logo Kompas.id
Taja Agar...

Agar Tak Terbuang Percuma, Berikut 5 Cara Mengolah Sampah Makanan di Rumah

Peningkatan jumlah sampah organik yang berasal dari sisa makanan dapat menimbulkan masalah serius bagi ekosistem lingkungan.

DBS Indonesia
Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan DBS Indonesia.
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/6SOX1GwvOQeGE9pULl2UTIOi6Bo=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F08%2Fshutterstock_1934325731.jpg
Kompas

Dok. Shutterstock

Peningkatan jumlah sampah organik yang berasal dari sisa makanan dapat menimbulkan masalah serius bagi ekosistem lingkungan.

Selain berkontribusi secara tak langsung terhadap pemborosan energi, sisa makanan yang menumpuk dan membusuk di pembuangan sampah menghasilkan gas metana. Gas ini merupakan salah satu penyebab pemanasan global.

Dilansir dari laman menlhk.go.id, gas metana pada kadar tinggi dapat mengurangi kadar oksigen pada atmosfer bumi hingga 19,5 persen.

Untuk diketahui, Indonesia menghasilkan sekitar 23–48 juta ton sampah makanan per tahun pada periode 2000-2019, sebagaimana hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2021.

Riset itu juga menemukan bahwa setiap orang di Indonesia menghasilkan rata-rata sebanyak 115–184 kilogram sampah makanan per tahun. Jika dikonversi, nilai sisa makanan ini setara Rp 2,1 juta per kapita per tahun .

Adapun salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah mengolah sisa makanan agar bisa bermanfaat.

Berikut adalah lima cara mengolah sisa makanan.

  1. Jadikan kompos

Berdasarkan studi berjudul “Reducing the Impact of Wasted Food by Feeding the Soil and Composting” yang dilakukan United States Environmental Protection Agency pada 2022, pengomposan limbah sisa makanan dapat memberikan sejumlah manfaat.

Tiga di antaranya adalah membantu memperbaiki tanah, menyuburkan tanaman, dan meningkatkan kualitas air.

https://cdn-assetd.kompas.id/PVZshTOYYx0DxDuaod0xVRyXGik=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F08%2Fshutterstock_1912480612-768x432.jpg
Kompas

Dok. Shutterstock

Cara membuat kompos dari sisa makanan pun tergolong mudah. Anda hanya perlu menyiapkan wadah, seperti pot yang bagian pinggirnya sudah dilubangi.

Kemudian, masukkan sampah sisa makanan yang berasal dari tanaman, seperti sayuran dan buah-buahan, ke dalam pot tersebut, lalu campur dengan tanah hingga penuh.

Setelah itu, diamkan campuran sisa makanan dan tanah di dalam wadah selama dua sampai tiga bulan. Kompos yang sudah matang biasanya akan berwarna gelap dan tidak berbau.

Jika sudah dalam kondisi tersebut, Anda bisa mengeluarkan kompos tersebut dari wadah.

  1. Ampas kopi sebagai pupuk

Dilansir dari laman gardeningknowhow.com, ampas kopi memiliki sejumlah manfaat, seperti membantu menyuburkan tanaman. Sebab, ampas kopi dapat meningkatkan retensi dan aerasi air di dalam tanah.

Untuk mendapatkan manfaat tersebut, Anda cukup memasukkan ampas kopi ke dalam tanah di sekitar tanaman yang ingin disuburkan.

  1. Sisa tulang untuk kaldu

Jika Anda gemar mengolah daging ayam atau sapi, sebaiknya tulang yang tak terpakai dalam masakan jangan terburu-buru dibuang. Sebab, Anda bisa memanfaatkannya untuk membuat kaldu makanan.

Cara tersebut dapat membantu Anda berhemat sekaligus mengurangi sampah organik.

Cara mengolah tulang menjadi kaldu juga tak sulit. Rebus tulang sapi atau ayam hingga mendidih. Kemudian, diamkan selama 24-48 jam di dalam panci hingga air rebusan tersebut mengeluarkan minyak.

  1. Sisa sayur untuk acar

Selain tulang, sisa sayur yang tak terpakai juga bisa digunakan untuk olahan makanan lain. Dilansir dari laman foodrevolution.org, Jumat (22/4/2022), Anda dapat mengolah sisa sayur atau sayuran yang mulai layu menjadi acar.

Dengan cara tersebut, Anda bisa menghemat pengeluaran. Hal terpenting, acar buatan sendiri biasanya lebih terjamin ketimbang beli.

Beberapa sayuran yang bisa diolah menjadi acar adalah sawi, mentimun, wortel, kubis, lobak, bawang, dan cabai.

