Saatnya Keluar dari Cangkang lewat Koleksi 2Madison Avenue
Desainer Maggie Hutauruk-Eddy dari 2Madison Avenue meluncurkan koleksi busana bertajuk ”It's Time!”.
Desainer Maggie Hutauruk-Eddy dari 2Madison Avenue meluncurkan koleksi busana bertajuk ”It’s Time!”. Melalui koleksi yang terdiri atas 49 set variasi busana itu, Maggie mencoba mengembalikan kemerdekaan perempuan dalam mengekspresikan diri dan merayakan semua bentuk tubuh perempuan tanpa terkecuali.
Pandemi Covid-19 yang berlangsung sekitar dua tahun telah memenjarakan daya kreatif para pelaku di dunia kreatif. Situasi pandemi yang kini melandai membuat Maggie merasa menemukan waktu yang tepat untuk kembali menghadirkan karyanya kepada publik.
Selasa (29/3/2022), bertempat di Studio 1,2,3 Intercontinental, Mal Pondok Indah, Jakarta, Maggie menghadirkan ”It’s Time!”. Mengusung lima karakter yang selalu ada dalam setiap rancangannya, berupa kekuatan corak, warna, tekstur, struktur, dan konstruksi, Maggie menampilkan beragam busana yang sangat inklusif, mewakili setiap karakter dan beragam bentuk tubuh perempuan.
Maggie leluasa bermain-main dengan beragam siluet, mulai dari yang seksi, feminin, elegan, modern, sporty, hingga yang tertutup. Pada salah satu rancangan, Maggie tak ragu menghadirkan celana pendek yang dipadukan dengan atasan menggantung beraksen ruffles, lalu pada rancangan lainnya berupa gaun panjang longgar yang berpita di bagian pinggang untuk perempuan berhijab.
Ada juga gaun-gaun ringan melayang beraksen ruffles yang dipadukan dengan atasan beraksen serupa yang menghadirkan kesan elegan dan glamor. Selain itu, ada celana panjang berpipa lurus dan cut bray, rok mini, rok balon, gaun model spaghetti straps beraksen ruffles yang menggemaskan, hingga gaun-gaun panjang yang manis dan rok-rok beraksen frills yang cantik.
Warna-warnanya terang benderang laksana musim semi dan musim panas yang bertabur bunga dan berlimpah sinar matahari, menggambarkan semangat 2Madison Avenue Spring Summer Collections 2022 tersebut. Kuning, fuchsia, biru muda, metalik, merah muda, oranye, hingga yang klasik monokrom seperti hitam dan perak. Kesan ceria, penuh sukacita, memancar dari busana-busana rancangan Maggie.
Tak semata menghadirkan busana dengan warna monokrom, Maggie pun bermain tabrak warna, motif, dan material. Motif bunga-bunga di atas material berupa crepe premium diolah dengan material berupa denim yang lentur. Material denim yang lentur ini juga diolah dengan material katun bermotif cetak digital. Ada juga brokat, satin, dan wastra Nusantara berupa tenun Makassar, ulos, dan tenun Bali dengan peletakan yang sengaja tak menarik perhatian.
”Koleksi ini sangat colorful, banyak print. Aku ingin create koleksi untuk semua orang, semua tipe perempuan. Baju modest, modest yang lebih konservatif atau yang edgy. Orang yang pengin tampil seksi, yang curvy. Aku ingin mewakili itu semua. Aku enggak mau mendikte perempuan yang bagus baju tuh kayak gini, enggak,” tutur Maggie. Di landas peraga, busana-busana tersebut ditampilkan oleh para perempuan model dengan bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda.
Dia berharap bisa memberi pilihan bagi banyak perempuan dengan karakter dan bentuk tubuh yang berbeda-beda tanpa terlalu mengacu pada tren. ”Kalau orang bertanya apa trend forecast tahun ini atau tahun depan, forecast tahun ini adalah apa yang bagus untuk mental health kamu. Bukan lagi yang dibilang Paris atau New York. Please, itu kan kreasi manusia, kita perlu berhenti mendikte orang,” ujarnya.
Menurut dia, setelah sekian lama berada dalam situasi pandemi, kesehatan mental adalah hal yang lebih penting. Karena itu, penting untuk setiap orang memilih busana yang bisa menampilkan karakter pribadi pemakainya dan merasa nyaman saat mengenakannya, merayakan menjadi diri sendiri.
”Ini adalah saat yang tepat untuk kita keluar dari cangkang kita, keluar dari persembunyian kita. Makanya koleksi ini dikasih judul ’It’s Time!’. Begitu nanti bikin kumpul-kumpul langsung tampil wow... itu yang namanya semangat,” papar Maggie.
Kolaborasi
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Maggie juga mengusung semangat kolaborasi dalam rancangan yang disuguhkannya. Kali ini, Maggie menggandeng seniman lukis asal Yogyakarta, Soni Irawan. Soni istimewa karena memiliki karakter mirip Zorro yang menurut Maggie ”lucu”.
”Itu gambar abstrak laki-laki pakai topi koboi mirip Zorro yang selalu mencoba membela kebenaran, idealis. Menurutku, ini keren. Banyak pelukis melukis perempuan cantik, seksi, sedangkan ini lucu, komikal, heroik, tapi juga penuh kontroversi,” ungkap Maggie.
Karya Soni tersebut saat diaplikasikan dalam busana rancangan Maggie menghadirkan kesan abstrak yang segar. Warna-warnanya kaya dan berani, sangat menarik perhatian. Ada yang diaplikasikan pada koleksi berbahan denim lentur berupa jaket, celana panjang, rok pensil sebatas lutut hingga gaun longgar model A untuk perempuan berhijab. Memberikan kesan modis yang bercita rasa seni.
Secara kekaryaan, melalui kolaborasi dengan Soni, Maggie ingin memberikan opsi lain bagi koleksi yang dihadirkannya. Dia sadar, tak semua orang menyukai gambar cetak digital berupa bunga, misalnya, atau karya seni Indonesia berupa wastra. Pada lukisan Soni, ditambahkan kalimat ”no shame” yang sekaligus menjadi gedoran bagi setiap perempuan agar lebih berani menampilkan diri mereka seutuhnya.
”No shame itu artinya enggak tahu malu. Di Indonesia, kan, sering diucapkan dengan kata-kata yang enggak enak, enggak tahu malu ih, udah tua pakai baju begitu, enggak tahu malu perempuan kok begitu. Nah, sekarang aku balik, sesungguhnya bagus kalau kamu enggak tahu malu karena menurutku itu pemikiran yang membuat kita tidak mau melakukan apa-apa. Takut banget nanti dikatain orang,” tutur Maggie.
Menurut dia, sangat penting bagi orang Indonesia untuk mulai menghentikan hal-hal seperti itu, mengatakan hal-hal buruk kepada orang lain. Di media sosial, orang seperti mulai kehilangan arah, sangat mudah menghakimi orang lain. ”Orang Indonesia itu sopan, baik, ramah. Jangan gara-gara ada medsos, satu melakukan yang tidak baik lainnya jadi beo. Kita tunjukkan orang Indonesia itu suportif,” lanjutnya.
Melalui semangat kolaborasinya dengan seniman seperti Soni, Maggie ingin menunjukkan bahwa mode juga sebuah seni. Seni, ujarnya, tak semata kata, tetapi juga bisa ditampilkan melalui mode. Dia berharap, kelak semakin banyak seniman yang bisa diajak berkolaborasi, melakukan diversifikasi terhadap karya-karya mereka.