KOMPAS.ID
BerandaGaya Hidup“Menangis” Membayangkan S...

“Menangis” Membayangkan Si Mbak Mudik Lebaran

Pekerja rumah tangga berperan signifikan bagi keluarga di perkotaan. Ditinggal mudik asistennya, para majikan kewalahan.

Oleh Insan Alfajri

04 Apr 2024 09:00 WIB · Gaya Hidup

Serial Urban: Pembantu Infal
Kompas/Priyombodo
Para asisten rumah tangga (ART) infal saat berada di asrama menunggu panggilan kerja di lembaga penyaluran ART, PT Dani Mandiri di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (23/4/2023). ART infal ini rela berpisah dengan keluarga saat Lebaran karena berharap penghasilan lebih. Mereka dibayar Rp 250.000- Rp 300.000 per hari atau paket satu bulan Rp 4 juta sebagai infal.

Bagi sebagian keluarga, ditinggal mudik asisten rumah tangga atau ART saat Lebaran adalah urusan genting. Kerjaan domestik yang tadinya diurus ART tiba-tiba berjejer di hadapan mereka. Beberapa di antaranya mengatasi situasi “krisis” ini dengan menyewa ART pengganti atau infal. 

Ada pula pasangan yang harus mengantarkan anaknya ke kampung halaman karena ditinggal “si mbak”. Cara ini dipilih pasangan yang harus bekerja saat Lebaran dan tak yakin dengan kualitas si mbak pengganti. 

Baca juga: Bagai Laron Menuju Cahaya Rezeki

Kilau Ramadhan

Menangis mikirin Mbak Atun mudik ini, semua orang mengalami kayaknya

Salah satu cara Kompas mencari keluarga yang ditinggal ART yakni lewat status di aplikasi WhatsApp. “Kalau ada Mas atau Mbak yang ditinggal ART saat Lebaran, boleh japri ya,” demikian pemberitahuan lewat status WhatsApp yang dibuat untuk menjaring narasumber, Minggu (31/3/2024) pagi. 

Tak sampai satu menit, warga Jakarta Timur Dilla Anindita (35) langsung merespon status itu. “Ya ada lah. Menangis mikirin Mbak Atun mudik ini, semua orang mengalami kayaknya,” ujar Dilla, sembari menambahkan emotikon sedih.

Mbak Atun, ART yang bekerja untuk Dilla, akan mudik ke Dieng, Jawa Tengah, Jumat (5/4/2024) nanti. Ia baru kembali 11 hari kemudian. Ini membuat Dilla kelabakan mengerjakan urusan domestik selama Lebaran.

“Sekarang aku juga kerja, jadi perlu banget ART, terutama ngeliatin anakku satu-satunya. Terus menyapu, mengepel, nyuci, sama memasak,” ujar dokter umum yang praktik di salah satu klinik di Jakarta ini.

Lebaran tahun lalu, kerepotan ini diatasi Dilla dengan ART pengganti. Biaya mengupah ART tersebut Rp 200.000 per hari. Ia mendapakan jasa infal dari rekomendasi para tetangga.

Serial Urban: Pembantu Infal
Kompas/Priyombodo
Seragam milik salah seorang pramusiwi yang tengah menunggu panggilan kerja sebagai pramusiwi infal untuk Lebaran di lembaga penyaluran asisten rumah tangga PT Dani Mandiri di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (23/4/2023).

Tahun ini, keluarganya baru terkena musibah, sehingga tidak memungkinkan menyewa jasa infal. Mamanya beberapa waktu lalu terkena penipuan daring dengan modus pura-pura merekrut korban sebagai freelance. Mama Dilla tertipu hampir Rp 200 juta.

“Tadinya mau menyewa infal lagi. Tapi, karena habis kena musibah, kayaknya gue sama suami saja yang nguli (mengerjakan pekerjaan domestik selama Lebaran),” kata Dilla. 

Sesama warga Jakarta, Rully Dewi Anggraeni (55) juga menyewa tenaga infal. Sebab, dua ART yang bekerja di rumahnya pulang kampung. Mereka mudik ke Garut di Jawa Barat dan Tegal di Jawa Tengah. Rencananya, kedua ART Rully berangkat Minggu (7/4/2024).

“Tidak ada pilihan karena ada Mama yang harus dijagain di rumah,” ujar dokter gigi yang memimpin salah satu rumah sakit daerah di Jakarta ini. 

