Warna-warni dalam Siluet Menggoda
Siluet menggoda, warna-warni cerah serta keinginan untuk menemukan kembali busana-busana yang ringan mendominasi tren mode musim semi/panas tahun ini.
Musim semi dan musim panas membentang di depan mata. Siluet menggoda, warna-warni cerah serta keinginan untuk menemukan kembali busana-busana yang ringan mendominasi tren mode musim semi/panas tahun ini.
Hampir dua tahun dan tiga musim mode terakhir, konsep pekan mode tradisional belum benar-benar kembali. Akibat pandemi Covid-19 serta pembatasan sosial yang menyertainya, para desainer tak dapat menyelenggarakan pagelaran busana secara luring seperti sebelumnya. Sebagai gantinya, banyak rumah mode beralih ke format digital atau menyelenggarakan pergelaran busana tanpa penonton.
Menjelang akhir 2021, kira-kira pada September, geliat pergelaran busana mulai kembali berdegup. Meski jadwalnya belum sepenuhnya normal, pelonggaran pembatasan sosial di empat ibu kota mode dunia memungkinkan pekan mode berlangsung luring.
Banyak desainer kembali ke landas peraga untuk pertama kalinya sejak Maret 2020. Dimulai pada September 2021 di New York (Amerika Serikat), pekan mode lalu beralih ke London (Inggris), Milan (Italia) dan Paris (Perancis). Para undangan kembali duduk di barisan depan, menyaksikan ragam koleksi rumah mode ternama juga koleksi debutan para desainer muda.
Untuk menyambut musim semi/panas 2022, sejumlah desainer dari rumah mode ternama kembali menghadirkan koleksi yang didominasi siluet menggoda, warna-warna cerah, dan hasrat untuk menemukan kembali busana-busana ringan tanpa beban. Semangat musim semi dan musim panas yang riang dan penuh kegembiraan seperti halnya warna-warna pada sinar matahari, terekam dalam koleksi busana rancangan para desainer yang ditampilkan dalam perhelatan busana di empat ibu kota mode dunia.
Secara umum, koleksi-koleksi rumah mode dunia untuk musim semi/panas tahun 2022 didominasi rancangan berupa rok mini hingga supermini, siluet saling potong yang menampilkan keterbukaan, motif garis baik vertikal maupun horizontal, fringe, hingga jahitan rapi untuk busana setelan. Tak ketinggalan adalah warna-warna cerah dan hangat musim panas, potongan sporty, atasan model mantel yang feminin hingga catsuit yang memeluk ketat tubuh para penggunanya.
Kebangkitan
Jonathan Anderson dari rumah mode Loewe menggelar pertunjukan untuk koleksi musim semi/musim panas 2022 di arena berkuda La Garde Republicaine, sebuah lokasi bersejarah di pusat kota Paris, tempat para model muncul dari lantai, dari ruang bawah tanah yang tersembunyi. Koleksi yang baru pertama kali ditampilkan di atas landas peraga sejak pandemi terjadi tersebut digambarkan sebagai sebuah kebangkitan.
”Landas peraga kembali dengan ledakan eksperimen tanpa batas di mana provokasi, sensualitas dan pergerakan, menandai titik awal yang pasti,” ungkap Anderson.
Pada koleksi tersebut, Loewe, antara lain, menyuguhkan busana-busana berwarna cerah seperti biru yang bergradasi mulai putih, biru muda dan biru tua, biru denim, dan kuning pucat. Potongannya sensual. Aksen leher bulat dengan potongan tanpa lengan, memberi kesan santai, tetapi tetap sensual tanpa berlebihan.
Begitu pula rumah mode Givenchy. Koleksinya untuk musim semi/panas tahun ini didominasi potongan sensual dengan warna-warna kuning dari material transparan, ungu muda, hingga hitam. Atasan tanpa lengan model tembus pandang yang sensual dengan aksen plisket di bagian bawah, tampil menarik dengan bawahan hitam sebatas mata kaki yang elegan.
