Roman Kebebasan dari Paris
Pekan Mode Paris untuk musim gugur dan musim dingin 2022-2023 tengah berlangsung sejak 28 Februari-8 Maret 2022.
Di tengah suramnya perang yang berkecamuk antara Ukraina-Rusia, panggung mode masih menyalakan lampu sorotnya untuk menyuarakan arti kemerdekaan dan kedaulatan. Gagasan perdamaian pun selalu relevan untuk diutarakan. Dengan sesama manusia juga dengan alam sekitarnya, tanpa setitik nafsu kekuasaan.
Sesuai jadwal, Pekan Mode Paris untuk musim gugur dan musim dingin 2022-2023 tengah berlangsung sejak 28 Februari-8 Maret 2022. Sekitar empat hari sebelum ajang tahunan ini digelar, Rusia diketahui memulai invasinya terhadap Ukraina yang memakan korban para warga sipil. Hal ini menggerakkan banyak pihak untuk bersuara.
“Dengan kondisi yang terjadi, Federation de la Haute Couture et de la Mode meminta segenap pihak yang ikut serta terlibat dan turut menyaksikan berbagai pertunjukan di sini dengan menaruh penghormatan terhadap sesama di Ukraina. Sekaligus menjadi momen refleksi di hari-hari yang suram ini,” ujar Presiden Federation de la Haute Couture et de la Mode, Ralph Toledano dalam rilis yang diunggahnya pada Senin (28/2/2022).
Meski sekejap terasa panggung mode dekat dengan hingar bingar dan dunia gemerlap, kelahiran mode pada awalnya merupakan dobrakan untuk memperjuangkan kebebasan. Spirit ini terus diusung dalam tiap era yang bergulir. Kreasi dari para desainer masa kini, termasuk yang tampil kembali pada Pekan Mode Paris ini, pun sarat dengan pesan kebebasan untuk kedaulatan dan perdamaian.
Di titik ini, rumah mode Dior di bawah arahan Maria Grazia Chiuri mencuri perhatian lagi. Kali ini tanpa perlu riuh warna. Bertempat di Jardin des Tuilleries, Paris, Prancis, Dior yang dijadwalkan menyuguhkan karyanya pada hari kedua, Selasa (1/3/2022), memilih warna-warna monokrom dan earth-tone yang lembut.
Dengan menggandeng seniman Mariella Bettineschi, Chiuri menyandingkan 83 tampilan dalam koleksinya kali ini dengan koleksi lukisan Bettineschi yang bertajuk The Next Era. “The Next Era ini adalah yang bebas dari misogini. Ini bentuk kolaborasi berkelanjutan dengan artis wanita sosio-politik feminin dan memberikan langkah simbolis lain ke arah yang benar,” ungkap Chiuri.
Terlihat dari beragam tampilan yang ditawarkannya pada siang hari itu. Bar Jacket yang menjadi produk khas Dior jelas muncul lagi dalam koleksi kali ini. Namun Chiuri memodifikasinya dengan sistem yang mampu mengatur kelembaban tubuh, bahkan menghangatkan tubuh. Sistem ini dikembangkannya di laboratorium D-Air lab.
Detil see-through atau menerawang yang sedang menjadi tren jelas tak ketinggalan. Detil korset yang diletakkan bertumpuk di luar bagian utama juga disisipkan pada koleksi ini sebagai bentuk kebebasan ekspresi bagi para perempuan dan meruntuhkan stigma pakem berpakaian bagi perempuan.
Di sisi lain, Chiuri tetap juga bermain dengan detil bordir, payet, dan renda sebagai pemanis dari busana besutannya. Bahkan beberapa siluet terasa terinspirasi dari kebaya encim yang dimodifikasi dengan kerah yang identik pada blus perempuan. Sebagian motif yang dibordir pada sejumlah gaun juga terasa mirip dengan motif batik.
Tanah Air
Namun berbicara tentang Indonesia, Dior memang beberapa kali mengangkat wastra Indonesia di panggung dunia. Walakin selain Dior, desainer Indonesia Sheila Agatha lewat lini modenya Sean & Sheila yang dikerjakan bersama suaminya Sean Loh kembali masuk ke Pekan Mode Paris lewat L’Adresse Paris Agency.
