logo Kompas.id
TajaMemaknai Rasa dalam Indonesian...

Memaknai Rasa dalam Indonesian Dance Festival Edisi Ulang Tahun ke-30

Indonesian Dance Festival, festival tari tertua di Asia Tenggara, kembali diadakan pada 22-28 Oktober 2022. Festival ini mengajak audiens memaknai rasa dalam bentuk-bentuk baru melalui pertemuan, dialog, dan narasi.

Indonesian Dance Festival
Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan Indonesian Dance Festival.
· 5 menit baca
Indonesian Dance Festival
Kompas

“TALE TALE” - Sherli Novalinda (Padang Panjang), salah satu karya yang akan ditampilkan dalam Pertunjukan Malam di IDF 2022.

Pembicaraan seputar rasa biasanya berkutat di ranah emosional dan abstrak. Indonesian Dance Festival (IDF) mengajak audiens melihat bentuk dan konteks rasa dari beragam budaya dalam gelaran festivalnya pada 22-28 Oktober 2022 di Taman Ismail Marzuki dan Komunitas Salihara Arts Center.

Selama 7 hari, audiens diajak menonton 13 pertunjukan tari, berpartisipasi dalam 8 sesi workshop, serta berdialog dalam 4 sesi Bincang Tari.

Seminggu sebelum festival digelar, dialog seputar rasa telah digelar. Kurator Linda Mayasari memoderatori sesi Bincang Tari daring bersama penulis Ayu Utami, peneliti Heru Joni Putra, sutradara teater Sankar Venkateswaran, juga Direktur IDF, Ratri Anindyajati.

Dalam dialog daring bertajuk Introducing RASA: Beyond Bodies yang dapat disaksikan lewat Youtube ini, mereka mendiskusikan rasa dari berbagai perspektif budaya, termasuk Jawa, Minang, dan India. Sebagian pembaca mungkin sudah familier dengan konsep Antologi Rasa yang dipublikasikan oleh Ayu Utami dalam salah satu bukunya. Ayu, Heru Joni, juga Sankar adalah beberapa tokoh seni budaya yang dilibatkan dalam proses brainstorm narasi kuratorial RASA: Beyond Bodies.

Linda Mayasari, House Curator IDF 2022, mengatakan, “Kami telah melewati proses panjang dan melibatkan beberapa ahli dalam menggodok tema festival yang kemudian memandu kerangka program festival, untuk memastikan inklusivitas dan keberagaman perspektif dalam kerja kuratorial. Kami berharap program-program yang dihadirkan IDF dapat melahirkan 'rasa-rasa baru' dari pertemuan, dialog, dan pertukaran yang terjadi selama festival.”

Linda yang tinggal dan bekerja di Yogyakarta berkolaborasi bersama empat kurator independen, yaitu Arco Renz (Belgia/Jerman), Hartati (Jakarta), Nia Agustina (Yogyakarta), dan River Lin (Taiwan/Perancis), dengan Sal Murgiyanto (salah satu pendiri IDF yang kini berperan sebagai penasihat kuratorial).

Indonesian Dance Festival
Kompas

“No.60” - Pichet Klunchun (Thailand), yang akan ditampilkan dalam Pertunjukan Malam di Malam Penutupan IDF 2022.

Beberapa seniman yang akan menampilkan karya mereka dalam program Pertunjukan Malam IDF 2022 adalah Hari Ghulur (Surabaya/Madura), Angela Goh (Australia), Pichet Klunchun Dance Company (Thailand), dan Mella Jaarsma (Yogyakarta/Belanda).

Dalam pertunjukan Kampana, 6 seniman yang telah berproses kreatif bersama tim kurator IDF sejak Mei lalu akan menampilkan karya mereka, termasuk M Safrizal (DekJall, Aceh Besar), Eka Wahyuni (Berau/Yogyakarta), dan Jared Luna (Filipina).

Untuk memperlengkapi praktisi dan pencinta tari dengan kemampuan yang relevan, 8 kelas workshop dihadirkan. Beberapa di antaranya adalah pelatihan teknik bernapas untuk penari bersama Arco Renz (koreografer dan dramaturg dari Belgia/Jerman), sistem kontrol otot melalui Pilates bersama Ajeng Soelaeman (penari dan pengajar Stott Pilates asal Jakarta), juga olah tubuh bersama Siko Setyanto (penari dan koreografer yang tinggal di Jakarta).

