Bantuan Sosial Mulai Disalurkan ke Korban Gunung Ruang
Bantuan dibawa dengan KRI Kakap 811. Perjalanan ditempuh selama enam jam hingga sampai pengungsian.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Sosial menyalurkan bantuan sosial kepada korban erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau Sitaro, Sulawesi Utara. Sejumlah bantuan logistik telah sampai di pengungsian, termasuk dukungan medis dan psikis.
Kepala Sentra Tumou Tou Manado, Kementerian Sosial (Kemensos), Meerada Saryati Aryani mengatakan, tidak mudah untuk menyalurkan bantuan ke Pulau Tagulandang yang berbatasan langsung dengan Filipina Selatan karena akses hanya bisa dengan jalur laut. Kemensos lalu bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut untuk membawanya.
Bantuan berangkat dari Pelabuhan Satuan Patroli Terbatas, Bitung, Manado, menuju Pulau Tagulandang dengan menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia KRI Kakap 811 TNI AL. Perjalanan ditempuh 6 jam pada Jumat (19/4/2024).
Yang yatim piatu saya ajak ke (sentra di) Makassar atau Manado, dia nggak mau.
Setibanya di pelabuhan di Pulau Tagulandang, bantuan logistik diangkut hingga lokasi pengungsian yang berjarak sekitar 5 kilometer. Pengangkutan dibantu dengan menggunakan kendaraan milik masyarakat setempat secara swadaya.
”Selain membawa bantuan logistik, kami juga membawa perawat serta psikolog. Kami bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat untuk menangani pengungsi,” kata Meerada, Sabtu (20/4/2024).
Adapun bantuan yang dibawa ke lokasi berupa makanan siap saji 800 paket, lauk pauk siap saji 500 paket, makanan anak 500 paket, selimut 100 lembar, sandang dewasa 200 paket, sandang anak 150 paket, family kit 160 paket, kids wear 100 paket, tenda gulung 100 lembar, tenda keluarga portabel 20 unit, dan tenda serbaguna 5 unit.
Kemensos juga membawa genset tambahan lima unit untuk membantu penerangan di tempat-tempat pengungsian. Sebab, hujan batu dari erupsi Gunung Ruang menyebabkan PLN melakukan pemadaman listrik sementara untuk mengantisipasi kebakaran.
Selain itu, Kemensos juga mendirikan tenda untuk dapur umum dan penyimpanan logistik pengungsi di Desa Apengsala, Kabupaten Kepulauan Sitaro. Semua bantuan ini diperuntukkan bagi sekitar 826 jiwa penduduk dari dua desa di kaki Gunung Ruang, yakni Desa Laingpatihe dan Desa Pumpete yang mengungsi ke Pulau Tagulandang.
”Untuk memenuhi kebutuhan dapur umum, Kemensos menyiapkan satu ton beras, 900 kilogram telur, serta mobil dapur umum yang sudah mulai beroperasi Jumat kemarin,” ucapnya.
Bantuan ke Tana Toraja
Sementara itu, di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Kemensos juga menyalurkan bantuan kepada sekitar 104 jiwa pengungsi korban bencana tanah longsor yang terjadi pada Sabtu (13/4/2024) malam di Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale dan Desa Lembang Randan Batu, Kecamatan Makale Selatan.
Bantuan yang diberikan berupa 2 unit tenda serbaguna dan 15 unit tenda keluarga. Satu unit tenda serbaguna difungsikan sebagai pendukung aktivitas dapur umum, seperti kegiatan pengelolaan bahan natura, 1 unit tenda serbaguna untuk layanan psikososial, dan 15 unit tenda keluarga tercatat sebagai persediaan yang sewaktu-waktu dapat digunakan melihat kondisi jumlah pengungsi dan ancaman longsor susulan.
Dapur umum ini dapat memasak hingga 1.200 nasi bungkus setiap hari yang dibagi dalam tiga kali pendistribusian. Bantuan logistik lainnya berupa kasur lipat, selimut, makanan anak, perlengkapan keluarga atau family kit, hingga tenda keluarga kepada para pengungsi. Nilai total bantuan yang diberikan sejumlah Rp 713,6 juta.
Bencana ini telah menyebabkan 20 orang meninggal, 16 orang di antaranya berasal dari Kelurahan Manggau dan 4 orang berasal dari Desa Lembang Randan Batu. Sementara itu, sebanyak 2 orang mengalami luka ringan serta 7 rumah warga hancur tertimbun longsor.
Menteri Sosial Tri Rismaharini menawarkan para korban yang masih berusia sekolah untuk tinggal di sentra Kemensos terdekat. Selain itu, Risma juga menawarkan modal usaha kepada keluarga yang bertanggung jawab membesarkan anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya.
Meski demikian, sebagian besar pengungsi menolak karena merasa berat untuk meninggalkan tanah kelahirannya. Mereka meminta untuk diberikan modal untuk melanjutkan hidup.
Salah satunya adalah Ryan (15). Remaja ini kehilangan kedua orangtuanya akibat longsor. Adik bungsu Ryan pun menjadi korban luka dan saat ini di rumah sakit.
Kepada Ryan, Risma menawarkan untuk tinggal di Sentra Kementerian Sosial yang ada di Manado atau di Makassar, tetapi dia menolak. ”Iya, tadi minta ternak babi saja,” kata Ryan.
”Yang yatim piatu saya ajak ke (sentra di) Makassar atau Manado, dia nggak mau,” kata Risma.
Ia mengatakan, warga yang tinggal di sentra lebih terjamin pemenuhan kebutuhan makan mereka. Namun, warga memilih beternak babi.
”Nanti kita akan bantu untuk ternak babi,” kata Risma.
Selain itu, Kemensos juga memberikan santunan kepada ahli waris korban meninggal dan korban luka. Ahli waris korban meninggal mendapatkan santunan masing-masing Rp 15 juta untuk 20 orang, sedangkan korban luka masing-masing Rp 5 juta untuk dua orang. Jumlah total santunan yang diberikan Rp 310 juta.