Bara Jiwa Muda dalam Mode
Perhelatan Pekan Mode Paris edisi musim gugur/musim dingin 2022-2023 untuk busana perempuan siap pakai telah usai pada 8 Maret 2022.
Spirit muda tidak lekang menjadi pelumas untuk berkarya. Jiwa yang anti takut dan bergerak sesuai kehendak mampu meruntuhkan dinding aturan yang serba kaku.
Perhelatan Pekan Mode Paris edisi musim gugur/musim dingin 2022-2023 untuk busana perempuan siap pakai telah usai pada 8 Maret 2022. Apabila pada peragaan busana di awal acara didominasi oleh tampilan yang elegan, maka memasuki akhir dari gegap gempita pekan mode ini tampilan yang disuguhkan lebih ceria dan bersemangat.
Susah dimungkiri situasi global saat ini terimbas perang antara Ukraina dan Rusia. Bahkan, gelaran pekan mode ini pun mengingatkan agar pergelaran kali ini dimaknai sebagai wahana untuk berkontemplasi terhadap kondisi dunia, termasuk perang. Beberapa karya seolah menyesuaikan, elegan dan tidak neko-neko. Namun, kontemplasi saja tidak cukup. Pergerakan perlu mendapat ruang untuk dunia yang lebih baik bukan?
Napas dan jiwa muda dalam setiap karya menyeruak pada pertunjukan yang memperoleh jadwal jelang pekan mode berakhir beberapa hari yang lalu. Salah satunya Louis Vuitton yang membuka landasan peraga di Musee d’Orsay, Paris, Perancis, Senin (7/2/2022).
Meski rumah mode ini sempat diliputi duka karena kehilangan sosok Virgil Abloh yang memimpin desain busana pria pada 2021, karya Nicolas Ghesquiere tetap berhasil hidup dan mengalirkan pesan yang ingin disampaikannya.
Menjaga idealisme
Koleksi kali ini ditujukan Ghesquiere sebagai pengingat perubahan bagi kaum muda agar menjaga idealisme yang memberi inspirasi. Idealisme yang dimiliki dapat menjadi harapan bagi masa depan dan untuk kondisi dunia yang lebih baik. Lebih baik jika berkaca pada kondisi terkini, peristiwa perang hingga perubahan iklim yang kelak menjadi pekerjaan rumah juga bagi kaum muda sekarang.
Dengan tujuan dan semangat itu, Ghesquiere merancang 47 tampilan kali ini tanpa batasan. Bahkan untuk padu padannya tidak harus kaku sesuai dengan yang ditawarkan di atas landasan peraga. Semuanya bisa sesuai selera dan suasana hati setiap individu.
”Aku ingin orang-orang merasakan koleksi kali ini tanpa tekanan. Itu semua mengacu pada kebebasan bergerak, ringan, dan nyaman walaupun pengerjaannya rumit dan teliti,” ujarnya yang bergabung di rumah mode Vuitton sejak 2013 ini.
Bentuk dobrakan lagi terasa lewat pemilihan tempat, yakni museum yang memuat karya Monet, Manet, hingga Edgar Degas ini. Museum yang merupakan bekas stasiun di pinggir Sungai Seine ini baru kali ini menjadi lokasi peragaan busana. Tempat ini merupakan tempat favorit Ghesquiere dan juga tempat yang dikagumi Louis Vuitton pada masanya, ketika disebut sebagai Palais d’Orsay.
Dalam tampilannya kali ini, koleksi Vuitton benar-benar terasa lebih ringan. Sejumlah besar asimetris sepanjang lutut bermotif dengan ragam warna yang dipadukan secara dinamis. Ada yang kasual dengan kaos lengan panjang berkerah tinggi, ada yang dikombinasikan dengan kemeja putih dan dasi lalu ditumpuk coat atau outer rajut oversized. Ada pula yang dipasangkan dengan jaket kulit.
Tampilan androgini yang dapat diimplementasikan untuk ke kantor atau acara semi formal pun menjadi pilihan Ghesquiere. Kemeja dengan dasi dipadukan celana palazzo atau celana yang gombrang berbahan sutra dengan ragam motif dan ditambah jaket sebagai luarannya. Ini semua dapat dikenakan dengan berbagai cara padu padan.
Ada juga gaun sederhana dan mille-feuille dalam sifon. Selain itu, Ghesquiere menyulam foto dari fotografer David Sims di atas atasan berbahan katun jaquard yang mengingatkan anak-anak untuk menggantungkan poster di kamar tidur. ”Semuanya tentang kebebasan,” ujar Ghesquiere.
Warna-warni
Pada pertunjukan hari terakhir yang dibuka rumah mode Chanel, semangat ini juga tersampaikan. Namun, penekanannya lebih pada warna merah muda cerah, coklat, dan hijau pupus yang mendominasi seluruh tampilan berbahan tweed yang disuguhkan di Grand Palais Phemere, Paris.
Selain semangat muda, Virginie Viard juga terinspirasi dari suasana liburan yang dijalani Gabrielle Chanel pada pertengahan 1920-an bersama Duke of Westminster, merupakan lokasi kedua orang Skotlandia yang terlibat kerap bersama.
Pemilihan nama River Tweed pada koleksi ini juga terilhami dari situ. Warna pink dan hijau menjadi representasi bunga dan tanaman hijau yang ditemukan di sekitaran Sungai Tweed yang berada di Skotlandia. Jaket berburu multi saku, mantel, hingga jaket oversized dimunculkan pada koleksi kali ini.
Namun, gaun yang manis hingga pendek tweed juga tak ketinggalan celana memamerkan 71 tampilan yang dihadirkan. Tak hanya mengambil inspirasi dari pendiri rumah mode ternama ini, Viard juga mengambil kekhasan Karl Lagerfed sebagai referensi pada kali ini. Namun, Viar mengombinasikan dengan cirinya, yaitu akrab dengan warna yang ceria sebagai koleksi Chanel dapat sesuai dengan para perempuan muda yang menyukai sesuatu yang ringan dan nyaman.
Sementara itu, perancang asal Lebanon, Elie Saab, yang menggelar peragaan busana di Palais de Tokyo, Paris, masih memaknai pandemi di Perancis. Semangat yang ingin disampaikannya masih terkait dengan pandemi berkaca pada kondisi negara asalnya yang mengalami krisis keuangan dan kini justru pecah perang di Eropa.
”Kita sudah dua tahun menderita. Sudah waktunya untuk kembali,” ungkap Saab kepada Vogue. Total ada 68 tampilan yang ditawarkan kali ini serasa menjadi rekapitulasi dari karya hits-nya bertahun-tahun ini. Dari gaun malam glamor yang kerap menjadi pilihan para artis Hollywood ketika menghadiri acara penghargaan penghargaan atau premiere film. Hingga tampilan kasual yang belum lama ini dijajal Saab dengan menampilkan jaket bomber berpayet.
Ada pula hoodie berwarna hijau dengan bawahan celana lebar menjuntai. ”Ini tentang wanita yang kuat, karakter yang kuat, sedikit rock ’n’ roll,” katanya.
Ya, tua atau muda hanya menampilkan hitungan angka. Sementara berbicara semangat dan pemikiran, tak ada batas usia.