Jakarta Disebut sebagai Kota dengan Risiko Bahaya Lingkungan Terbesar
›
Jakarta Disebut sebagai Kota...
Iklan
Jakarta Disebut sebagai Kota dengan Risiko Bahaya Lingkungan Terbesar
Hasil laporan firma riset Verisk Maplecroft memasukkan Jakarta sebagai kota yang memiliki risiko bahaya lingkungan terbesar di dunia. Masuk pula Kota Surabaya dan Bandung dalam daftar kota "berbahaya" tersebut.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil laporan firma riset Verisk Maplecroft memasukkan Jakarta sebagai kota yang memiliki risiko bahaya lingkungan terbesar di dunia. Hal ini tidak terlepas dari polusi udara yang parah dan kian diperburuk dengan adanya ancaman abadi seperti aktivitas seismik dan banjir.
Para peneliti yang menyusun laporan tersebut menilai 576 kota terbesar di dunia berdasarkan kualitas udara dan air, tekanan panas atau suhu, kelangkaan air, dan kerentanan terhadap perubahan iklim. Selain itu, risiko bahaya lingkungan setiap kota juga dinilai dari keterpaparan lanskap, populasi, ekonomi, dan infrastrukturnya terhadap bahaya alam, seperti gempa bumi, tsunami, serta tanah longsor.
Berdasarkan laporan prospek risiko lingkungan dari Verisk Maplecroft yang dipublikasikan 12 Mei 2021, Jakarta menjadi kota dengan bahaya lingkungan terbesar karena sejumlah kajian menunjukkan Jakarta terus mengalami kenaikan permukaan air laut sekaligus penurunan tanah. Hal ini disebabkan menipisnya akuifer karena penggunaan air tanah untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 10 juta penduduk Jakarta.
Meski total curah hujan tahunan menurun, frekuensi hujan ekstrem skala jam atau harian di Jakarta terus meningkat.
Hasil kajian yang terbit di jurnal Nature Communication (2019) menyebut bahwa Jakarta dan beberapa kota di negara lain terancam tenggelam pada 2050. Dari hasil penelitian, permukaan laut akan mengalami kenaikan 30 sampai 50 sentimeter karena dampak dari perubahan iklim.
Ancaman abadi lainnya yang dihadapi Jakarta, yaitu banjir. Kajian yang terbit di jurnal Royal Meteorological Society (2015) mencatat, meski total curah hujan tahunan menurun, frekuensi hujan ekstrem skala jam atau harian di Jakarta terus meningkat. Ancaman banjir semakin nyata karena tidak ada keseriusan pemerintah daerah ataupun pusat dalam menangani masalah ini.
Dalam laporan Verisk Maplecroft juga menyebutkan, kota besar di Indonesia yang memiliki risiko bahaya lingkungan tidak hanya Jakarta, tetapi juga Surabaya dan Bandung. Dari total 100 kota paling berisiko, secara rinci Jakarta berada di urutan pertama, Surabaya posisi keempat, dan Bandung peringkat kedelapan.
Sementara kota terbanyak yang paling berisiko mengalami bahaya lingkungan di dunia berada di India dengan total 43 kota disusul China, yakni 37 kota. Kota-kota di India yang berisiko mengalami bahaya lingkungan antara lain Delhi (posisi ke-2), Chennai (ke-3), Agra (ke-6), Kanpur (ke-10), Jaipur (ke-22), Lucknow (ke-24), Bengaluru (ke-25), dan Mumbai (ke-27).
Polusi udara menjadi ancaman utama bagi kesehatan penduduk di India. Menurut kajian Verisk Maplecroft tahun lalu, udara berbahaya di India menyebabkan hampir satu dari lima kematian di India pada 2019 dan mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar 36 miliar dollar AS. Sementara pencemaran air menyebabkan 400.000 kematian setiap tahun.
Will Nichols, Kepala Penelitian Lingkungan dan Perubahan Iklim di Verisk Maplecroft dalam laporan tersebut mengemukakan, analisis yang dilakukan menunjukkan tidak ada kota di dunia yang sepenuhnya bebas dari risiko lingkungan. Sebanyak 1,4 miliar penduduk Bumi tetap berisiko mengalami dampak polusi, menipisnya persediaan air, suhu panas ekstrem, maupun bahaya akibat perubahan iklim lainnya.
”Perubahan iklim akan melipatgandakan risiko terkait cuaca. Temperatur yang lebih tinggi akan meningkatkan kejadian ekstrem, seperti badai, kekeringan, dan banjir. Bahkan, hal ini mungkin akan mengubah kualitas hidup dan prospek pertumbuhan ekonomi di sejumlah besar lokasi,” ujarnya.
Kepala Kampanye Iklim Greenpeace Asia Tenggara Tata Mustasya mengatakan, laporan dari Verisk Maplecroft semakin mempertegas bahwa Jakarta maupun kota-kota di dunia sangat riskan terhadap dampak perubahan iklim. Hasil laporan ini juga menunjukkan bahwa isu perubahan iklim sangat berkaitan dengan ekonomi dan kesehatan manusia.
”Berbagai kajian juga menunjukkan Jakarta selalu berada di urutan teratas kota yang sangat berdampak pada perubahan iklim. Jadi, Jakarta, Surabaya, dan Bandung memiliki risiko bahaya lingkungan terbesar di dunia karena peningkatan ekonomi di tiga kota tersebut tidak seimbang dengan aspek lingkungan,” tuturnya, Minggu (16/5).
Tata mendorong agar pemerintah daerah di tiga wilayah tersebut dapat segera melakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim seperti menerapkan ekonomi sirkular, transisi energi, hingga mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Di sisi lain, upaya yang progresif dalam mengatasi perubahan iklim juga harus dilakukan oleh pemerintah pusat.
”Pemerintah di tiga wilayah tersebut harus menunjukkan kepemimpinannya untuk mengatasi kerusakan lingkungan dengan mendesak dan memberikan usulan kepada pemerintah pusat apa yang harus dilakukan. Saat ini dan ke depan, kota menjadi penentu dalam upaya menangguangi perubahan iklim,” ucapnya.