  1. Jadikan ekoenzim

Diberitakan Kompas.id, Sabtu (21/5/2022), pengolahan sampah makanan rumah tangga menjadi ekoenzim menjadi salah satu solusi untuk menekan jumlah sampah organik.

Sebagai informasi, ekoenzim adalah cairan hasil dari fermentasi limbah dapur organik, seperti ampas buah, sayur, dan gula, baik gula coklat, gula merah, maupun gula tebu.

Dinukil dari laman waste4change.com, Selasa (1/1/2019), ekoenzim memiliki beberapa fungsi, seperti untuk cairan pel, pembersih dapur, pembersih buah dan sayur, pembasmi hama, serta pupuk tanaman.

https://cdn-assetd.kompas.id/VejphJo5aGxIOKez3uUEaf1q94Y=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F08%2Fshutterstock_2019746063-768x432.jpg
Kompas

Dok.Shutterstock

Untuk membuat ekoenzim, Anda memerlukan sekitar 300 gram (gr) sampah kulit buah atau sisa sayuran, 100 gr gula, dan 1 liter air.

Kemudian, campur dan aduk semua bahan tersebut di dalam wadah tertutup dan simpan pada tempat yang sejuk.

Umumnya, proses fermentasi dalam pembuatan ekoenzim berlangsung selama tiga bulan. Setelah cairan yang dihasilkan berwarna coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis, Anda sudah bisa memanfaatkan cairan tersebut.

Itulah lima cara yang bisa Anda lakukan untuk mengolah sampah sisa makanan menjadi hal berguna. Dengan melakukan kelima cara tersebut, Anda sudah berkontribusi terhadap pengurangan sampah organik dan kelestarian lingkungan.

Agar pengurangan sampah organik dapat dilakukan secara efisien, Anda juga harus mulai menerapkan kebiasaan makan tanpa sisa.

Adapun untuk membantu masyarakat menerapkan tersebut, banyak program edukasi yang dilakukan oleh banyak pihak. Salah satunya, datang dari DBS Indonesia melalui kampanye “Towards Zero Food Waste” dan #MakanTanpaSisa.

Sebagai informasi, kampanye “Towards Zero Food Waste” dan #MakanTanpaSisa bertujuan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah makanan yang bisa menimbulkan masalah lingkungan hingga pemanasan global.

Lewat gerakan tersebut, masyarakat Indonesia diarahkan untuk mulai mengurangi sampah makanan melalui kebiasaan sehari-hari di rumah.

Executive Director and Head of Group Strategic Marketing Communication Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, program tersebut merupakan salah satu realisasi dari pilar keberlanjutan yakni Creating Impact Beyond Banking.

Kegiatan tersebut meliputi edukasi tentang penggunaan bahan pangan, seperti sayur atau buah yang tidak sempurna (imperfect foods) serta mengolah sisa makanan menjadi kompos.

Sebagai informasi, Bank DBS berhasil menyelamatkan 20 Ton makanan hingga akhir 2021. Sementara pada 2022, Bank DBS memiliki target untuk menyelamatkan sekitar 26 Ton makanan.

“Komitmen Bank DBS pada isu keberlanjutan tersebut membuat kami lebih merasa sebagai pejuang lingkungan. Ini jalan dengan harapan kami tentang ‘Eco Warrior, Less Like a Bank’,” ujar Mona.

Saat ini, tambah Mona, Bank DBS Indonesia juga berkolaborasi dengan berbagai mitra wirausaha sosial yang memiliki visi yang sama, seperti Kebun Kumara, Foodbank of Indonesia, Garda Pangan, Waste For Change dan Tridi Oasis melalui berbagai kegiatan edukasi dan pelatihan.

Tak hanya itu, Bank DBS Indonesia juga mengajak karyawan untuk menerapkan gaya hidup yang sustainable dengan mempraktekkan pilah sampah dan mengolah limbah makanan menjadi kompos dari rumah.

Adapun membantu masyarakat dan menjadi bank dengan tujuan positif merupakan DNA dari Bank DBS Indonesia. Oleh karena itu, Bank DBS Indonesia terus berinovasi untuk menjadi bank yang mengedepankan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

“Semua itu dilakukan Bank DBS Indonesia atas kesadaran sebagai lembaga keuangan yang menjalankan bisnis berkelanjutan demi generasi masa depan dan lingkungan hidup,” terang Mona.

Untuk mencapai tujuan tersebut, ia menambahkan, Bank DBS Indonesia juga secara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang berdampak sosial lewat kerja sama dengan komunitas dan wirausaha melalui DBS Foundation.

Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000