logo Kompas.id
TajaBanjiri Konten Positif di...

Banjiri Konten Positif di Medsos Lawan Radikalisme pada Era Digital

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)
Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
· 2 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/IWLPgz3O0suRB85CK5S1fQHmce4=/1024x549/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F0704-BPIP_TAJA-2-720x386.jpg
Kompas

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menghadiri Diskusi Komsos Cegah Tangkal Radikalisme/Sparatisme dengan tema Meneguhkan Toleransi Mencegah Radikalisme dan Sparatisme yang diselenggarakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, Rabu (7/4/2021).

Dalam acara yang dihadiri oleh lebih dari 100 mahasiswa ini dijelaskan bahwa radikalisme terjadi tidak hanya dalam satu agama.

"Radikalisme tidak hanya terjadi di suatu agama, tetapi juga banyak kelompok yang melakukan tindak radikalisme demi kepentingan sesaat," jelas Benny.

Benny menjelaskan, radikalisme muncul dari pemikiran yang tidak utuh sehingga banyak salah tafsir dan keluar dari konteks.

"Dalam penafsiran sebuah paham, harus dipahami secara menyeluruh tidak boleh hanya setengah atau sebagian dan keluar dari konteksnya," ujarnya.

Banjiri media sosial

Menurut salah satu pendiri Setara Institute ini, penyebaran radikalisme semakin cepat dengan kemajuan teknologi yang ada.

"Bahaya sekarang di media sosial (medsos) banyak konten yang salah dan keluar konteks demi perebutan kekuasaan dan mencapai tujuan tertentu," pungkasnya.

Benny berharap, generasi milenial membanjiri media sosial dengan konten positif untuk melawan konten negatif yang banyak saat ini dan untuk membangun kesadaran publik.

"Untuk menghadapi terorisme harus membuat counter wacana positif khususnya di media sosial untuk melawan konten negatif serta akhirnya akan membangun kesadaran publik," tegas Benny.

Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara harus juga menjadi habitualisasi dalam setiap diri masyarakat.

https://cdn-assetd.kompas.id/9_paixHtP2jxmhZsDywlt8uG_Uw=/1024x549/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F0704-BPIP_TAJA-1-720x386.jpg

Pengaruh teknologi

Turut hadir Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan Jubei Levianto. Senada dengan Benny, Jubei menyebutkan bahwa kemajuan teknologi memengaruhi kehidupan bermasyarakat.

"Kita hidup pada zaman 4.0 yang kemajuan teknologi semakin pesat dan memengaruhi kehidupan bermasyarakat. Terjadi perang modern seperti proxy war yaitu negara yang kuat akan mengatur negara yang lemah untuk tujuan tertentu," tutur Jubei.

Lebih lanjut, Jubei menjelaskan bahwa cara proxy war biasanya dilakukan dengan mencuci otak, separatis, hingga memasukkan ideologi lain.

https://cdn-assetd.kompas.id/V5Iz139CnF_Dy_hgBfI9XKr6_Hc=/1024x549/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F0704-BPIP_TAJA-3-720x386.jpg

"Radikal atau separatis biasanya menginginkan melepaskan diri dari kedaulatan wilayah dan radikalisme adalah menggunakan kekerasan untuk membuat ketakutan ini harus diwaspadai," tegasnya.

Jubei menambahkan, radikalisme di media sosial digunakan karena kecepatan jaringan dan sumber anonim.

"Ancaman radikalisme di media sosial keuntungannya adalah pembuat aksi anonim atau tidak diketahui dan kemudahan akses jaringan," tambahnya.

Jubei menegaskan bahwa bela negara adalah kewajiban setiap warga negara.

Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000