Sebagai penanggung jawab di rumah sakit, Rully tidak bisa leluasa libur selama Lebaran. Alasannya karena dalam masa cuti bersama, rumah sakit menerapkan jadwal jaga. Kewajiban ini berlaku bagi semua pegawai rumah sakit, termasuk unsur manajemen seperti dia. Oleh karena itu, menyewa jasa infal menjadi strategi Rully untuk menjaga mamanya di rumah.

Baca juga: Gotong Royong Menggantikan "Si Mbak"

Tak percaya 

Kendati menyewa jasa infal sudah menjadi alternatif bagi sebagian keluarga saat ditinggal ART, tetap saja tidak semua orang melakukannya. Pekerja di salah satu perusahaan negara, Idayu (39), menolak menggunakan jasa ini. Idayu dan suami sama-sama bekerja di Badan Usaha Milik Negara bidang operasional Lebaran. Artinya, mereka tetap harus bekerja saat hari raya.

Sementara, si mbak yang sudah tiga tahun bersama mereka akan pulang kampung ke Majalengka, Jawa Barat pada 7-15 April 2024. Berhubung Lebaran kali ini bertepatan dengan libur sekolah, ibu tiga anak ini akan mengirim ketiga buah hatinya ke Semarang, Jawa Tengah, rumah orangtua Idayu.

“Aku sama suami tidak pernah pakai infal,” ujar warga Bekasi, Jawa Barat, ini. 

Saat PRT Mudik
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Rina Rahayu (41) membantu putrinya Ivory Carol mencuci dan mengeringkan kain lap di rumahnya di Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (13/4/2023). Rina Rahayu memanfaatkan waktu saat pekerja rumah tangganya mudik Lebaran untuk mengajari dan membiasakan anak-anaknya dapat menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti mengelap perabot, mencuci piring, dan menyapu lantai. Setiap tahun saat pekerja rumah tangga mudik Lebaran, Rina dan suaminya tidak pernah menggunakan jasa pekerja rumah tangga infal. KOMPAS/RADITYA HELABUMI 13-04-2023 Koming-Serial-Urban

Ada beberapa pertimbangan ia tak menggunakan ART dadakan. Pertama, ART itu tidak tahu kebiasaan anak-anak Idayu. Berikutnya, anak-anaknya belum tentu nyaman bersama mbak baru. 

Hal lainnya, menyewa infal sama dengan memasukkan orang asing ke rumah. Orang itu akan mengetahui setiap detail kegiatan dan kebiasaan di rumah yang menurut Idayu tergololong privasi dan tak boleh diketahui sembarang orang.

“Sementara kan dia kerjanya hanya seminggu atau dua minggu, nanti dia ngomong ke mana-mana soal di rumahku seperti apa. Yang begitu-begitu kami enggak bisa,” ujarnya.

Baca juga: ART Infal Mulai Berdatangan, Momen Kembali Mengais Rezeki

Lebih tinggi

Heni, seorang ART, memilih bekerja infal di rumah majikan sendiri di bilangan Tangerang, Banten. Apabila dibagi, gaji reguler Heni di rumah tersebut adalah Rp 60.000 per hari.

Selama dua pekan libur Ramadhan dan Lebaran, ia digaji Rp 150.000 per hari. Di samping itu, karena bekerja di keluarga yang sama, Heni juga menerima tunjangan hari raya sehingga ia berpendapat rezekinya bertambah.

"Sebelum Ramadhan, saya sudah cuti pulang kampung seminggu lebih, jadi sudah ketemu dengan keluarga," tuturnya.

Saat ini, belum tersedia data akurat yang mencatat jumlah keluarga di Indonesia yang mempekerjakan ART. Namun sebagai gambaran, Organisasi Buruh Internasional (ILO) pernah melakukan survei tahun 2015. Dari hasil sigi diketahui pekerja rumah tangga di Indonesia sedikitnya berjumlah 4,2 juta orang. Mereka tersebar di rumah tangga yang membutuhkan bantuan mengerjakan pekerjaan domestik.

Apabila kita berasumsi data survei tersebut presisi atau mendekati kenyataan, bayangkan jika separuh dari 4,2 juta itu mudik atau memutuskan libur pada Lebaran 2024. Kemungkinan bakal ada sekitar 2 juta keluarga yang akan ikut “menangis” dan kerepotan seperti dialami Dilla, Rully dan Idayu.


Rekomendasi Artikel Pilihan

Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.


Kerabat Kerja

Insan Alfajri
Laraswati Ariadne Anwar
Logo Kompas
App StorePlaystore
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000