Kekayaan Asia, terutama Indonesia, dalam bentuk literasi banyak yang tidak kita miliki lagi. Literasi itu justru ditampung dengan aman dan terawat di Belanda, persisnya di Universitas Leiden. Pada awal Desember 2017 hingga 5 Januari 2018, Universitas Leiden menggelar pameran bertajuk ”Treasures of the Asian Library at Leiden University” di Erasmus Huis. Ini sejenis iming-iming kekayaan Indonesia.
”Ini bagian dari acara Leiden Asia Year di Belanda. Acara puncaknya sudah akhir tahun lalu di Leiden,” kata Baudiman, salah seorang panitia pameran.
Pameran berupa 19 panel dipasang di lantai 1 dan 2. Panel-penel itu berupa kanvas setinggi 2 meter-an yang berisi foto-foto tentang dokumentasi Asia. Direktur sekaligus pustakawan pada Perpustakaan Universitas Leiden, Kurt De Belder, dalam pengantar katalog pameran, mengatakan, foto-foto yang dipamerkan ini merupakan dokumen pilihan dari sekian juta dokumen.
Di lantai 1 terpajang, antara lain, karya Marius Bauer (1876-1932), salah satu seniman orientalis asli Belanda yang paling terkenal. Karya itu berupa gambar (drawing) yang berisi detail pementasan wayang. Tampak seorang dalang memainkan wayang diiringi pengrawit, termasuk sinden. Di dalam keterangan gambar disebutkan bahwa karya itu dibikin on the spot. Tidak disebutkan tahun karya itu dibuat, tetapi ini menjadi dokumentasi penting untuk melihat perkembangan seni tradisi. Betapa waktu itu wayang mendapat tempat dan apresiasi yang layak dan tentu saja menonjol sehingga Marius perlu mengabadikannya dalam karya.
Karya itu menjadi salah satu bagian dalam seri ”Music and Dance in Indonesia”. Di samping karya Marius tadi, dipamerkan juga foto yang menggambarkan dua musisi Bali memainkan gendang. Foto yang tidak diketahui fotografernya ini dibuat pada 1930. Foto ini mengirim pesan bahwa gendang menjadi salah satu alat musik vital selain gamelan dalam mengiringi ritual atau tarian tradisi.
Dokumen pembanding
Yang tentu saja menarik, pada 1910 sudah ada dokumen spasial Jakarta. Betapa pada tahun itu sudah terpikir membuat peta yang mirip foto udara untuk melihat lebih jelas kondisi Jakarta. Peta itu diberi tajuk ”Plan of Batavia and Weltrevreden”. Dari gambar ini bisa kita bandingkan perkembangan dan pertumbuhan kepadatan Jakarta dari tahun 1910 sampai sekarang. Betapa perencanaan Belanda di tahun itu melenceng jauh dari kenyataan sekarang.
Peta itu dilengkapi dengan ilustrasi Pasar Baru di zaman kolonial. Disebutkan Pasar Baru sebagai pusat perbelanjaan penting di era itu. Sepeda, becak, dan mobil lalu lalang bercampur baur dengan manusia-manusia yang berdagang ataupun belanja. Itu bersanding dengan sebuah foto yang menjelaskan tentang arsitektur Pasar Baru pada 1885. Arsitektur Pasar Baru bergaya campuran Eropa dan China, tetapi sebagian besar berarsitektur China. Jejak-jejak itu masih terlihat sampai sekarang meskipun sebagian besar terkubur oleh ruko.
Menyinggung tentang Asia, terutama Indonesia, tentu tak bisa mengabaikan perkembangan literasi dalam bentuk aksara dan gambar. Kita mengenal aksara Jawa, Batak, sampai Arab. Tipikal buku-buku di Malaysia dan Jawa selalu diberi frame yang ornamental. Bentuknya sangat dekoratif. Ini misalnya bisa dilihat dari beberapa cetakan Al Quran. Bahkan, beberapa buku yang ditulis dalam huruf Arab pun demikian perwajahannya. Pameran ini menampilkan beberapa contoh seperti Syair Ken Tambuhan yang tidak diketahui tahun dan tanggalnya, tetapi digandakan pada awal abad ke-19. Juga ada naskah Hikayat Angkawijaya yang bercerita tentang Lurah Semar atau Sangyang Lila dan tuannya, Raden Panji Wirang.
Menyimak foto-foto dari dokumen-dokumen ini mengajak pengunjung untuk merenung tentang masa lalu yang menjadi fondasi masa kini. ”Kebetulan saya suka sejarah dan ini pameran menarik meskipun hanya fotonya,” kata Yusephalandi (55), guru yang datang dari Bandung untuk melihat pameran tersebut.
Melihat fotonya saja sudah demikian menarik, terbayang menyaksikan benda-benda aslinya. Sayangnya, benda-benda penting itu ada di negeri Belanda sana. Anggaplah pameran ini sebagai iming-iming kekayaan Asia, terutama Indonesia.