Pro dan kontra mewarnai rencana pembangunan Jakarta International Airport Cengkareng yang kemudian bernama Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Jauh sebelum bandara itu dibangun, muncul sejumlah penolakan, termasuk dari kalangan mahasiswa pada tahun 1974 yang khawatir habitat burung di Cagar Alam Pulau Rambut terganggu.
Pulau Rambut, Pulau Bokor, dan Muara Angke di Kepulauan Seribu yang ditempuh sekitar 30 menit menggunakan perahu motor dari Jakarta merupakan cagar alam tempat berkembang biaknya berbagai jenis burung dan sekitar 20.000 kelelawar. Banyaknya burung di sekitar bandara juga dikhawatirkan mengganggu keselamatan penerbangan karena burung bisa masuk ke dalam mesin pesawat.
Di sisi lain, Bandar Udara Kemayoran sudah tidak memadai lagi untuk penerbangan domestik dan internasional karena lahannya terlampau sempit. Bandara Kemayoran tahun 1980 hanya bisa menampung 29 penerbangan per jam dan tahun 1985 hanya bisa menampung 39 pesawat per jam.
Di tengah kontroversi itu, Bandara Soekarno-Hatta dibangun sejak April 1981 dan diresmikan pada 5 Juli 1984. Dikerahkan 5.500 pekerja untuk menyelesaikan bandara seluas 1.800 hektar yang biaya pembangunannya pada tahap awal Rp 334 miliar.
Landasan utara bandara itu sepanjang 3.660 meter dan landasan selatan sepanjang 3.050 meter, mampu melayani 74 gerakan pesawat per jam. Lahan parkirnya mampu menampung 50 pesawat berbagai jenis, seperti Fokker F-28, DC-9, DC-10, Airbus A-300, dan Boeing 747. Bandara itu juga mampu menampung 2.400 kendaraan. (THY)