Komplotan pencuri becak dengan modus membius korbannya diungkap tim Semut Ireng dari Kepolisian Komsekko 712 Pasar Baru, Jakarta Pusat. Beberapa hari sebelumnya, polisi menemukan seorang tukang becak tergeletak tak sadarkan diri di depan Masjid Istiqlal, sementara dua anggota komplotan didapati membawa kabur becak. Pelaku berpura-pura menyewa becak, mentraktir makan, dan mencampur makanan korban dengan ramuan tertentu.
Balada Becak Jakarta
Becak pernah menjadi ”raja jalanan” di Jakarta. Kendaraan roda tiga ini tidak saja dibutuhkan warga sebagai alat transportasi, tetapi juga diburu komplotan pencuri khusus becak. Polisi pun membentuk satuan khusus untuk membekuk mereka.
Modusnya, tukang becak disewa untuk mengantar penumpang. Abang becak lalu diajak makan yang ternyata dicampuri ramuan yang menyebabkan orang tak sadarkan diri. Becak kemudian dibawa lari penjahat.
Itu bagian dari romantika abang becak di Ibu Kota. Ada juga tukang becak yang beruntung. Alkisah, seorang pengemudi becak jujur mendapat hadiah uang Rp 5.000. Jumlah tersebut pada awal 1970-an setara dengan harga 100 kilogram beras. Abang becak itu mengantarkan turis Jepang yang menginap di Hotel Indonesia. Sesampai di tempat tujuan, wisatawan itu kehilangan dompet yang berisi uang dan dokumen penting. Belakangan abang becak yang ia tumpangi mengantar dompet yang ternyata tertinggal di becak dan pengemudi becak itu mendapat hadiah.
Solidaritas pengemudi cukup kuat. Mereka pernah protes kepada pembuat film Bernapas dalam Lumpur karena dalam film arahan sutradara Turino Djunaedy itu dikisahkan seorang tukang becak yang melakukan pemerkosaan.
Jumlah becak di Jakarta pada 1970 sekitar 150.000 unit. Ibu Kota cukup kewalahan dan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pun melarang perusahaan memproduksi becak baru. Wilayah operasi becak juga dibatasi lewat sistem rayon di lima wilayah kota.
Becak makin terdesak. Pada 31 Desember 1990 tamat sudah riwayat becak dari jalanan Jakarta. Salah satu alasan dihapuskannya becak adalah karena dianggap sebagai penyebab kemacetan. Selain itu, juga dianggap tidak manusiawi. Gubernur DKI Jakarta saat itu, Wiyogo Atmodarminto, mengatakan, becak adalah kendaraan yang mencerminkan pengisapan manusia atas manusia lainnya. Ketika itu, Wiyogo mencanangkan citra Jakarta sebagai kota Bersih, Manusiawi, dan Berwibawa atau BMW. Maka, sekitar 80.000 becak pun dijadikan rumpon, semacam rumah ikan di Teluk Jakarta. (XAR)