logo Kompas.id
TajaMendagri Pimpin Ministerial...

Mendagri Pimpin Ministerial Meeting pada World Water Forum ke-10

Mendagri Tito Karnavian mengatakan tata kelola air membutuhkan kepemimpinan kuat dari para pengambil kebijakan. Air bersifat politis.

Kemendagri
Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan Kemendagri.
· 2 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/qn-I_2TL8Xz8QokusAVOwuMh0BM=/1024x576/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2024%2F05%2F210524-TAJA-Kemendagri-WWF.jpeg
DOK PUSPEN KEMENDAGRI

Mendagri Tito Karnavian (tengah) memimpin pertemuan tingkat menteri dalam salah satu sesi World Water Forum ke-10.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian memimpin ministerial meeting yang merupakan salah satu sesi dalam World Water Forum (WWF) ke-10. Forum ini dihadiri delegasi dari berbagai negara yang berkumpul untuk membahas tantangan dan solusi terkait pengelolaan air.

Sebagaimana diketahui, WWF ke-10 digelar di Bali pada 18-25 Mei 2024. Presiden Joko Widoso membuka rangkaian kegiatan WWF ini pada Senin (20/5/2024) di Bali International Convention Center, Nusa Dua. WWF ke-10 mengangkat tema "Water for Shared Properity" atau "Air untuk Kesejahteraan Bersama".

Sebagai pemimpim pertemuan tingkat menteri, Tito mengawali agenda ini dengan menekankan pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Ia didampingi oleh Co-Chair Ben Braga, Presiden World Water Council (WWC) sebelumnya. Sementara Presiden WWC Loïc Fauchon memberi pengantar pada pertemuan ini.

"Pentingnya akses terhadap air minum yang bersih dan aman sebagai hak asasi manusia dan landasan kesehatan serta kesejahteraan masyarakat," kata Tito.

Ia menyatakan bahwa air berada di garis depan tantangan global saat ini dan masa depan, dengan kombinasi pertumbuhan populasi, polusi, dan kenaikan suhu yang menyebabkan kelangkaan air di banyak tempat di dunia.

Mendagri juga menyoroti dampak perubahan iklim yang meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir, yang membahayakan jutaan orang tanpa pengelolaan air yang berkelanjutan. "Masalah air tidak hanya menjadi perhatian profesional dan akademis, tetapi juga membutuhkan kepemimpinan kuat dari para pengambil kebijakan. Air bersifat politis," ujarnya.

Mendagri mengajak para delegasi untuk menjadikan WWF ke-10 sebagai mercusuar yang memandu jalan menuju kerja sama yang inklusif, berdampak, dan saling menguntungkan untuk melindungi generasi mendatang.

Sesi pertemuan tingkat menteri pada hari pertama, Senin (20/5), diisi dengan serangkaian pernyataan dari berbagai negara peserta, yang disampaikan delegasi Kenya, Tanzania, Namibia, Arab Saudi, China, Finlandia, Brunei Darussalam, Albania, Singapura, Irak, Spanyol, Sri Lanka, Mesir, Aljazair, Hongaria, Turkiye, Polandia, dan Iran. Masing-masing delegasi memberikan pandangannya terkait tantangan dan solusi pengelolaan air di negara masing-masing.

Selain itu, perwakilan dari organisasi internasional, yaitu UNESCO,  UNDRR, dan UNDP, juga mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangan mengenai isu air di dunia.

Selanjutnya sesi kedua yang digelar Selasa (21/5), delegasi negara lainnya dijadwalkan menyampaikan country statament bersama dengan berbagai organisasi internasional yang telah haditr pada WWF ke-10 ini.

Forum ini akan menghasilkan Ministerial Declaration sebagai output utama yang disertai dengan concrete deliverables (projects, initiatives, joint actions). Dalam proses penyusunan Ministerial Declaration tersebut, Indonesia menyampaikan 3 usulan, yaitu pendirian Centre of Excellence on Water and Climate Resilience (COE), pengarusutamaan Integrated Water Resources Management (IWRM) on Small Islands, dan penetapan World Lake Day.

Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000