”Untuk koleksi musim semi/panas 2022, saya ingin membangun tradisi sejarah Givenchy sekaligus benar-benar melihat ke masa depan,” tutur Direktur Kreatif Givenchy, Matthew M Williams.
Untuk mewujudkan misi dan visinya itu, Williams bekerja dengan orang-orang dari berbagai disiplin ilmu yang memiliki perspektif unik, seperti seniman Josh Smith dan musisi Young Thug. Kolaborasi dan koleksi tersebut menawarkan pengalaman yang sangat mendalam dan istimewa kepada publik.
Sementara itu, Dior menyuguhkan koleksi yang terinspirasi oleh karya-karya rumah mode tersebut pada 1860-an, khususnya saat posisi Direktur Kreatif dipegang oleh Marc Bohan. Direktur Kreatif Dior, Maria Grazia Chiuri, menyoroti koleksinya yang paling terkenal, Slim Look atau Tampilan Ramping di mana kala itu disebut-sebut telah mengubah mode seperti yang dilakukan koleksi New Look atau Tampilan Baru Dior pada 1947.
Selain bersiluet ramping, koleksi musim semi/panas Dior tahun ini didominasi warna-warna terang putih, oranye, fushia, hingga denim. Setelan rok mini yang manis dengan aksen kancing yang menonjol ala Dior hingga gaun tanpa lengan bermodel A yang elegan, kombinasi warna coklat muda dengan putih terlihat sangat mencuri perhatian.
”Bahan dan keberagaman motifnya mengingatkan pada klub malam Romawi yang legendaris, Piper Club. Tempat unik untuk kebebasan berekspresi yang menggabungkan antara seni, desain, dan mode,” ungkap Chiuri.
Masa depan mode
Untuk koleksi musim semi/panas 2022, Desainer Stella McCartney yang sejak debutnya di dunia mode di awal 2000-an menghindari penggunaan kulit dan bulu, meluncurkan Frayme Mylo, koleksi tas dari alternatif kulit yang terbuat dari miselium, sistem akar jamur bawah tanah. Mylo adalah material baru dari Bolt Threads, alternatif kulit vegan yang terverifikasi, berkelanjutan, lembut serta bebas hewani.
Pada Maret 2021, bersama Bolt Threads, McCartney mempersembahkan dua pakaian yang terbuat dari bahan tersebut, yaitu bustier hitam dan celana utilitarian. ”Untuk koleksi musim panas 2022, saya sangat terinspirasi oleh jamur dan potensinya yang sangat luar biasa untuk menyelamatkan planet kita. Frayme Mylo mewujudkan harapan itu untuk masa depan,” ujar McCartney.
Ia dan Bolt Threads memiliki hasrat yang sama dalam hal inovasi bahan. Bagi mereka, meluncurkan tas tangan dari kulit Mylo mycelium adalah momen penting tidak hanya bagi mereka tapi juga dunia. ”Apa yang Anda lihat di runaway hari ini adalah industri mode yang sadar di masa depan,” tambah McCartney.
Koleksi busana musim semi/panasnya kali ini mendefinisikan kembali perasaan lembut dan ringan. ”Musim panas 2022 membangkitkan feminitas sensual. Potongan-potongannya merefleksikan ciri khas 'santai' dari merek kami, tetapi menyuguhkan inspirasi tak terduga,” tutur McCartney.
Sementara itu, Chloe, yang mengusung konsep cinta dari Aldous Huxley, koleksinya menjadi perayaan terhadap kekaryaan di mana mereka memperluas produk-produk yang dibuat oleh tangan perajin independen. Mereka membuat emboss produk-produk mereka dengan tanda tangan simbol.
”Chloe Craft berusaha memelopori tingkat keterlacakan dan transparansi baru dalam industri dan membangun hubungan yang lebih dalam antara konsumen dan produsen lokal. Teknik ini tidak dapat ditiru oleh mesin, hanya dikuasai oleh tangan manusia,” ungkap Direktur Kreatif Chloe Gabriela Hearst.
Di tengah megah dan mewahnya landas peraga, harapan pada mode yang semakin bermartabat dan bertanggung jawab semestinya memang tak semata utopia.