Keterlibatan Sean & Sheila di showroom Pekan Mode Paris ini bukan yang pertama kali. “Dari 2017 sampai 2020 itu udah masuk ke showroom. Hanya setelah itu karena pandemi, kami enggak ikut. Lalu muncul dari L’Adresse ini dan kami kembali ikut ke Paris Fashion Week,” ungkap Sheila ketika dihubungi.
Showroom sendiri berbeda memang dengan pagelaran utama di atas landas peraga yang dapat disaksikan secara virtual juga kini. Di sini, desainer atau rumah mode langsung melayani para pelanggan dengan memperlihatkan koleksinya secara langsung. Untuk itu, salah satu kriteria yang harus dipenuhi untuk bisa masuk ke showroom adalah kualitas, rekam jejak, dan stok milik desainer atau jenama itu sudah ada di toko mana saja secara global. Showroom ini juga dimaksudkan bagi para desainer muda yang tengah berkembang.
Kali ini, Sheila menawarkan koleksi baru yang terinspirasi dari film Annihilation. Film dengan genre sci-fi ini mengilhami Sheila untuk membesut 23 tampilan yang identik dengan sisi maskulin dan dekonstruktif. Untuk koleksi kali ini, Sheila dan Sean mulai membuat dari Januari 2022. Siluet dalam koleksi ini juga melanjutkan siluet yang pernah ditampilkan pada koleksi musim sebelumnya.
“Banyak siluet cut-out. Jadi, depannya tertutup, tapi bagian belakangnya expose. Lalu bagian lengannya juga agak bulat atau gelembung tapi ada exposenya di bagian lengan itu,” ujar Sheila.
Pemilihan warna pun sengaja dipilih warna monokrom juga earth-tone yang menjadi kekhasan jenama mereka. Di sisi lain, warna lembut ini nyatanya juga sarat dengan nilai kebebasan yang diusung oleh Sheila dan Sean dalam berkarya dan menyampaikan pesan lewat berbagai koleksinya yang menyentuh pasar global.
Membaur dengan Seni
Seni memang pada akhirnya memberikan inspirasi bagi para desainer untuk berkarya. Anthony Vaccarelo yang merupakan Direktur Kreatif dari jenama Yves Saint Laurent pun mengambil ilham dari penyair abad ke-20 Nancy Cunard yang menyukai perhiasan chunky dan siluet maskulin. Anting huggie yang membungkus telinga dan gelang besar dipadukan dengan 55 tampilan yang ditawarkan Vaccarello pada koleksi kali ini.
Berlatar menara Eiffel yang menyala di waktu malam, Vaccarello menampilkan ragam pakaian yang didominasi warna hitam. Meski silih berganti busana warna hitam dengan siluet yang semuanya nyaris tertutup berlalulalang, sama sekali tak terlihat membosankan atau memberikan kesan berkabung.
Hitam yang ditampilkan Vaccarello justru memperkuat asal muasal Saint Laurent yang identik dengan busana rapi dan terstruktur. Ya, Saint Laurent menggelorakan makna kebebasan bukan dengan pemberontakan lewat gaun mini, rok berbelahan tinggi, hingga atasan yang membiarkan payudara sedikit terlihat. Saint Laurent selalu setia pada setelan, gaun panjang, hingga tuksedo yang nyatanya nyaman dan anggun digunakan perempuan.
Vaccarelo pun menghidupkannya kembali dengan caranya tanpa hilang pedoman. Gaun dan setelan ketat dipadukannya dengan mantel bulu atau jaket bomber yang memperlihatkan sedikit bagian atas dada tanpa berlebihan mengumbar. Tatanan rambut rapi dan sleek dengan belahan samping dipadu dengan aksesoris minimalis, dan perhiasan chunky bersanding dengan Eiffel yang bersinar melekatkan lagi keanggunan Paris sebagai kota mode.
“Ada sudut pandang berbeda, seksi tidak harus terbuka. Tidak perlu juga perhiasan yang meriah atau sepatu tinggi yang menyakitkan. Cukup menjadi simpel, kamu bisa terlihat seksi dengan dirimu,” ujar Vaccarello.
Sekali lagi di tengah perang, Pekan Mode Paris menyuarakan makna kebebasannya dengan sudut pandang yang beragam dan mampu berdamai tanpa menyakiti. Bahkan masa lalu dapat menjadi kawan untuk menggapai masa depan tanpa perlu berperang.