Muslim Fashion Festival (MuFFest) 2020 kembali digelar, berlangsung hari ini hingga Minggu (23/1) mendatang. Melalui ajang seperti ini Indonesia diharapkan menjadi barometer mode Muslim dunia.
Oleh
Riana A Ibrahim
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Geliat fashion (mode) Muslim di Indonesia terus mendapatkan tempat. Terbukti, perhelatan Muslim Fashion Festival (MuFFest) yang diselenggarakan PT Dyandra Promosindo berlanjut hingga menginjak tahun ke-5 pada 2020 ini, dan menggaet sekitar 800 eksibitor atau dua kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.
Event busana yang diselenggarakan di Jakarta Convention Centre ini dibuka pada Kamis (20/2/2020) oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki. Selanjutnya, kegiatan yang juga menghadirkan pertunjukan untuk memamerkan karya busana dari 100 desainer ini, akan berlangsung hingga 23 Februari 2020.
Sejumlah desainer ternama turut terlibat, seperti Ria Miranda, Barli Asmara, Hannie Hananto, Ivan Gunawan, dan Itang Yunasz.
Dalam pembukaannya, hadirin disuguhi tarian berjudul ”Tambuah Ciek” dari Sumatera Barat serta parade dari delapan desainer. Sebagian desainer yang menampilkan karya pada parade ini pernah menjadi juara dari ajang Modest Young Design Competition (MYDC) yang dilaksanakan pada penyelenggaraan MuFFest tahun-tahun sebelumnya.
Di antara para desainer ini, ada nama Olivia Susanto yang pernah meraih pemenang ketiga MYDC 2018 dengan karya busana Muslim yang berbeda, karena menciptakan fungsi hoodie pada outer atau pada tunik rancangannya sebagai pengganti kerudung. Ada pula Anggiasari yang menyulap potongan bahan denim yang sebagian merupakan sisa bekas pakai menjadi busana Muslim aneka rupa, dari celana bermodel wideleg pants, tunik, kemeja, hingga gamis.
Adapun, Ayu Dyah dan Cut Eriva menambahkan aksesori topi lebar dipadu dengan jilbab dalam tiap rancangan yang ditampilkan. Kemudian, Ray Anjas dan Aji Suropati menampilkan busana Muslim khusus pria yang tidak terbatas pada baju koko semata, tapi kemeja dengan luaran jaket dengan warna yang variatif, seperti hijau dan merah.
Sementara itu, Aninda Nazmi dan Lania Rakhmawati memilih bermain warna dalam karyanya. Namun, ada satu benang merah dalam tiap karya yang ditampilkan, yaitu mengusung karya sustainable fashion sesuai dengan tema yang diusung MuFFest 2020 kali ini.
Seusai menyaksikan parade busana dari delapan desainer muda di panggung utama yang berada di Cendrawasih Room, Teten pun mengapresiasi lewat sambutannya. Dengan karya-karya yang segar dan terus berinovasi, Teten tak ragu Indonesia dapat menjadi kiblat dari dunia modeMuslim di dunia.
”Indonesia mampu menjadi barometer fashion Muslim di dunia. Karena itu, dukungan terhadap karya-karya yang berkualitas dan ramah lingkungan tidak akan berhenti. Pasarnya sangat potensial saat ini sehingga peluang ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya,” ujar Teten.
National Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma juga sepakat fashion Muslim di Indonesia cukup berkembang pesat. Hanya saja, belum banyak desainer yang fokus menekuninya sehingga perlu terus dipacu semangatnya agar memantik semangat yang lain untuk berkarya, khususnya di bidang fashion Muslim ini.
Di sisi lain, pemilihan tema yang diambil dalam perhelatan tahun ini juga untuk mengingatkan agar industri fashion tetap harus mengedepankan keselamatan lingkungan. ”Industri fashion sangat bertanggung jawab atas pencemaran lingkungan karena limbah yang dihasilkan. Melalui MuFFest, kita akan melakukan hal kecil dan bermakna dengan memproduksi produk ramah lingkungan tanpa banyak membuang bahan,” ungkap Ali.
Selain pergelaran busana, MuFFest tahun ini juga mampu menjaring sekitar 800 eksibitor yang didominasi pelaku UKM. Dari PT Dyandra Promosindo, jumlah ini disebut lebih banyak dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Ada juga talkshow dan seminar yang digelar selama empat hari ke depan. Salah satunya menghadirkan influencer asal New York, Summer Albarcha.