yang mendukung Vietnam Selatan, di antaranya tentara Korea Selatan yang tewas sekitar 4.000 orang, Thailand 350 orang, Australia lebih dari 500 orang, dan Selandia Baru berjumlah puluhan orang (britannica.com).
Pada 23 Januari 1973, Presiden AS Richard Nixon menandatangani kesepakatan damai di Paris berkat negosiasi yang dilakukan mantan Menlu Henry Kissinger. Setelah kesepakatan ini, gencatan senjata terjadi antara tentara Utara dan Selatan. Pasukan AS diberi waktu 60 hari untuk keluar dari Vietnam dan semua tentara AS yang menjadi tahanan perang dibebaskan. Namun, menurut The New York Times, gencatan senjata tidak berlangsung lama, kedua kubu kembali melanjutkan perang.
Atas jasanya mewujudkan gencatan senjata, Kissinger bersama tokoh Vietnam Utara, Le Duc Tho, memperoleh Nobel Perdamaian pada 1973. Namun, Le Duc Tho menolak penghargaan itu.
Bersamaan dengan itu, pasukan Vietnam Utara terus merangsek ke wilayah Selatan. Presiden Vietnam Selatan Nguyen Van Thieu meminta bantuan dana kepada Washington, tetapi ditolak Nixon. Akhirnya Saigon jatuh ke tangan Vietnam Utara pada 1975. Pada pidato pengunduran dirinya, Thieu menuduh AS mengkhianati Vietnam Selatan.