Seri Bincang Tari terbuka untuk publik dan dirancang untuk memberikan wawasan seputar praktik dan industri tari kontemporer. Dalam kolaborasi dengan Goethe-Institut Indonesian, kurator IDF Nia Agustina akan bergabung dengan Mandeep Raikhy (India) dari proyek Invisible Dance, Arsita Iswardhani (Teater Garasi), dan Katarina Kucher (Jerman, ko-direktur Internationale Tanzmesse NRW 2021) untuk membahas platform laboratorium seni. Sedangkan dalam kerja sama dengan ROH, akan diadakan diskusi dengan seniman Mella Jaarsma seputar riset artistik dalam praktik seniman.

Untuk mengajak audiens mengenal sejarah tiga dekade IDF, Linda Mayasari berkolaborasi dengan Ikesh Olopolo dan Dhita Saptodewo sebagai ko-kurator dan koordinator pameran arsip dalam pameran arsip Vasana Tari bertajuk Hantu Koreografi: Membaca Tubuh Tari, Identitas, Ruang di Sepanjang Perjalanan 30 Tahun IDF yang dapat dikunjungi setiap hari di Taman Ismail Marzuki sepanjang periode festival.

Pameran ini menawarkan sudut pandang untuk membaca peran IDF tidak hanya sebagai pendukung produksi karya tari, tetapi juga situs wacana untuk membaca sebagian sejarah tari Indonesia.

Dua tokoh tari Indonesia, Marzuki Hasan dan almarhum Nurdin Daud, dianugerahi Lifetime Achievement Award atas kontribusi mereka merevolusi tari tradisional Aceh dan menampilkannya di berbagai belahan dunia selama lebih dari 50 tahun, termasuk American Dance Festival 1984.

Seremoni Lifetime Achievement Award akan diadakan pada Malam Pembukaan IDF 2022, disimbolkan dengan penyerahan piala yang dibuat khusus oleh seniman patung Dolorosa Sinaga.

Indonesian Dance Festival
Kompas

(kiri-kanan) Nungki Kusumastuti, Melina Surya Dewi, dan Maria Darmaningsih, tiga dari pendiri IDF yang kini berperan sebagai Komite Pengarah.

Tahun 2022 menandai edisi ke-16 IDF, yang pertama kali diadakan pada 1992 oleh Maria Darmaningsih, Melina Surya Dewi, Nungki Kusumastuti, Sal Murgiyanto, serta beberapa tokoh tari lainnya yang memiliki kerinduan untuk menghadirkan sebuah platform tumbuh kembang bagi koreografer muda Indonesia. Konsistensi IDF menjadikannya tidak hanya festival tari terlanggeng di Asia Tenggara, tetapi juga sebuah ajang yang ditunggu-tunggu oleh komunitas tari internasional sebagai jendela untuk memahami perkembangan seni tari kontemporer di Indonesia dan Asia.

Momen peringatan 30 tahun IDF ditandai dengan proses regenerasi dalam tim kerja IDF. Tiga dari pendiri IDF, yaitu Maria Darmaningsih, Melina Surya Dewi, dan Nungki Kusumastuti, kini berperan dalam Komite Pengarah. Tim kerja festival dipimpin oleh Ratri Anindyajati, yang pada edisi 2020 menjabat Manajer Program, dan kini memegang posisi Direktur. Sebagian besar tim kerja festival direkrut melalui panggilan terbuka dan beranggotakan pekerja kreatif dari berbagai latar belakang yang disatukan aspirasi berkecimpung dalam manajemen seni.

Indonesian Dance Festival
Kompas

Director IDF 2022 Ratri Anindyajati.

Direktur IDF Ratri Anindyajati menyampaikan, “Edisi festival tahun 2022 ini merupakan sebuah apresiasi untuk para pendiri festival yang sudah 30 tahun menjalankan misi IDF sebagai platform berkarya, bertumbuh, dan tampil untuk koreografer Indonesia, terutama mereka yang sedang mengembangkan karier dalam seni pertunjukan.”

Pada saat yang bersamaan, lanjut Ratri, IDF 2022 adalah sebuah momen untuk terus mendekatkan festival dan kegiatan tari ke publik luas, baik di Indonesia maupun dalam taraf internasional.

“Sungguh sebuah kehormatan sekaligus tantangan untuk mendapat kesempatan memimpin tim kerja festival, dan saya berharap IDF dapat mencetak lebih banyak manajer seni dan pekerja balik layar untuk perkembangan ekosistem seni pertunjukan di Indonesia.”

Untuk mengakses program-program festival, audiens dapat memesan tempat melalui laman Loket.com dan Gotix. Dalam semangat mendekatkan festival pada publik, IDF menyediakan akses khusus pelajar usia 14-23 tahun. Beberapa program festival dapat diakses secara gratis, termasuk yaitu Bincang Tari dan pameran arsip Vasana Tari. Info lengkap festival dapat diakses di situs web indonesiandancefestival.id dan akun Instagram maupun Facebook @indonesiandancefestival.

Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000