Di tengah pandemi yang berlangsung sejak awal 2020 di Indonesia, industri mode dan seni ini mengalami dampak yang tidak mudah. Bertahan dan bangkit menjadi satu-satunya pilihan. Sinergi untuk kuat berjalan.
Oleh
RIANA AFIFAH
·4 menit baca
Dunia mode dan seni merupakan dua hal yang sukar dilepaskan. Di tengah pandemi yang berlangsung sejak awal 2020 di Indonesia, dua industri ini mengalami dampak yang tidak mudah. Bertahan dan bangkit menjadi satu-satunya pilihan. Sinergi untuk lebih kuat merupakan jalannya. Dengan hujan warna, semangat ingin ditularkan.
Melalui ajang tahunan Jakarta Fashion Trend yang diselenggarakan Indonesian Fashion Chamber (IFC) pada Rabu (9/2/2022), kekuatan kerja sama dunia mode dan seni hadir. Semula acara ini direncanakan untuk dapat langsung disaksikan dari venue pertunjukan yang berada di Soehana Hall, Jakarta. Namun meningkatnya penularan varian Omicron di Ibu Kota, membuat berubah skema penyelenggaraan menjadi hibrida.
Bagi tamu yang memilih tak hadir, disediakan tayangan lewat Youtube dan Instagram. Bagi yang berkesempatan datang, diwajibkan menjalani tes usap terlebih dahulu. Sementara pergelaran busananya tetap dilakukan di atas landas peraga dengan para model melenggang di atasnya seperti sediakala.
Sejalan dengan tema ”FashionArt” yang diusung, IFC kali ini bersama Institut Kesenian Jakarta memadukan peragaan busana dengan tari kontemporer dan rupa gambar multimedia. ”Ini bentuk bahwa kita perlu bergerak bersama. Lewat ini, kami juga ingin memperlihatkan perkembangan budaya urban baik seni rupa, tari, hingga fashion kepada publik,” ungkap Ketua IFC Jakarta Chapter, Hannie Hananto, saat jumpa pers, Rabu.
Dari 50 penampil yang dijadwalkan, 14 desainer yang tergabung dalam IFC menggabungkan presentasi busananya dengan karya dari mahasiswa Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) IKJ. Sementara gelaran pembuka dan penutupnya, para desainer berkolaborasi dengan mahasiswa Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan IKJ.
Salah satunya terlihat ketika Hannie Hananto menampilkan koleksinya. Animasi menggemaskan seperti yang bisa dijumpai di kartun anak-anak menggambarkan tampilan kota dengan warna langit biru lalu bangunan hotel, restoran, rumah sakit dengan warna merah, kuning, putih berderet melatari peragaan busana yang menampilkan sebanyak 9 looks dari koleksi kali ini.
Animasi tersebut menguatkan tema yang diangkat Hannie, yakni ”Seni Abstrak”. Motif printing geometri dan garis dipilihnya berpadu dengan ciri khasnya warna hitam putih dituangkan dalam tampilan gamis panjang asimetris, maxi shirt, boxy top dengan celana lebar, hingga coat panjang.
”Inspirasi muncul sebenarnya dari keriweuhan sehari-hari, suasana dalam hidup yang tidak pasti. Karena itu, ada unsur garis, bentuk dan warna yang dibikin abstrak,” ungkap Hannie yang menjadi penampil pertama pada pertunjukan kesatu yang digelar siang.
Ya, event kali ini dibagi menjadi lima pertunjukan dari siang hingga malam. Tiap pertunjukannya terdapat 10 desainer yang menyuguhkan koleksinya. Adapun koleksi busana yang diperagakan dalam ini beragam.
Mulai dari busana etnik kontemporer, classy elegant, sporty casual,modest wear dan busana muslim syari dengan mengangkat konten lokal dan mengacu pada tren global, termasuk isu sustainable dan ethical fashion yang tengah menjadi perhatian dunia. Meski jenis aliran busana beragam, permainan warna ditonjolkan sebagian desainer.
Warna
Tak hanya Hannie yang menampilkan motif warna-warni. Desainer Ichwan Thoha juga menghadirkan motif dan warna-warni lewat koleksinya yang ditujukan untuk para pria. Motif yang dilukis oleh pelukis muda, Aqil yang memiliki kondisi disleksia ini terpatri pada enam tampilan yang didominasi luaran, kemeja yang dipadukan dengan celana panjang dan celana pendek hitam, juga setelan motif.
Selain motif yang ceria, warna yang dipilihnya pun tak kalah menyenangkan yakni seperti kuning, oranye, merah, hijau neon, ungu, dan turquoise.
Begitu pula dengan desainer Lenny Agustin. Khasnya yang selalu playful dan berwarna dengan keahliannya membesut kebaya dikombinasikan menjadi busana kekinian. Dari tampilan yang dihadirkan, atasannya memiliki siluet kebaya encim dan kebaya kutu baru yang dibuat berbahan tweed dengan warna pink muda, hitam, dan abu-abu dipasangkan dengan rok motif bunga camelia di atas lutut berpias mengembang.
Ada pula kebaya kutu baru yang dibuat dengan kain motif bunga camelia dipadukan rok span polos berwarna kuning lembut. Lenny mengakui terinspirasi dari karya milik desainer Coco Chanel sehingga memilih tweed sebagai bahan dasar atasan kebayanya.
Sementara itu, desainer Andriana Okta bersama Rolla Batik menghadirkan besutannya dalam batik jember yang berwarna warni. Enam tampilan yang ditawarkannya berupa setelan atasan dan bawahan. Ada yang dibuat menjadi jumpsuit dengan batik jember berwarna dasar fuschia.
Ada pula tunik panjang raglan dengan lengan berwarna kuning neon dipadu celana lebar berwarna oranye bergaris batik di sisi kanan kirinya. Kemudian, setelan yang ditambahkan rompi crop sebagai detail. Ada juga atasan batik paduan merah biru dengan bawahan celana gelembung batik dengan gabungan beberapa motif.
Warna-warna yang dihadirkan seperti gambaran kehidupan yang kini tengah dijalani dalam pasang surut pandemi. Tak melulu semuanya hitam putih. Seperti dunia mode dan seni yang menyatukan kekuatan lewat warnanya.